Kabar wafatnya tokoh nasional yang juga ekonom DR.Rizal Ramli, Selasa, (2/1/24), mengundang banyak simpati dan ucapan duka.
Kepergian sosok yang kerab mengeluarkan kata “kepret” —sebuah istilah yang ditujukan untuk menggenjot kinerja kementerian yang tidak maksimal— itu mengingatkan saya ketika almarhum tampil menjadi pembicara pada Munas VIII KADIN Pusat di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, (20/10/15).
Di hadapan ratusan undangan dan tokoh nasional yang hadir saat itu Pak Rizal Ramli sempat menyampaikan kritik dengan guyonan khas.
Ia yang saat itu baru dua bulan dipercaya sebagai Menko Kemaritiman di era awal pemerintahan Presiden Jokowi sempat memuji rezim mantan walikota Solo tersebut.
Kata almarhum untuk mengatasi kondisi iklim ekonomi dan perlambatan dunia usaha diikuti lemahnya sistem pelayanan birokrasi Indonesia yang stagnan saat ini kita tidak boleh memakai cara-cara konvensional, tapi harus diikuti oleh langkah tegas dan punya keberanian untuk melakukan terobosan. Karena itu bagi mereka yang lambat mengikuti perubahan harus “dikepret” agar maju dan berkembang.
Meski baru berlangsung dua bulan ditunjuk sebagai Menko Kemaritiman dari setahun berjalannya rezim Jokowi, Rizal Ramli mengklaim pemerintahan Jokowi saat itu sudah punya nyali.
“Dia (Jokowi,red) itu bersih. Kalau dia tidak bersih dari awal orang sudah menurunkan dari jabatannya sebagai presiden,” ujar Menko Rizal Ramli disambut senyum dan tepuk tangan undangan malam itu.
Tampil menjadi pembicara hari itu Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang menyoroti soal ancaman perang global, perang cyber, serta perang antarkawasan yang dimoderatori pengusaha muda Maluku Umar Lessy.
Ikut hadir Wakil Ketua MPR Oesman Sapta, Ketua Golkar versi Ancol Agung Laksono, sesepuh Kadin Fahmi Idris, Ketua PBNU KH. Agil Sirajd, mantan Gubernur Aceh Abdullah Puteh, Pemred Tv One Karni Ilyas, dan para wakil duta besar negara sahabat.
Saya saat itu juga menghadiri acara ini atas undangan Ketua KADIN Maluku Daniel W Sohilait.
Duduk di barisan kursi kedua dari podium mendampingi Pak Daniel Sohilait di sebelah kanan ada pengurus Sofyan Harihaya, John Keliduan, Arifin Rumra, Ot Pati, Arie Sahetapy, John Pattisahusiwa, Ellen deLima, Irma Betaubun, dan Risnawati.
Rizal Ramli mengklaim sebelum ini tak ada yang berani melakukan terobosan, tapi dengan kehadiran dirinya penampilan Presiden Jokowi semakin punya nyali. Meski tidak disebutkan siapa namanya, namun sinyalemen yang dimaksud tertuju kepada Jokowi.
Dalam sejarah dunia, kata Rizal Ramli, belum pernah terjadi setelah penembakan Presiden Mesir Anwar Sadat ada latihan militer memakai peluru asli. Baru di HUT TNI 5 Oktober 2015 lalu latihan militer menggunakan peluru tajam.
“Bayangkan, kalau terjadi selisih sedikit saja saat penembakan habislah elite-elite kita di Indonesia yang hadir saat itu. Nah, sebelumnya kan ada orang yang gagah perkasa, tapi ia justeru tidak punya nyali melakukan terobosan,” ujar Menko Rizal Ramli disambut tawa undangan.
Menurut Rizal Ramli, salah satu sebab mengapa iklim usaha di Indonesia tak bisa berkembang dengan cepat karena sistem birokrasi kita baik menyangkut izin dan regulasi yang diberlakukan selama ini terlalu lama dan berbelit-belit.
“Bagaimana pariwisata dapat berkembang, izin kapal pesiar yang masuk ke Indonesia saja dipersulit. Nah, kedepan izin itu tidak perlu lagi diperhambat biar iklim usaha pariwisata kita bisa berkembang,” ujarnya.
Menurutnya, jika iklim usaha dan bisnis ini tidak dilakukan dengan langkah tegas maka keadaan yang sulit saat ini akan semakin sulit lagi diatasi.
Jadi saat ini untuk memperbaiki dunia usaha dan perbaikan iklim ekonomi kita tidak bisa lagi memakai cara-cara biasa.
“Jika dunia usaha dan penataan manajemen birokrasi pemerintahan tidak diatasi, bukan tidak mungkin masalah yang ribet saat ini bertambah ribet lagi,” ujarnya.
Ia pun menyinggung soal dunia pariwisata. Dia yakin lima tahun mendatang dunia pariwisata di Indonesia akan lebih hidup. Jika saat ini kita baru bisa mendatangkan 10 juta wisatawan asing ke Indonesia dalam setahun, maka lima tahun mendatang kita targetkan harus mencapai angka 25 juta wisatawan.
“Sebelumnya, kita hanya mencapai 3 juta wisatawan, kini sudah mencapai angka 7 juta orang setahun. Kita juga akan bebaskan visa kepada 47 negara sahabat untuk berkunjung ke Indonesia,” ujarnya.
Dari sisi pengamanan udara, diakui Rizal Ramli, kita harus perbaiki sebab kondisi udara kita oleh pihak asing belum dikatakan aman. “Dari sisi pengamanan udara saja kita masih berada pada kategori di level dua. Padahal sesuai standar internasional harus berada di level satu,” ujarnya.
Selain izin usaha, dan pelayanan dunia pariwisata yang lemah, izin investasi di kawasan industri juga terlampau lama. Namun sejak kepemimpinannya saat itu hanya butuh waktu tiga hari saja sudah bisa dapat izin industri, padahal dulu enam bulan baru izin usahanya dikeluarkan.
Pemerintah juga kini tengah membangun Danau Toba melalui Toba Tourism Otorita dengan membangun bandara untuk dapat didarati pesawat berbadan lebar. Begitu juga objek wisata di Flores, Pelabuhan Wajo, Maluku, Raja Ampat, dan Candi Borobudur akan dikembangkan.
Saat ini selain soal izin usaha masalah mis managemen, mis oportunity di bidang minyak mentah juga menjadi persoalan.
Untuk produksi minyak mentah, misalnya. Selama ini Indonesia hanya menghasilkan minyak mentah lalu di bawah ke Singapura untuk diolah di sana kemudian hasilnya diimpor ke kita.
Kalau praktek semacam itu terus dilakukan, Rizal Ramli mengakui pasti ada vested interes. Nah, apa salahnya kalau kita yang memproduksi minyak mentah, kita juga yang mengolahnya tanpa harus diimpor lagi dari Singapura.
Kekayaan alam Indonesia yang kaya raya ini mestinya harus dikelola dengan baik untuk kemaslahatan bangsa dan rakyat Indonesia.
“Itu baru sektor perminyakan, belum lagi di sektor mineral, batu bara, dan gas. Sejak awal Orde Baru praktek itu telah dilakukan. Saya tidak anti asing, tapi setidaknya dalam prakteknya kita jangan dirugikan lah,” ujar mantan menteri di era Gus Dur itu.
Pun soal tambang emas Freeport di Papua dalam pembagian keuntungan diakui Rizal Ramli harus dilakukan dengan cara wajar. Di kontrak sebelumnya kita hanya dapat keuntungan dua persen, tapi setelah dikritik pada kontrak kedua saat diperpanjang izin operasinya barulah dinaikkan royaltinya menjadi tiga persen.
Padahal, dari sisi perjanjian yang berlaku di dunia, keuntungan atau royalti itu haruslah dibagi sebesar enam persen. Agar tidak ada unsur KKN dan vested interes maka royaltinya haruslah diperbaiki.
“Jadi harus ada reorganisasi. Ini sudah buang limbah kemana-mana, royaltinya tidak sebanding yang diberikan ke Indonesia,” ujarnya.
Soal ladang gas abadi terbesar kedua di dunia setelah Qatar di Provinsi Maluku bernama Blok Masela juga disentil Rizal Ramli.
Diakui bahwa Blok Masela adalah salah satu potensi alam yang luar biasa. Di Maluku, kata Rizal Ramli, ada gas abadi yang mampu bertahan selama lebih 70 tahun.
“Ini potensi alam mahabesar yang bisa menyamai cadangan gas di Qatar, Arab Saudi,” ujarnya.
Ini semua harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat. “Kita ingin mengembalikan kejayaan Maluku. Jika di zaman Belanda, Maluku termasuk provinsi paling kaya, namun kini provinsi ini menempati urutan ketiga termiskin di Tanah Air,” ujarnya.
Dulu, kata Rizal Ramli, orang Maluku banyak yang sukses di bidang pendidikan. Sayang kini Maluku berada di urutan kelima dari kualitas pendidikan padahal dulu Maluku berada di urutan ke satu.
“Banyak dokter dan profesor lahir dari Maluku. Ada dokter Prof. DR. Dr. Leimena, Prof. DR. Dr. Siwabessy dll tapi kini semua kejayaan itu hilang,” ujarnya.
Sejak dirinya menjadi Menko Kemaritiman ada 25 tokoh asal Maluku pernah mendatangi dirinya memberikan masukan terkait masalah yang dihadapi Maluku saat ini selain gas alam Blok Masela dan praktek illegal fishing di laut Maluku.
Nah, untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman praktek illegal fishing di Maluku dan di Tanah Air, pihaknya mengirim 40 jaksa untuk mengikuti studi ke Swedia guna memperdalam kajian tentang praktek illegal fishing.
“Kedepan, KADIN harus memelopori hal ini dan berani melakukan terobosan diluar kebiasaan sebagaimana yang kita hadapi saat ini. Ini penting untuk masa depan anak cucu kita,” ujarnya.
Ia berharap dengan penegakan hukum di bidang kelautan, maka pemberdayaan ekonomi kerakyatan di sektor perikanan di Maluku bisa dihidupkan sehingga nelayan dan rakyat di Maluku bisa bekerja dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Selamat jalan Pak Rizal Ramli. Semoga husnul khatimah, dilapangkan alam kuburnya, dan diampuni segala salah dan khilafnya. (AHMAD IBRAHIM)