Rupanya Kapolsek yang satu ini tergolong langka. Selain sebagai aparat penegak hukum sehari-harinya ia juga adalah seorang yang berkemampuan khusus yakni sebagai khatib Jumat.
Namanya AKP Idris Mukadar, S.Hi. Jabatannya saat ini sebagai Kapolsek Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah.
Pak AKP Idris Mukadar tentu adalah orang baru bagi saya. Tanpa sengaja usai salat Magrib saya sempat berpapasan dengannya di Masjid BTN Kanawa setelah sebelumnya diperkenalkan Ustad Irfan Khouw di teras masjid, Kamis, (28/12/23).
Dari tangan Pak Idris Mukadar inilah kita bisa mendapat cerita sukses dan gambaran soal penanganan keamanan di wilayah hukum yang dipimpinnya yang selama ini kerab mengundang konflik antarkampung hingga menewaskan warga dan menimbulkan banyak kerugian material di tengah masyarakat itu.
Selain kemampuannya dalam beradaptasi dengan masyarakat berdasarkan ilmu dan pengalaman sebagai pengayom di Kepolisian, bakatnya sebagai juru khotbah Jumat membuat sosok Kapolsek Idris Mukadar mudah diterima masyarakat.
Modal sebagai khatib rupanya menjadi satu kekuatan bagi seorang AKP Idris Mukadar untuk menganyomi warganya. Khotbahnya berisi nasehat tentang pentingnya menjaga lingkungan yang aman, tentang makna kehidupan di dunia, tanggung jawabnya sebagai individu dan sebagai warga negara yang baik dalam bermasyarakat ternyata mampu memberi penyadaran kepada warga.
Jika sebelumnya kita banyak mendengar adanya konsep Jumat Bersih, Jumat Berkah atau Jumat Curhat dll ia justeru sudah lebih dulu mempraktekkan bakat dan kemampuannya di lapangan sebagai seorang khatib Jumat sejak memimpin Polsek Huamual 2018.
“Jadi kalau dari sisi pelayanan mereka masih menggunakan teori, saya justeru jauh hari sudah mempraktekkan di lapangan sebagai khatib Jumat dalam kepemimpinan saya sebagai Kapolsek,” ujarnya.
Sosoknya sebagai pengayom bukan lagi sekadar teori, tapi ia benar-benar telah menguji bakat dan kemampuannya sebagai khatib Jumat dari masjid ke masjid semenjak menjadi Kapolsek di tempat tanah kelahirannya di Pulau Manipa. Berikut sebagai Kapolsek Huamual, Kapolsek Piru, Kapolsek Kairatu, Kapolsek Kairatu Timur (Amalatu), Kapolsek Piru, dan Kapolsek Haruku.
Dari semua wilayah hukum yang pernah diberi kepercayaan sebagai Kapolsek tiga di antaranya merupakan wilayah masuk dalam kategori rawan konflik antarkampung.
Pengalamannya sebagai juru khotbah Jumat inilah justeru menjadi modal awal yang baik dan paling berkesan bagi seorang AKP Idris Mukadar dalam merangkul semua komponen masyarakat baik mereka yang terlibat konflik atau tidak.
Konflik-konflik di masyarakat yang berkaitan tindak pidana individual yang masuk dalam wilayah hukum AKP Idris Mukadar ini baik berkaitan konflik antarkelompok atau batas tanah itu mencakup Kecamatan Huamual dalam konflik antara Desa Luhu-Desa Iha. Berikut konflik di Kecamatan Amalatu antara Desa Hualoi dan Latu di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) di Pulau Seram, dan konflik tanah di Kecamatan Pulau Haruku.
Situasi mana selain membuat masyarakat tersegregasi berdasarkan kelompok antarkampung pada desa-desa tetangga nun di seberang timur Pulau Ambon itu, efek konflik ini juga kerab ikut terbawa-bawa dan mempengaruhi situasi keamanan hingga ke pusat ibukota Provinsi Maluku di Ambon.
Untuk meyakinkan semua pihak terkait penanganan keamanan dari pendekatan hukum tentu punya seni. Sebab banyak ditemukan di lapangan tidak semua tindak pidana itu menyangkut persoalan kelompok, tapi hal itu selalu diawali oleh konflik individu kemudian digiring dan berkembang menjadi konflik antarwarga. Pemicu lain karena faktor miras dan batas-batas tanah yang selama ini tidak pernah tuntas ditangani oleh Pemda setempat.
Modal sebagai juru khotbah Jumat diikuti pengalaman kepemimpinan semenjak didapat di bangku sekolah setidaknya telah ikut mematangkan jiwa kepemimpinan seorang Idris Mukadar dalam meredakan konflik.
Tentu dengan niatnya yang tulus semua persoalan tindak pidana yang dihadapi masyarakat yang begitu luas dari persoalan pribadi dan miras hingga melibatkan antarkampung bisa ditangani dengan baik.
Ada yang tergolong unik dari konflik. Sebab kerab dijumpai di lapangan persoalan yang tadinya hanya masalah individu tiba-tiba menjadi masalah kelompok dan kemudian berkembang menjadi pertikaian antarmasyarakat dan terseret hingga ke Kota Ambon.
Mereka yang tinggal di Ambon yang tadinya tidak tahu-menahu persoalan di kampung ikut menjadi sasaran. Dalam banyak kasus di Maluku memang sering terjadi meski pertikaian individu di seberang pulau, tapi karena ada perasaan senabis dan merasa se-kampung kerab memicu sentimen antarkelompok dan terbawa-bawa hingga merembet ke mana-mana.
Itu pula membuat masyarakat di pusat kota yang tadinya hidupnya tenang seketika dilanda isu tidak sedap berbau provokasi yang datang dari seberang pulau hingga kemudian membuat situasi menjadi tegang.
Kita tentu masih ingat sehari setelah insiden konflik soal sengketa batas tanah di Pulau Haruku, Rabu, (26/1/22), lalu tersiar kabar berbau provokasi di Ambon. Tapi isu miring itu tidak meluas karena telah diikuti oleh tingkat kematangan masyarakat yang semakin membaik.
Dan, penugasan Kapolsek Idris Mukadar yang sebelumnya punya pengalaman mengayomi warga di wilayah yang kerab terlibat konflik kekerasan antarwarga nun di seberang Pulau Ambon di Kecamatan Huamual, Kecamatan Amalatu, dan Kecamatan Pulau Haruku, itu tentu tidaklah salah.
Ia mengaku bersyukur dari pengalamannya setelah diberi amanah sebagai Kapolsek situasi keamanan pada keempat Polsek semenjak beberapa tahun terakhir relatif tidak ada lagi gejolak. Itu tentu tidak lepas karena tingkat kesadaran hukum di masyarakat saat ini mulai membaik.
“Dan, untuk Pulau Haruku semenjak diberi kepercayaan sebagai Kapolsek April 2023 atau setelah konflik menerpa kedua negeri bertetangga itu, Rabu, (26/1/22), kehidupan warga di sana sudah kembali pulih,” ujarnya.
Ia mengaku bangga sebab setiap penugasan yang diberikan oleh pimpinan Polri —meski pada awalnya harus dihantui rasa was-was—, tapi dari pengalamannya saat terjun di lapangan justeru banyak hal bisa diambil sebagai hikmah dan pelajaran.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin ia selalu mengacu pada nilai-nilai agama. Termasuk dalam penyampaian saat menjadi khatib Jumat.
Bila sebagian orang ada yang merasa berat saat diberi tanggung jawab karena memasuki wilayah konflik, tidak dengan AKP Idris Mukadar.
Ia menganggap hal itu sebagai tantangan. Sebab dari tantangan itulah dia yakin kita bisa belajar dan mencari jalan keluar. Dalam konsep kepemimpinan ia selalu mendasari pada salah satu prinsip yang diajarkan dalam Al-Quran pada Surah Al-Insyirah.
Di ayat itu, kata AKP Idris Mukadar, Allah SWT mengucapkan dua kali perkataanNya yang menyebutkan bahwa: “Setiap kesulitan akan selalu diikuti oleh kemudahan.”
Itu menunjukkan seberat apapun ujian yang kita hadapi baik dalam soal kepemimpinan atau hal lain yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia ini selalu saja ada jalan keluar.
“Asalkan niat dan hati kita bersih, insyaAllah semua tugas dan tanggung jawab bisa dilaksanakan dengan tuntas,” ujar mantan aktivis Muhammadiyah yang pernah mengecap pendidikan di SMP Muhammadiyah Pulau Manipa, itu.
Karena itu kita dituntut harus selalu berikhtiar dan tidak takabur sembari merangkul semua pihak dari semua satuan bersama Koramil dan para stakeholder yang tergabung dalam Tim Mantap Brata, Tim Operasi Lilin, dan Tim Babinkamtibmas untuk sama-sama mengajak masyarakat agar tidak terlena dalam konflik, tidak larut dalam miras, dan tidak melanggar hukum.
Lahir dan besar di Pulau Manipa, 3 Juni 1977, suami dari seorang guru bernama Nema Patty, S.Pdi, M.Pd (Kepala Sekolah SMAN 26 Pulau Manipa), ini setelah mendaftar menjadi polisi di Ambon 1997 lalu dikenal sebagai seorang otodidak.
Dalam hal kepemimpinan, misalnya. Semenjak duduk di bangku SMP Muhammadiyah Pulau Manipa ia telah digembleng bagaimana menjadi seorang orator yang baik.
Di sini mereka tidak saja diberikan pendidikan umum dan agama tapi mereka juga dilatih dan diajarkan bagaimana berorganisasi dan menjadi seorang mubaliq yang baik.
Sepengetahuan AKP Idris Mukadar guru-gurunya itu oleh PP Muhammadiyah Pusat memang dikirim khusus dari Pulau Jawa untuk mengajar di sekolah mereka di SMP Muhammadiyah Manipa.
Dari guru-guru inilah mereka dilatih soal kepemimpinan dan organisasi. Para guru ini selalu mengajak murid-muridnya tampil ke depan kelas memberikan ceramah dan dilatih menjadi juru dakwah.
Jadi, kalau hari ini AKP Idris Mukadar bisa tampil menjadi khatib Jumat semenjak menjabat Kapolsek di tempat tugasnya bukanlah hal baru, tentu.
“Sebab sejak di bagku SMP Muhammadiyah Pulau Manipa dan SMA Muhammadiyah Ambon kami memang sudah diasah soal kepemimpinan dan organisasi. Alhamdulillah sampai saat ini dalam diri saya terus mengalir darah Muhammadiyah,” ujar pria beranak lima yang juga alumni S1 Fakultas Syariah IAIN Ambon tahun 2013 itu.
Mengawali Tahun 2024 dan memasuki pesta politik lima tahunan saat ini ayah dari Khadijah Khairunisa Mukadar, Khofifah Rahmatia Mukadar, Ummu Auliyah Mukadar, Hasan Drajat Mukadar, dan Sitna Maharani Mukadar, ini mengajak semua pihak agar kita sama-sama menjaga keamanan, kedamaian, dan ketertiban di lingkungan kita masing-masing dengan tetap mematuhi hukum agar kita tidak terbawa ke dalam suasana konflik kekerasan yang hanya akan merugikan kita semua.