Tampat makan yang satu ini memang unik, lokasinya berada di tengah-tengah pasar ikan, atau yang biasa disebut Tempat Pelelangan Ikan, (TPI) Arumbae Mardika, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Harganya murah, tapi bukan berarti makanannya kurang enak? Berani coba, dijamin sangat enak dan maknyus.
RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Seperti biasa, Rabu, 8 November 2023, sekitar pukul 13.00 WIT, Haji Yati dan dua pelayanannya terlihat sibuk melayani pengunjung yang datang makan di kedainya.
Kedai itu hanya berukuran 3 x 4 meter, dan letaknya di bagian dalam bangunan Pasar Arumbae. Itupun berbatasan dengan laut. Tapi jangan salah, kendati di bagian dalam, namun rumah makan Haji Yati ini tetap ramai pengunjung.
Wanita berusia 55 tahun itu menjual Nasi Kuning, Ikan kuah Kuning dan Ikan Bakar. Harganya terbilang murah, seporsi ada yang dibanderol dengan harga Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu sesuai ukuran ikan yang diinginkan pembeli.
Jika anda datang di atas jam 2 siang, dipastikan sudah tidak kebagian. Maklum, jualan Haji Yati lumayan laris mulai dari buka pukul 08.00 WIT sampai tutup di kisaran jam 2 siang.
Dua pengunjung yang sedang menyantap ikan kuah kuning, ketika diwawancarai mengaku, sering sekali datang ke rumah makan Haji Yati.
”Iya, seminggu kadang tiga sampai empat kali. Soalnya selain murah, ikan kuah kuning di sini paling enak,” kata Nurma, dan diakui Tanti, temannya.
Kedua ibu ini terlihat sangat menikmati santapan di hadapannya, sampai keringat terlihat basahi dahi mereka.
Ketika sudah mulai renggang, kepada Rakyat Maluku, Yati bercerita, tempatnya selalu ramai karena pembelinya adalah langganan dari tempat jualannya dulu di Jln Kapaha, Pandan Kasturi.
Mulai dari masyarakat biasa, pegawai kantoran, aparat TNI/Polri hingga pembeli dari luar daerah yang tengah bertugas di Ambon.
“Semenjak bercerai tahun 2010 Beta (saya) tinggalkan Masohi. Tahun 2011 dari Tulehu akhirnya Beta pindah di Kapaha dan jual nasi kuning. Beta berjuang demi masa depan anak-anak. Jual nasi kuning pertama dua kilo, hingga jalannya waktu sampai bisa jualan satu termos. Penghasilan dulu 1 hari paling dibawah Rp 700 sampai Rp 1 juta itu satu hari,” ungkapnya.
Dijelaskan oleh wanita paruh baya itu, awalnya ia berjualan di samping Pos Brimob, lalu pindah di samping Masjid Kapaha, sampai tahun 2023 pindah lagi ke pasar Arumbai.
”Memang tempatnya di sini kurang bagus tapi apa boleh, kami membuatnya agar tempatnya bisa ramai,” pungkasnya,
Yati juga mengaku, dengan berjualan nasi kuning, ia berhasil pergi ke tanah suci di tahun 2016.
”Beta jualan dari 2011 setelah pindah dari Tulehu. Jualan dari seporsi masih Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu, waktu itu teh manis dikasih gratis, dimasak dengan seduhan air daun pandan. Hingga akhirnya pindah ke pasar dengan harga sekarang Rp15 ribu karena harus bayar sewa tempat, beli air, dan lain lain,” jelas Yati.
Setelah pindah ke ke tempat yang sekarang, kata Yati, dirinya baru mencoba jualan Ikan Kuah Kuning dan Ikan Bakar.
Harga per porsi Rp 15 ribu – Rp 20 ribu.
“Yang bantu beta itu beta ipar, sudah hampir 5 tahun. Anak saya yang paling tua sudah jadi Polisi, yang nomor dua kerja honor di Namrole Buru Selatan,” akuinya.
Ia juga berkisah, dengan usaha yang ada, dirinya berhasil menyekolahkan anak perempuannya yang nomor tiga ada Akademi Keperawatan (Akper) Waiheru, sampai lanjut S1 di Bandung. Selain itu ia juga sudah memiliki lima orang cucu yang saat ini juga ditanggung olehnya.
”Tak muluk-muluk harapan saya, yang penting semua anak sukses dan memiliki kehidupan yang lebih baik kedepan,” kunci dia. (SSL)