RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Kasus kekerasan terhadap siswa terus saja terjadi. Parahnya, kali ini terjadi di salah satu sekolah unggulan di Provinsi Maluku, yakni Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Siwalima Ambon.
Salah seorang siswa yang duduk di bangku kelas 11 IPA inisial APS, mendapat aksi bullying yang diduga dilakukan oleh beberapa orang kakak kelasnya (senior) di sekolah yang beralamat di Jalan Wainapu, Desa Waiheru, Kecamatan Baguala.
Aksi pengeroyokan ini mengakibatkan gendang telinga bagian kiri korban, pecah. Orang tua korban pun telah melaporkan kejadian ini ke SPKT Polda Maluku lantaran tidak ada sikap tegas dari pihak sekolah untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Saat ditemui media ini di rumahnya, Sabtu, 30 September 2023, korban yang adalah putra seorang Perwira Pertama berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) ini menceritakan, awalnya pada Kamis, 14 September 2023 malam, saat itu korban sementara beristirahat di kamarnya di Asrama B.
Kemudian tiga orang seniornya masing-masing berinisial M, F dan D, mendatangi korban dan langsung menampar muka korban, memukul perut korban dan menendang perut korban. Alasannya, korban tidak pergi makan malam.
“Yang pukul saya hanya F dan D dan saya tidak berani membalas. Sejak malam itu, rahang mulut dan badan saya semuanya terasa sakit,” keluh korban sambil menunjukan pipi kirinya yang memar kemerah-merahan.
Keesokan harinya, Jumat, 15 September 2023, sekitar pukul 14.30 Wit, korban mengaku kembali didatangi seniornya berinisial E dan korban disuruh ke Asrama C. Sesampainya di Asrama C, korban dimasukan ke dalam kamar sekat dan dipukul ramai-ramai oleh seniornya.
“Di kamar sekat itu, saya dipukul, ditampar dan ditendang pada bagian kepala, wajah dan badan saya sampai saya jatuh bangun. Saya sudah minta-minta ampun tapi masih tetap dipukul di depan banyak kakak kelas yang menyaksikan,” beber korban.
“Seingat saya, yang pukul itu E, D, J, P, J dan D. Saya dipukul karena alasan mereka bahwa saya tidak pergi Salat Jumat. Padahal saya tidak Salat Jumat karena rahang dan badan saya sakit semua akibat dipukul pada kamis malam itu,” tambah bocah berusia 15 tahun itu.
Menurut korban, aksi penganiayaan yang dlakukan para seniornya itu mulai dihentikan setelah dua orang siswa temannya inisial R dan P disuruh masuk ke dalam kamar sekat itu untuk menerima nasib serupa.
“Saat dua teman saya masuk, barulah mereka (senior) beralih ke dua teman saya itu. Tapi sebelum saya masuk ke kamar sekat itu, sudah ada tiga orang yang disiksa duluan. Jadi, total sore itu ada enam orang termasuk saya, yang disiksa senior,” tuturnya.
Sore itu juga pasca dianiaya senior di kamar sekat Asrama C, SMAN Siwalima Ambon, korban langsung pulang ke rumahnya dengan kondisi wajah memar dan menceritakan semuanya kepada orang tuanya.
Tak terima dengan kondisi wajah korban yang babak belur dihajar kakak kelasnya, ibu korban akhirnya membuat laporan polisi nomor: LP/B/251/IX/2023/SPKT/ Polda Maluku tertanggal 19 September 2023, dengan terlapor masing-masing inisial E, D, J, F dan J.
Menurut Ayah korban, S, bahwa keputusannya untuk menempuh jalur hukum lantaran teman-teman korban di sekolah menyampaikan bahwa jika orang tua korban membuat laporan posisi, maka tidak akan diproses, karena banyak anak-anak pejabat daerah yang bersekolah di SMAN Siwalima.
“Dari bahasa itulah saya suruh buat laporan polisi. Bagi saya, semua orang sama di mata hukum. Tidak peduli dia siapa dan dia anak siapa. Apalagi kami sebagai orang tua tidak terima baik anak kami dipukuli ramai-ramai sampai babak belur seperti ini,” tegas anggota Polri berpangkat AKP itu.
Dia menambahkan, pasca dipukul, korban sering mengeluh rasa pusing, gangguan pendengaran, tidak bisa makan dan merasa sakit pada bagian seluruh kepala dan badan.
“Saat itu kami bawa korban ke RS Bhayangkara Ambon untuk diperiksa, kemudian dokter menyarankan untuk korban diperiksa di dokter ahli THT untuk periksa telinga kiri korban, dan ternyata gendang telinganya pecah,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Kesiswaan SMAN Siwalima Ambon, Ulis Risambessy, yang dikonfirmasi media ini via telepon maupun pesan WhatsApp (WA), tidak merespon hingga berita ini diterbitkan. Padahal, nomor teleponnya aktif dan pesan yang dikirim via WA juga masuk alias tercentang dua. (RIO)