Kabar duka itu datang tiba-tiba. Salah satu putera terbaik Maluku Bung Edwin Adrian Huwae (53) kini telah dipanggil oleh Sang Maha Kuasa, Selasa sore, (19/9/23).
Kepergian mantan Ketua DPRD Maluku yang terkesan mendadak menghadap Sang Khalik itu tentu mengagetkan.
Banyak ucapan duka yang disampaikan atas kepergian almarhum. Mereka merasa begitu cepat kepergian almarhum yang terkesan tiba-tiba itu.
Tak luput Wagub Maluku Barnabas Orno yang hadir memberikan sambutan pada acara pelepasan jenazah di Gedung DPRD Maluku, Karangpanjang, Ambon, Jumat, (22/9/23), ikut merasa kehilangan atas kepergian putera Desa Allang itu.
Sebagai seorang manusia, kata Wagub, rasanya berat untuk menerima kenyataan lebih khusus untuk sanak keluarga dekat almarhum.
“Kita ingin melakukan banyak hal, namun apa daya waktu kita terbatas di dunia ini. Olehnya itu, atas nama Pemprov Maluku kami ucapkan duka cita yang mendalam,” kata Orno.
Suasana upacara pelepasan jenazah oleh teman-teman sejawat yang digelar dalam rapat paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Maluku Benhur G Watubun sebagai bentuk penghormatan terakhir terlihat begitu haru.
Hingga akhir hayatnya almarhum adalah anggota terpilih DPRD Maluku periode 2019-2024.
Almarhum meninggalkan seorang istri berdarah Toraja-Sulawesi Selatan bernama Maria Magdalena Tulak dengan tiga orang anak putera-putri.
Ketika almarhum masih hidup belum lama ini saya sempat berkomunikasi via WA untuk meminta kesediaan memfasilitasi saya bertemu dengan mantan gubernur Maluku Bapak Karel Alberth Ralahalu untuk sebuah wawancara seputar pandangan tokoh-tokoh Maluku melihat masa depan Maluku kedepan.
Satu di antara tokoh Maluku yang akan diwawancarai itu Pak Karel. Pak Karel yang mantan Komandan Korem XVI Pattimura oleh banyak kalangan di daerah ini punya kesan tersendiri sebab ia merupakan sosok pensiunan militer yang banyak diterima masyarakat karena sikap egaliter.
Saat itu almarhum bersedia untuk memfasilitasi, namun karena saat itu usai menghadiri acara salah satu organisasi paguyuban Pak Karel tak bisa lagi dijumpai karena telah kembali ke Jakarta.
Belakangan Pak Karel memang lebih banyak menetap di ibukota Jakarta ketimbang di Ambon. Hingga almarhum Edwin Huwae menghembuskan nafas terakhir niat baik untuk bertemu Pak Karel belum sempat terwujud.
Almarhum Bung Edwin Huwae sudah lama saya kenal tapi jarang bertemu dan hanya melakukan komunikasi via telepon untuk bertukar kabar termasuk pertanyaan seputar pertarungan tampilnya putera terbaik Maluku dari Desa Tanjung Allang, Ambon, itu menuju kursi DPR-RI 2024 dari PDIP Dapil Maluku.
Seperti kebanyakan temannya yang lain, sepengetahuan saya ia adalah sosok yang cair dalam berkomunikasi. Tidak bangga diri serta mudah menyapa dan murah senyum.
Mantan pengacara yang kemudian memilih profesi sebagai politisi itu tentu banyak bersentuhan dengan gesekan politik dan perbedaan tapi hingga menjelang ajal tiba penampilannya tetap tidak berubah.
Selalu tampil apa adanya. Pun gaya bicaranya demikian. Cair dan mengalir. Tidak suka basa-basi.
Saat mendapat kepercayaan menempati posisi sebagai Ketua DPRD Maluku saya sempat berjumpa dengan almarhum untuk suatu urusan kantor.
Saat menerima saya di ruang kerjanya di Karang Panjang, Ambon, Jumat, 5 Desember 2014, ia tetap dengan gayanya seperti yang dulu.
Ikut mendampingi di sebelah kanan Bung Edwin Huwae tidak lain adalah sahabat almarhum yang juga menjabat staf ahlinya bernama Bung Benhur G Watubun yang kini telah menempati posisi sebagai Ketua DPRD Maluku itu. Di sebelah kiri ada Kabag Humas DPRD Maluku Ibu Fiona.
Meski telah menjadi orang penting di Maluku, namun almarhum tetap tampil apa adanya tidak menampakkan sosok sebagaimana kebanyakan pejabat yang terkesan formalistik.
“Saya ini sudah lama kenal Pak Mad. Sejak awal saya menjadi pengacara muda. Jadi saya sudah tak asing lagi dengannya,” ujar Bung Edwin saat itu.
Sikap dan gayanya yang low profile dari seorang Edwin Huwae membuat ia tidak sulit ditemui, juga tidak pelit untuk diajak berkomunikasi.
Sebagai seorang politisi yang dibesarkan di PDIP Maluku, penampilannya yang khas dan raut wajahnya yang suka senyum berikut kemampuan membangun komunikasi membuat yang bersangkutan bisa diterima oleh banyak kalangan.
Dibesarkan dari bawah membuat Bung Edwin Huwae merupakan satu di antara politisi PDIP Maluku memiliki kemampuan membangun komunikasi terutama dalam menjaga kepercayaan dengan banyak kalangan, tidak saja di internal partai tapi juga dengan lintas organisasi, lintas partai, kelompok, dan ormas di daerah ini.
Itu pula membuat ia mendapat kepercayaan selain sebagai Ketua DPRD Maluku juga dipercaya sebagai Ketua DPD PDIP Maluku menggantikan posisi yang sebelumnya dijabat Pak Karel.
Saat itu, Pak Edwin merupakan kader muda PDIP Maluku yang telah digadang-gadang memiliki kans kuat untuk memimpin partai berlambang banteng moncong putih itu.
Terbukti beberapa bulan kemudian almarhum akhirnya terpilih sebagai Ketua PDIP Maluku.
Saat itu ada tiga nama yang diperbincangkan namun yang menguat dan berpeluang hanya Edwin Adrian Huwae.
Mengutip Rakyat Maluku, Sabtu, (6/12/14), tiga nama yang diperbincangkan untuk menggantikan posisi Pak Karel yakni Bung Lucky Wattimury (mantan sekertaris DPD), Bung Edwin Adrian Huwae (wakil ketua DPD) dan Bung Bitzael Silvester Temmar (mantan ketua DPD).
Di mata almarhum Bung Edwin Huwae, membangun Maluku tak cukup hanya mengandalkan pemikiran semata, namun harus diikuti oleh ketulusan hati karena sebagai bangsa besar yang menjunjung tinggi adat ketimuran faktor etika dan budaya yang masih kuat harus tetap dipertahankan.
“Membangun Maluku tidak cukup hanya mengandalkan intelegensia saja, tapi harus dengan ketulusan hati,” ujarnya.
Penampilannya yang tidak terkesan elitis dan merakyat itulah sosok Bung Edwin kerab diidentikkan dengan mantan Ketua PDIP Maluku sebelumnya yang sangat fenomenal yakni almarhum Pak John Mailoa.
Dalam berbagai kesempatan ia memang mengakui ketokohan para seniornya di PDIP Maluku. Salah satu tokoh yang menjadi idola Bung Edwin yakni almarhum Pak John Mailoa.
“Beliau itu senior kami. Pak John saya sangat kagumi,” ujar putera terbaik asal Desa Alang, itu.
Setiap kunjungan Pak John Mailoa ke daerah-daerah untuk menemui konstituen, almarhum Bung Edwin kerab menjadi asisten pribadi Pak John Mailoa sebagai “juru bayar” ketika mereka harus mengongkosi biaya transportasi dan akomodasi antarpulau.
“Tas Pak John yang berisi uang itu saya yang pegang. Beliau tinggal menyuruh saya membayarnya. Dari pengalaman bersama almarhum saya belajar banyak dari beliau. Pak John itu orang yang tidak pelit. Dermawan atau tidak kikir,” ujarnya.
Setelah almarhum Pak John Mailoa meninggal dunia sosok Pak John sulit lagi ditemukan.
Dan sebagai generasi muda PDIP yang lagi naik daun Bung Edwin Huwae kala itu ikut disebut-sebut menjadi salah satu sosok penting.
Tak heran Ketua PDIP Maluku yang juga mantan gubernur Maluku dua periode Pak Karel Alberth Ralahalu angkat bicara terkait sosok yang satu ini.
Meski sempat menjadi polemik di internal PDIP, namun penunjukkan Bung Edwin Huwae sebagai Ketua DPRD Maluku beberapa waktu kemudian oleh Ralahalu dinilai sudah tepat.
Di mata Ralahalu, Bung Edwin Huwae merupakan kader muda potensial PDIP Maluku yang tak diragukan kapabilitas dan loyalitasnya dalam memajukan dan mengembangkan PDIP di Maluku.
“Kedepan kita butuh anak muda. Dan, Pak Edwin bisa mewujudkan kemampuannya membangun sinergitas di kalangan internal di DPRD Maluku juga dengan gubernur Maluku sebagai mitra kerjanya,” ujar Pak Ralahalu saat itu.
Selamat jalan Bung Edwin Huwae. Semoga tenang dan damai di sisiNya. (AHMAD IBRAHIM)