Kota Ambon kini punya bintang baru dalam dunia musik. Boleh jadi dia adalah Fresly Nikijuluw. Setelah kepergian pemusik nasional asal Ambon seperti Broery Pesulima, Glend Fredly, dan Jopie Lattu dengan lagu-lagu khasnya kini tampil sosok baru Fresly Nikijuluw dengan lantunan reagge untuk donci-donci Ambon.
Tidak saja rakyat biasa, kelas menengah hingga elite pejabat juga ikut larut berlenggak lenggok menikmati lagu khas nyong Ambon yang berjudul: “Tamang Pung Kisah,” itu.
Lantunan Fresly Nikijuluw kini seolah ikut “menenggelamkan” donci khas berbahasa Lamaholot asal Kabupaten Lembata dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang juga sempat populer berjudul: “Sedon Lewa Papa”.
Seperti lagu “Sedon Lewa Papa” ya ng viral di media sosial termasuk TikTok dan YouTube lagu versi Fresly Nikijuluw juga tidak kalah populer. Hampir di semua kanal di dunia maya goyangan khas Amboness itu mudah dijumpai.
Pada masanya ketika lagu “Goyang Tobelo” viral para penikmat musik juga larut atas lagu yang dipopulerkan Jopie Lattu itu. Tiada hari seolah tanpa “Goyang Tobelo”. Di acara-acara resmi pejabat atau pesta perkawinan mereka seakan tenggelam bersama “Goyang Tobelo”.
Kini, seiring meredupnya “Goyang Tobelo” diikuti “tenggelamnya” lagu “Sedon Lewa Papa” dari Lembata para penikmat musik kembali dihibur oleh musisi muda nyong Ambon.
Saya memang terlambat tahu. Dan baru mengikuti perkembangan itu setelah menyaksikan di kanal YouTube dan TikTok begitu banyak follower Fresly Nikijuluw yang berwayase hingga nun di pelosok.
Saat puncak peringatan HUT ke-78 Provinsi Maluku yang dirangkaikan Pesta Rakyat di Lapangan Merdeka bertajuk ”Festival Budaya Maluku” yang mengusung tema: “Unity in Diversity” atau “Bersatu dalam Keragaman” saya sempat melintas dan melihat begitu banyak pengunjung hingga memacetkan jalan, Sabtu, (26/8/23).
Ternyata saat itu ada bintang baru di sana. Ia tidak lain Fresly Nikijuluw. Saya tidak sempat menyaksikan langsung bagaimana penampilan sang musisi itu. Belakangan kegelisahan itu baru terjawab setelah saya berselancar di medsos mencari tahu sosok Fresly Nikijuluw.
Setelah menelusuri di laman YouTube dan TikTok tidak salah kalau sang pelantun yang berusia 24 tahun itu tidak kalah populer dengan para pemusik Ambon lainnya karena ia kini sudah punya 7,3 juta follower.
Bahkan di salah satu situs menyebutkan jumlah follower yang distreaming melalui YouTube untuk lagunya berjudul: “Mantan” itu sudah berada di angka 23 juta pengikut. Waoo!!
Donci-donci Ambon termasuk salah satu industri musik paling populer dan sangat mudah ditemui hingga ke pelosok desa. Bahkan sampai di ujung-ujung pulau. Rasanya tidak lengkap kalau acara perkawinan atau pesta lainnya tidak ada donci Ambon.
Seni khas lagu-lagu Ambon selalu bersentuhan dengan alam, tanjung, gunung, dan laut. Juga terkait cinta dan kasih sayang.
Untuk melengkapi tulisan ini, tadi malam, Minggu, (10/9/23), saya menghubungi dan meminta pendapat dari pengamat musik Kota Ambon yang juga dikenal sebagai Direktur Ambon Music Office (AMO) Focal Point of Ambon UNESCO City of Music Ronny Loppies.
Pertanyaan saya lebih terkait soal reputasi penyanyi-penyanyi Ambon yang demikian populer itu. Apakah sampai sejauh ini kepopuleran dalam dunia tarik suara itu dipengaruhi oleh faktor genetika atau faktor lain.
Memang belum ada studi yang melakukan penelitian khusus terkait mengapa musisi-musisi Ambon selalu melahirkan pemusik-pemusik berbakat.
Meskipun belum ada kajian, tapi di mata Ronny Loppies dari pengalaman selama ini popularitas penyanyi-penyanyi Ambon hingga ke tingkat nasional sampai internasional lebih banyak dipengaruhi oleh lanskap karena faktor lingkungan dan alam baik gunung, daratan, pantai, dan lautan.
Jadi, selain lanskap juga tidak lepas karena pengaruh faktor anatomi tubuh terutama pada pita suara. Pita suara orang Ambon itu juga ikut membedakan lanskap mereka di bidang musik antara yang menetap di pantai dan mereka yang tinggal di gunung.
“Di pita suara itu ada namanya larix dan pharrinx. Nah, orang Ambon itu dalam bernyanyi frekuensi suara mereka selalu berada di posisi menengah. Tidak tinggi juga tidak rendah,” ujarnya.
Tidak heran bila para musisi top Ambon baik di level nasional maupun lokal lagu-lagu mereka lebih banyak bersifat sentimentil, menyentuh dan mendayu-dayu. Termasuk yang dilantunkan Fresly Nikijuluw.
Rata-rata yang dibawakan musisi Ambon adalah lagu pop, bukan rock. Dan lagu-lagu penyanyi Ambon itu tidak memekakkan telinga.
“Ini semua karena pengaruh lanskap alam atau faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh gunung, pantai, dan lautan. Juga tidak lepas karena pengaruh lagu-lagu yang dibawakan di gereja. Kan suara yang dinyanyikan di gereja itu merdu. Tidak berteriak. Tapi semua ini tentu juga tidak lepas karena di sana ada karya Tuhan,” ujar Ronny Loppies yang baru saja kembali dari Amerika Serikat menjadi pembicara di Lower Town Arts and Music Festival 2023 di Paducah, Kentucky USA, itu.
Empat tahun lalu kota ini telah dinobatkan sebagai Ambon Kota Musik oleh sebuah lembaga dunia bernama UNESCO tahun 2019 pada masa walikota Richard Louhenapessy.
Ronny Loppies sendiri yang sehari-hari dikenal sebagai Dosen Jurusan Kehutanan pada Fakultas Pertanian, di Kampus Unpatti Ambon oleh Pemkot Ambon telah diberi kepercayaan sejak 2017 sebagai Direktur AMO.
Sebagai Direktur AMO ia punya tugas khusus membantu mengembangkan industri musik di kota ini termasuk orang-orang semacam Fresly Nikijuluw dkk juga menjadi bagian dari tanggung jawabnya.
Meski berlatar belakang dosen jurusan kehutanan namun kecintaannya pada dunia tarik suara telah mengantarkan Ronny Loppies tampil menjadi pembicara soal musik baik nasional, regional, bahkan internasional.
“Saya diundang menjadi pembicara di Thailand, Belanda, Korea Selatan dan Amerika Serikat,” ujar jebolan S2 Universitas Gootingen, Jerman, di bidang Ilmu Penginderaan Jauh, itu.
Ronny Loppies merupakan inovator pelayanan publik terbaik di Indonesia tahun 2020-2023 KemenpanRB dengan topik “Ambon City of Music, Cari Makan Jual Suara, Kurikulum muatan lokal wajib musik.”
Pria keliahiran Ambon 6 Juli 1965 itu dipercaya menyusun program kurikulum muatan lokal wajib musik tradisional Ambon di 10 sekolah sebagai sekolah percontohan dan menjadikan pariwisata konvensional menjadi pariwisata alternatif berbasis musik untuk 10 Daya Tarik Wisata (DTW) di kota ini.
Munculnya industri kreatif musik di Ambon umumnya secara button up. Ini salah satu contoh bagaimana mendorong agar kreatifitas industri musik itu harus dimulai dari bawah. Ambon sebagai kota yang memiliki keterbatasan Sumber Daya Alam (SDA) menuntut kita harus mengembangkan industri-industri kreatif.
“Jika SDA punya keterbatasan, maka tidak dengan ide dan konsep. Ide dan konsep itu tidak terbatas. Salah satunya musik,” ujarnya.
Adapun bagaimana mengembangkan ide dan kreatifitas itu sudah diawali oleh Fresly Nikijuluw dkk. Mereka mulai dari membangun komunitas dan berkolaborasi hingga berkembang kreatifitas mereka dan kemudian menjadi icon.
“Fresly Nikijuluw itu membangun icon bukan saja di Ambon, tapi ia dan komunitasnya justeru dikenal oleh ribuan penggemarnya diluar Ambon. Ia populer dan punya penggemar malah sampai di Morotai, Jailolo, Ternate, Tobelo dan Baubau,” ujarnya.
Untuk menjaga reputasi itu tidak salah orang-orang semacam Fresly Nikijuluw dkk harus terus dilatih dan dikembangkan agar kemampuan mereka dalam dunia tarik suara tidak redup.
Lahirnya bintang baru Fresly Nikijuluw ini tentu akan mengangkat sosok pemusik Ambon mengikuti senior mereka yang jauh lebih dulu telah populer seperti almarhum Broery Pesulima, Glend Fredly atau Jopie Lattu.
Tentu karya-karya musik yang dihasilkannya itu haruslah bernilai sastra tinggi biar bisa dinikmati oleh para penggemar dengan sentuhan yang memiliki nilai-nilai edukatif.
Jika musik adalah keindahan yang tidak terlihat tapi terasa sampai ke jiwa, maka selayaknya nilai-nilai musik itu juga bisa mendorong para penikmatnya ke arah yang bernilai positif.
Kita memang punya gedung musik di Passo tapi kondisi bangunannya kini terkesan terbengkalai. Meski banyak yang memuji langkah yang ditempuh oleh mantan walikota Richard Louhenapessy menjadikan Ambon Kota Musik itu, tapi juga ada yang dikritisi oleh para seniman karena tidak diikuti oleh sarana pendukung untuk pengembangan industri musik di kota ini.
Ronny Loppies tidak sependapat bila kemudian popularitas penyanyi Ambon tidak lagi menjadi icon nasional saat ini seiring meredupnya nama-nama top asal Ambon karena tidak ada kepedulian.
Saat ini industri musik tidak lepas dari pengaruh teknologi komunikasi. Dulu orang punya suara yang bagus sudah cukup menjadi penyanyi. Tapi saat ini industri kita sudah berbelok sehingga orang-orang yang tadinya suaranya tidak bagus tiba-tiba bisa menjadi penyanyi karena pengaruh teknologi.
“Dulu, suara bagus belum tentu bisa menjadi penyanyi. Sekarang ini dengan platform media digital orang yang suaranya fals tiba-tiba menjadi bagus. Itulah kenyataan yang kita hadapi dalam industri musik saat ini. Walaupun demikian kita tidak boleh berputus asah,” ujarnya.
Bakat orang Ambon di bidang musik juga pernah menyita seorang mantan Wapres Jusuf Kalla (JK). Dalam suatu kesempatan ia pernah mengungkapkan sebuah tesis bahwa orang Ambon/Maluku memiliki jiwa seni dan budaya yang khas di bidang musik.
Selain dikenal sebagai pembaca buku, JK juga adalah seorang penikmat lagu-lagu khas Ambon. Itu sebagai bagian dari cara beliau memahami lebih dalam tentang sosiologi dan karakteristik sebuah masyarakat. Dan melalui seni bermusik inilah JK berkesimpulan kalau orang Ambon punya jiwa seni dan nilai sastra yang tinggi.
Tidak ada yang kurang dengan Kota Ambon. Pengakuan tentang nilai sastra di bidang musik di Kota Ambon juga pernah diakui oleh seorang mantan Diplomat yang pernah bertugas sebagai wakil Dubes di Belanda Jauhari Oratmangun.
Ketika mengikuti acara Forum Bisnis Indonesia di Belanda, Agustus 2005, saya pernah teringat atas apa yang dikatakan oleh Jauhari Oratmangun kalau Kota Ambon punya nilai khas di bidang musik bila dikelola dengan baik.
Ia bahkan mengatakan industri Kota Ambon bisa hidup bila dikelola dengan profesional. Bahkan tidak kalah dengan Jamaica sebuah negara yang berada di Kepulauan Karibia yang dikenal dengan industri musik reggaenya itu.
Ketika berkunjung ke Ambon lima tahun lalu setelah berganti posisi sebagai Dubes Cina Jauhari Oratmangun lagi-lagi mengulangi obsesinya itu.
“Kota Ambon itu tidak kalah jauh dengan Jamaica. Baik musik, geografi, dan gestur orangnya sangat mirip. Jamaica dikenal sebagai pusat aliran musik reggae,” ujarnya dalam suatu acara makan malam di Kawasan Urimessing, Ambon.
Dari musik saja, kata Jauhari, setiap tahun tidak kurang 1,5 juta wisatawan berkunjung ke Jamaica untuk menikmati alam juga musik reggae. “Ambon harus bisa,” kata Jauhari.
Kini bintang baru bernama Fresly Nikijuluw telah menghiasi industri musik Kota Ambon. Semoga kedepan lahir karya-karya musik bermutu lainnya dari Tanah Manise.(*)