RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — JAKARTA, — Bakal calon presiden (capres) Koalisi Perubahan Anies Baswedan buka suara soal anggapan dekat dengan ormas Front Pembela Islam (FPI) dan Habib Rizieq Shihab (HRS) menjelang Pilpres 2024.
Anies menjelaskan, saat kampanye Pilgub DKI 2017 lalu, dia berkunjung ke banyak ulama, hanya saja yang disorot adalah saat dia berkunjung ke FPI.
“Saya mengunjungi tokoh-tokoh agama semua. Tetapi, hanya kunjungan FPI yang menjadi berita yang luar biasa besar,” kata Anies melalui akun X, @aniesbaswedan, Kamis (7/9) seperti dikutip dari CNNIndonesia.
Ia menilai pertemuannya dengan komunitas keagamaan lain pada saat itu tidak mendapat eksposure besar. Anies mengaku selama kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, ia dekat dengan seluruh organisasi keagamaan.
“Baik yang berbasis agama Islam, Kristen, Hindu, Budha semua saya jangkau dan ketika periode kampanye 2016-2017,” kata dia dalam postingan yang berjudul ‘Anies sering dikaitkan dengan FPI & punya kedekatan dengan HRS. Apakah Anies dukung FPI?’
Selain itu, Anies mengklaim selama menjabat sebagai gubernur, ia mendukung penuh seluruh organisasi yang memiliki legalitas dari Pemprov DKI. Ia menjelaskan sebagai gubernur ia bertugas untuk memfasilitasi dan membuka ruang komunikasi dengan seluruh pihak.
“Dan harus menerapkan prinsip kesetaraan di dalam membuat kebijakan tidak berat sebelah untuk semua kelompok baik agama, etnis, suku,” ucapnya.
Anies dan imam besar FPI Rizieq Shihab mulai menjalin kedekatan pada Pilkada 2017 silam. Kedekatan keduanya mulai tampak kala Anies hadir ke markas FPI sebagai pembicara dalam sebuah seminar di Petamburan, 1 Januari 2017.
Pada pertemuan itu, Anies sekaligus membantah sejumlah fitnah yang sempat ditujukan kepadanya.
“Pak Anies ini kerap mendapatkan fitnah, lengkap sudah, maka dari itu kami berikan kesempatan pada beliau untuk menjawab,” kata Rizieq kala itu.
Dalam pertemuan tersebut, Anies menjelaskan bahwa dirinya kerap dituding sebagai Syiah dan tokoh Jaringan Islam Liberal, bahkan ada yang menyebutnya berpaham Wahabi. Dalam kesempatan itu, dia membantah semua tuduhan tersebut.
“Aneh benar, masak satu orang difitnah Syiah sekaligus Wahabi, padahal mereka kan musuhan,” ucap Anies.
Proses Pilkada DKI 2017 ketika itu diwarnai dengan pelbagai unjuk rasa ormas Islam menyusul pernyataan calon petahana, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang dianggap dinilai menistakan Islam.
Setelah video berisi ucapan yang mengutip surat Al Maidah ayat 51 viral di media sosial, Ahok mendapat banyak kecaman.
Pernyataan Ahok itu memantik aksi demonstrasi bertajuk Aksi Bela Islam yang digawangi ratusan anggota FPI di bawah kepemimpinan Rizieq Shihab. Aksi ini dilakukan berjilid, mulai 14 Oktober 2016, 4 November 2016 atau yang dikenal aksi 411, hingga 2 Desember 2016 atau Aksi 212.
Adapun kini pemerintah menetapkan FPI sebagai organisasi terlarang. Keputusan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Bersama 6 Pejabat Tertinggi di K/L yakni Mendagri, Menkumham, Menkominfo, Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala BNPT.
Dalam SKB tersebut, pemerintah juga melarang seluruh kegiatan dan penggunaan simbol FPI di wilayah Indonesia. Aparat penegak hukum akan menindak seluruh kegiatan yang masih menggunakan simbol FPI.
“Menyatakan FPI adalah organisasi yang tidak terdaftar sebagai ormas sebagaimana diatur dalam undang-undang sehingga secara de jure telah bubar sebagai ormas,” kata Wakil Menteri Hukum dan HAM, Edward Omar Sharif Hiariej atau Eddy Hiariej, Rabu (30/12). (INT)