Sabtu malam lalu, (2/9/23), saya mewawancarai bersama Pj Walikota Ambon Bodewin Wattimena. Jebolan terbaik Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) ini menerima saya di rumah jabatan di Kawasan Karang Panjang Ambon. Banyak hal dibicarakan dalam dialog itu antara lain menyambut HUT Kota Ambon yang jatuh hari Kamis lusa, 7 September 2023. Juga soal kepemimpinan dan heterogenitas, berikut himbauan menyambut kesiapan memasuki tahun politik 2024 dan apa saja yang harus kita lakukan menghadapi iklim politik itu. Lantas bagaimana pula kesiapan seorang Bodewin Wattimena yang juga disebut-sebut bakal menjadi salah satu kandidat pada Pilwakot nanti? Berikut ini petikan wawancara khusus wartawan Rakyat Maluku Ahmad Ibrahim bersama suami dari Felisa Maria Kalalo itu.
Tanggal 7 September 2023 lusa Kota Ambon akan memasuki usia ke-448 tahun. Sebagai Pj Walikota Ambon apa pesan Anda untuk warga kota?
Salah satu pesan penting ingin saya sampaikan bahwa sebagai warga kota yang baik mari kita semua menjaga dan memelihara kota ini dari segi kebersihan lingkungan, ketertiban, dan kedamaian. Kota ini bisa baik, maju, dan berkembang kalau kita semua sama-sama merasa memiliki dan bertanggungjawab menjaga dan memelihara. Sebab di kota ini tempat kita tinggal, bekerja, berusaha dan mencari nafkah. Tempat dimana kita membangun peradaban untuk masa depan generasi kita yang akan datang karena itu kita semua harus merasa memiliki.
Kota Ambon dulu telah menjadi pusat perhatian dunia, pusat pendidikan, ekonomi dan perdagangan dengan aneka penduduk yang beragam. Di tengah keanekaragaman itu kehidupan masyarakatnya sangat dinamis. Sebagai penjabat walikota Ambon apa yang harus dilakukan oleh warga kota untuk menjaga agar keharmonisan kehidupan tetap tumbuh dengan baik?
Kota Ambon sejak dulu sudah dikenal sebagai kota yang majemuk. Heteregonitas masyarakat yang datang dengan aneka kehidupan yang beragam baik agama, suku, etnis dan latar belakang itu menunut kearifan dari kita semua untuk menjaga dan memelihara. Dan, menghadapi masyarakat yang majemuk itu pola kepemimpinan di Kota Ambon haruslah seorang yang berpikiran generalis tidak terkooptasi pada satu kelompok tapi harus mampu mengayomi semua komunitas yang hidup di kota ini. Dunia sudah berkembang semua telah berubah mau tidak mau cara berpikir dan mindset kita pun juga berubah. Itulah bedanya Ambon. Berbeda dengan di Pulau Buru atau di Kabupaten Seram Bagian Timur yang masyarakatnya homogen.
Konsep atau tema HUT Kota Ambon tahun ini yakni “Ambon Par Samua”. Apa makna di balik tema itu?
Konsep ini sebenarnya lanjutan dari tema HUT Kota Ambon tahun lalu: “Kasih Par Ambon”. Artinya, kalau Anda sebagai warga kota yang baik maka tugas Anda dan kita semua harus punya andil dan sama-sama ikut berperan dan punya kepedulian untuk memberikan yang terbaik. Apapun yang kita lakukan pada pekerjaan dan profesi yang berbeda haruslah kita berikan yang terbaik untuk kota ini. Anda yang bertugas di pemerintahan sebagai pelayan masyarakat harus selalu mengedepankan rasa keadilan dan wajib memperlakukan semua masyarakat Kota Ambon dengan prinsip-prinsip egalitarisme atau kesamaan. Kalau Anda yang berprofesi sebagai wartawan tentu harus memberikan kontribusi atas informasi positif serta kritis yang konstruktif untuk kemajuan kota ini. Dan, saya bersyukur kepada Tuhan pada Jumat kemarin, (1/9/23), di Jakarta saya telah memaparkan Laporan Pertanggungjawaban Kinerja sebagai Pj Walikota Ambon selama Triwulan I pada Tahun Kedua kepemimpinan saya di hadapan 11 pejabat evaluator Kemendagri dengan nilai terbaik. Dari hasil evaluasi berdasarkan tiga kriteria dari 100 indikator untuk kategori pengelolaan pemerintahaan, pembangunan dan kemasyarakatan Kota Ambon mendapat ranking terbaik berada pada nilai 80,50 untuk kategori baik atau berada pada urutan kedelapan dari 150 provinsi/daerah/kota se-Indonesia. Terima kasih Pak Sekkot, teman-teman Pimpinan OPD atas dukungan sehingga semuanya dapat berlangsung dengan baik.
Melalui tema HUT ke-448 “Ambon Par Samua” kedepan Kota Ambon seperti apa yang kita harapkan?
Tema HUT “Ambon Par Samua” tentu menekankan bahwa muara dari semua usaha terbaik yang telah kita lakukan tahun lalu sesuai tema: “Kasih Par Ambon” dan kini “Ambon Par Samua” akan berpulang kepada kita semua tanpa memandang suku, agama, kelompok, atau komunitas. Sebab Ambon itu milik kita semua. Milik kita bersama. Dan, sebagai kota yang inklusif kita semua berada pada posisi yang setara dan wajib mendapat perlakuan yang sama. Tidak ada yang merasa lebih penting dari yang lain makanya kita semua harus jaga dan pelihara kota ini untuk kebaikan kita bersama membangun masa depan peradaban di Tanah Manise yang kita cintai ini agar menjadi lebih baik.
Lahir dan besar di sebuah di distrik bernama Desa Siwang, Kecamatan Nusaniwe, di sebelah selatan pegunungan Kota Ambon, 4 Mei 1975, Bodewin Wattimena datang dari keluarga sederhana dari seorang ayahnya bernama Alberth Wattimena yang dikenal sebagai petani dan seorang ibunya bernama Elsya Wattimena yang sehari-hari bekerja sebagai “papalele” atau pedagang hasil bumi yang dibawa keliling di Kota Ambon. Sebagai anak yang lahir dari keluarga yang secara ekonomis terbatas Bodewin Wattimena yang alumni terbaik Institut Ilmu Pemerintahan (IIP), 1997, itu tetap tampil sebagai seorang low profile. Ia termasuk sedikit di antara pejabat daerah di Maluku yang beruntung hingga membuat banyak yang terperanjat setelah mengetahui bahwa yang ditunjuk oleh Mendagri Titto Karnavian sebagai penjabat walikota Ambon menggantikan Richard Louhenapessy Mei 2022 lalu adalah dirinya. Sepintas ia kelihatan adalah seorang birokrat yang tampil apa adanya. Tidak elitis.
Setelah memasuki tahun kedua kepemimpinan sebagai penjabat walikota, kesan apa yang bisa Anda tangkap?
Pertama, sebagai makhluk Tuhan saya tentu berterima kasih atas amanat yang telah diberikan oleh negara untuk memimpin kota ini. Semua ini bisa berjalan tentu tidak terlepas dari campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka sebagai makhluk Tuhan kita patut bersyukur atas semua kebaikan yang telah Tuhan berikan ini. Karena itu kita tidak harus berbangga apalagi menyombongkan diri atas jabatan ini. Tugas kita sekarang adalah bersama seluruh staf dan jajaran di Pemkot Ambon untuk sama-sama menjalankan amanat ini untuk melayani warga Kota Ambon dengan penuh tanggung jawab. Jangan karena jabatan persahabatan kita abaikan. Jangan karena jabatan kita jauhi pertemanan. Kedua, kunci utama dari membangun Kota Ambon yang heterogen ini adalah komunikasi. Sebagai pemimpin kita harus berdiri pada semua kepentingan. Dan, hanya pemimpin berjiwa generalislah yang mampu beradaptasi dengan lingkungan. Paham terhadap masalah yang dihadapi kemudian mencari solusi lalu memecahkan masalah. Itulah pemimpin generalis. Selama mengikuti studi di STPDN kami sudah dilatih soal-soal kepemimpinan. Kalau di tempat lain mereka baru belajar teori, namun di STPDN kami langsung praktek. Contoh kalau di suatu kecamatan tidak punya tenaga medis dan perawat maka kami disuruh menelaah, mencari solusi, lalu memecahkan masalah.
Sebagai orang yang pernah aktif di Sekretariat Dewan DPRD Provinsi Maluku selama 20 tahun dengan posisi terakhir sebagai Sekwan DPRD Maluku hingga kemudian ditunjuk sebagai penjabat walikota apa yang bisa dipetik dari pengalaman itu?
Tentu banyak sekali pengalaman. Saya orang birokrat Pemda Maluku yang ditempatkan di DPRD Maluku bertugas menjembatani semua kepentingan baik eksekutif maupun legislatif. Juga mengkomunikasikan dan mengonsolidasikan dengan baik bersama para stakeholder pada semua elemen baik LSM, organisasi kemasyarakatan, tokoh agama, pemuka masyarakat, OKP, akademisi, para rektor dll. Kalau saat ini Anda lihat pola hubungan kemasyarakatan relatif baik karena pendekatan saya yang telah terbangun selama 20 tahun itu masih terpelihara sampai sekarang. Saya kenal baik semua pimpinan OKP, akademisi, aktivis, tokoh agama, tokoh masyarakat, juga pimpinan-pimpinan partai di Kota Ambon. Inilah modal awal yang baik setelah saya ditunjuk sebagai penjabat walikota. Seperti yang saya katakan sebelumnya semua itu bermuara pada bagaimana membangun komunikasi yang baik, dan sebagai pemimpin kita tentu harus berdiri pada semua kepentingan.
Kota Ambon merupakan barometer, pusat pendidikan, ekonomi, perdagangan, dan kota transit dari dan antarpulau di Provinsi Maluku tentu memiliki dinamika yang berbeda dengan kota lain selain faktor heterogenitas. Sebagai walikota apa komentar Anda atas kenyataan ini?
Dari segi geografis, demografis, maupun sejarah Kota Ambon sudah menjadi pusat pertumbuhan yang terus berkembang. Dari data BPS, misalnya. Tingkat pertumbuhan penduduk Kota Ambon saat ini mencapai angka 320.000 jiwa tentu memiliki mobilitas yang tinggi. Berkembangnya UKM-UKM dan pasar-pasar baru di sudut-sudur kota, padatnya arus lalulintas yang tidak diikuti oleh infrastruktur jalan dan berakibat macet menandakan kota ini memiliki mobilitas yang tinggi. Tidak sebagaimana daerah lain mereka punya pusat-pusat industri, aset tambang dll, tapi Kota Ambon tidak punya. Namun demikian tingkat pertumbuhan begitu cepat. Mobilitas yang tinggi itu salah satu penyumbang terbesar justeru adalah mereka yang bukan penduduk ber-KTP Ambon tapi mereka yang datang dari wilayah-wilayah tetangga baik karena mencari nafkah, bekerja, atau berbisnis.
Apa yang menjadi problem di tengah begitu banyak tuntutan menjadikan Kota Ambon sebagai pusat ibu kota provinsi, pusat perekonomian, perdagangan, dan pendidikan itu?
Salah satu faktor tingginya inflasi di Kota Ambon pada 2022 pernah mencapai angka 4,0 persen dari rata-rata nasional. Tapi angka itu berhasil ditekan tahun 2023 turun menjadi 3,08 persen dengan deflasi berada di angka 0,35 persen. Inflasi yang tinggi itu karena beban sosial yang tinggi pada sektor ekonomi. Berdasarkan data BPS jumlah penduduk yang mencapai angka sebanyak 320.000 jiwa itu ternyata faktanya jumlah penduduk kita sesunguhnya sudah mencapai angka 400.000 jiwa. Sebanyak 100.000 jiwa itu adalah mereka yang tidak ber-KTP Ambon baik yang menetap atau melakukan mobilitas. Tahun depan kita akan menghadapi Pilpres, Pileg, Pilkada/Pilwakot saat pemilihan nanti kita lihat Kota Ambon akan lengang. Nah, mereka itulah yang masuk dalam angka 100.000 jiwa itu sebagai penyumbang terbesar yang ikut menjadi beban sosial kota ini. Kalau kemudian subsidi BBM maupun stok beras yang ditetapkan pemerintah pusat sering tidak mencukupi karena ada beban sosial di sana. Jadi kalau Anda lihat di SPBU begitu banyak mobil antri mengisi bahan bakar minyak umumnya bukan kendaraan penduduk Kota Ambon tapi mereka adalah bagian dari daerah tetangga. Jadi jatah konsumsi untuk penduduk Kota Ambon justeru juga dinikmati bersama dan menjadi beban Kota Ambon sebagai kota urban. Bagaimana dengan kesehatan? Ini juga menjadi problem sebab tidak sedikit mereka yang mau melahirkan yang datang dari daerah menjadikan rumah sakit di Ambon sebagai rujukan. Jika anak mereka yang melahirkan itu divonis oleh dokter sebagai stunting maka beban kesehatan menjadi tanggungjawab Pemkot. Karena program stunting sudah menjadi program nasional dan ini menjadi beban sosial buat Kota Ambon.
Sebagai birokrat Bodewin Wattimena datang dari keluarga sederhana. Semasa sekolah ia pernah duduk di bangku SD Naskat Ama Ory Ambon, SMP Hang Tuah Ambon, SMA Negeri Lateri Ambon, Diploma STPDN, Sarjana Institut Ilmu Pemerintahan (IIP), dan Pasca Sarjana pada Universitas Nusa Bangsa. Beristrikan Felisa Maria Kalalo yang sehari-hari bertugas sebagai Polwan di Polda Maluku itu mereka dikaruniai tiga orang anak yakni Angeline Christin Wattimena mahasiswi Fakultas Kedokteran Unpatti Ambon, Gabriello Wattimena siswa SMAN 1 Ambon, dan Jonathan Angelo Wattimena siswa Kls 5 SD.
Tahun depan kita akan memasuki tahun politik ditandai oleh Pilpres, Pileg, Pilkada, dan Pilwakot. Apa harapan Anda kepada warga kota menghadapi pesta politik lima tahunan itu?
Sebagai warga kota yang baik kita semua berharap dan punya kewajiban bersama menjaga kedamaian Kota Ambon yang kita cintai ini. Hindari politik identitas yang dapat memicu sentimen kelompok di kota ini. Dalam berbagai kesempatan saya selalu mengajak para pimpinan baik tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pimpinan paguyuban mari bersama-sama kita memasuki tahun politik 2024 memberikan imbauan dan ajakan kepada warga kita untuk selalu menjaga kekompakan dan solidaritas agar kondisi Kota Ambon selalu kondusif, aman, dan damai. Ini semua penting karena semuanya akan kembali kepada kita sebagai warga kota yang baik yang hidup dan mencari nafkah di kota ini.
Diam-diam diluar sana ada selentingan menyebutkan memasuki Pilwakot Ambon 2024 nama Anda masuk salah satu bursa pencalonan. Apa tanggapan Anda?
Saat ini saya fokus dulu menyelesaikan tugas dan amanah saya sebagai penjabat walikota. Kalau diluar sana ada selentingan nama saya disebutkan sebagai salah satu kandidat boleh jadi ada benarnya. Namanya aspirasi siapa saja bisa menyampaikan. Yang pasti saya masih fokus pada tugas saya saat ini. Semua orang punya pilihan. Dan, tahun 2024 merupakan momentum politik untuk memilih pemimpin terbaik baik Pilpres, Pileg, Pilkada, dan Pilwakot. Termasuk Pilwakot Ambon kita harus melahirkan pemimpin yang berkualitas. Pemimpin yang memiliki niat baik untuk memajukan daerah. Dalam hidup ini tidak ada yang sempurna karena itu hindari sedapat mungkin praktek-praktek politik praktis yang bila tidak dikelola dengan baik hanya akan berujung penyesalan. Bagi saya jabatan itu amanat dari Yang Maha Kuasa karena itu kita serahkan kepada Yang Di Atas, jangan memaksakan diri dengan menggadaikan jabatan yang hanya dipegang dalam tempo 5 atau 10 tahun tapi kemudian membuat reputasi kita redup. Selamat HUT Kota Ambon ke-448. Ambon Par Samua.