RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Menjadi guru ngaji di kampung adalah hal yang biasa. Tetapi jika sang guru ngaji punya kelebihan mengusasi beberapa bahasa asing, itu yang luar biasa. Seperti Arsyad Lumale, guru ngaji di Taman Pengajian Qur’an (TPQ) AS-Syalwa Kebun Kelapa Negeri Kaitetu Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah ini.
Arsyad Lumaela, pria berusia 65 lebih itu sudah lama menjadi guru ngaji di Taman Pengajian Qur’an (TPQ) AS-Syalwa Kebun Kelapa Negeri Kaitetu Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah .
Ia mampu menguasai empat bahasa asing kala usianya yang sudah tak lagi muda. Bahasa asing yang dikuasai diantaranya, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, Bahasa Italia, dan Bahasa Belanda.
“Saya pernah mengajar di Tehoru. Kala itu, sebagai tenaga honorer di SMP Negeri 1 Tehoru, dengan bidang studi bahasa inggris. Tapi tidak lama kebetulan saat itu kekosongan guru bahasa inggris, maka saya diperbantukan sementara di tahun 1979,” ujar Arsyad, Kamis 24 Agustus 2023.
Ia berasal dari Kaitetu. Dikatakan, dirinya juga sering memandu wisata di Masjid Tua Wapauwe Negeri Kaitetu apabila ada tamu asing seperti dari Australia, Belanda, Jerman, Italia dan lainnya yang sering berkunjung ke masjid tua yang dibangun pada tahun 1441 Masehi itu.
“Saya sebagai penerjemahnya. Bukan berarti mau sombong dengan kemampuan saya, tapi untuk membantu komunikasi dengan mereka, memberikan informasi buat mereka tentang sejarah Masjid Wapauwe,” akui pria paruh baya itu.
Lantaran aktifitasnya itu, diakui ia kemudian bisa sedikit berbahasa Inggris, Jerman, Italia, dan Belanda.
“Itu mungkin satu karunia buat Beta (saya) dan Beta juga tergabung dalam HPI (Himpunan Pariwisata Indonesia) jadi setiap event Sailing Darwin-Ambon Yacht atau lomba layar Darwin-Ambon beta sering disitu juga bergabung dengan HPI,” ungkapnya.
Ia mengakui, hanya orang biasa-biasa saja.
Diceritakan, dirinya adalah merupakan pensiunan guru olahraga di SD Kalauli.
Ia pun tak henti mengucap syukur karena sudah pensiun sejak lima tahun lalu, dan sekarang punya aktivitas di kampung jadi guru ngaji dengan jumlah santri yang ada sekitar 70-an orang.
Di sela-sela obrolan, Arsyad turut menuturkan kisahnya hingga bisa kuasai empat bahasa.
Dia pertama belajar berawal dari Bahasa Inggris, biasa antar tamu selaku guide lokal kemudian belajar Bahasa Belanda karena ada orang Belanda yang datang.
Jadi secara otodidak, berawal dari diajak kenalan dan ngobrol bersama turis asing.
“Hal ini sudah berjalan sejak tahun 1980-an. Ini karena kegigihan saya yang ingin jadi pemandu wisata lokal khusus untuk di desa. Karena ada tiga objek wisata di sini.
Diantaranya, Benteng Amsterdam peninggalan Belanda, Gereja Tua Immanuel peninggalan Belanda dan masjid tertua yang dibangun pada tahun 1914 di salah satu bukit yang namanya Wapauwe,” tuturnya.
Disebutkan, usia masjid sampai tahun ini sudah 600 tahun lebih dan masih dipergunakan untuk sholat lima waktu.
Ia juga menjelaskan soal riwayat pendidikannya. Arsyad menempuh sekolah di SD 2 Hila Kaitetu, SMP Hila kaitetu lulus tahun 1976, kemudian masuk SGO (sekolah Guru Olahraga) tahun 1977.
Pada waktu itu semua dilebur menjadi SGO, dan aa angkatan pertama masuk SGO tahun 1977 dan lulus tahun 1979.
Setelah itu, sambungnya, dirinya kemudian diangkat jadi guru PNS tahun 1983 di SD Inpres Kaitetu dan tahun 1984 SK PNS 100% setelah itu tugas mengajar di SD Talaga Kodok tahun 1986.
“Setelah itu pindah ke wakasihu karena wktu itu tidam ada guru olahraga dan guru agama, saya dipindahkan atau diberikan tugas untuk mengajar di sana selama 4 tahun.
Setelah itu kembali ke SD 1 Kalauli sampai pensiun, total 27 tahun di SD kalauli dan pensiun 1 Januari 2018,” ceritanya.
Lelaki dengan tiga anak itu mengaku, cita-citanya yang belum dicapai ialah memperluaskan akidah anak-anak terutama membaca Alquran dan menjadi Hafidz Qur’an. (**)