RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — BULA, — Tiga guru di sekolah dasar negeri (SDN) Amarwatu, Kecamatan Gorom Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) yang menjadi pejabat kepala desa didesa Basarin, desa Goha dan desa Sagei membantah meninggalkan tugas pokok sebagai guru disekolah tersebut.
Ketiga tenaga guru itu antara lain, Saraju Rumagutawan yang menjadi pejabat kepala desa (kades) Basarin, Saleha Rumagutawan menjadi pejabat kades Goha dan Mohdar Rumakway menjabat pejabat kades Sagei.
Dalam keterangan klarifikasinya, Mohdar Rumakway mewakili dua rekan lainnya mengaku, sejak ditunjuk menjadi pejabat kades di masing-masing desa, tugas pokok sebagai guru sekolah tetap dilaksanakan.
Tugas pokok yang dimaksud Mohdar yakni memeberikan materi pelajaran kepada siswa-siswi di SD negeri Amarwatu. Ia tidak menapik, tugas sebagai guru sewaktu-waktu ditinggalkan ketika ada urusan pencairan maupun pelaporan dana desa (DD) dan alokasi dana desa (ADD) pada instansi terkait dikota Bula yang memakan waktu cukup lama.
“Kalau kita berurusan di kota kabupaten (Bula) untuk proses dana desa tugas kita tinggalkan sementara tetapi setelah selesai kita kembali ke kampung kita tetap masuk sekolah, kita mengajar,”kata Mohdar didampingi dua rekannya, Saraju dan Saleha kepada media ini Kamis, 10 Agustus 2023.
Mohdar mencotohkan, seperti pelaksanaan ujian di sekolah tersebut, ia dan rekan-rekannya ada sebelum dan sesudah pelaksanaan ujian. Sebab, ketiga pendidik itu menyadari bahwa tugas menjabat kades hanyalah tugas tambahan yang diberikan oleh kepala daerah.
“Padahal kita masih urusan, tetapi karena kita dapat informasi mau ujian akhirnya kita balik kampung untuk pelaksanaan ujian. Kita awasi selesai, bikin perubahan selesai baru berangkat. Karna kita sadar bahwa pengabdian disekolah adalah tugas pokok, jadi pejabat kepala desa ini tugas tambahan,”ungkapnya.
Ia menegaskan, tidak akan meninggalkan tugas seharipun apabila urusan pencairan maupun pelaporan DD dan ADD bisa dilakukan ditempatnya bertugas. Hal ini karena sekolah tempat tugasnya berdekatan dengan desa yang dipimpinnya.
“Kalau kita ada di Bula disini bagaimana mau mengajar. Sekolah kan ada di Gorom. Seandainya urusan-urusan ini (laporan) di Gorom buat apa kita tinggalkan tugas, tapi karena kita diharuskan untuk urusan di kota kabupaten (Bula) makanya kita tinggalkan sementara,”ucapnya.
Guru bahasa Indonesia ini mengaku, baru mendengar informasi ada warga yang mengancam akan palang sekolah SD Amarwatu dari berita yang dipublikasikan media ini. Sebelumnya, informasi tersebut tidak didengar saat dia dan rekan-rekannya masih berada di Amarwatu.
“Kita baru dengar kalau ada warga yang ancam palang sekolah. Sebelum itu tidak ada informasi itu. Waktu kita masih disana (Amarwatu) tidak ada informasi itu,”ujarnya.
Meski begitu, Mohdar dan rekan-rekannya tidak mau berspekulasi panjang lebar. Mereka berterima kasih ada warga yang memantau tugas-tugasnya baik sebagai guru sekolah maupun sebagai pejabat kepala desa.
“Kita sadari betul bahwa tidak mudah menyenangkan semuanya. Tetapi kita harus berusaha memberikan yang terbaik untuk negeri lewat tugas-tugas kepala desa maupun generasi penerus bangsa dengan materi di sekolah,”tutupnya. (RIF)