Diam-diam ternyata Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Wilayah Maluku dan Maluku Utara (PLN UIW MMU) sudah punya gagasan besar untuk menyatukan sistem kelistrikan antarpulau di Provinsi Maluku Utara dan Propinsi Maluku secara integral melalui kabel bawah laut.
Untuk Provinsi Maluku langkah awal merangkaikan pulau melalui pendekatan interkoneksi dalam rangka menyatukan pusat-pusat pembangkit listrik itu akan dimulai dari Pulau Ambon, Pulau Haruku, Pulau Saparua, Pulau Seram, dan Pulau Nusalaut.
Ide besar itu dikemukakan oleh General Manager (GM) PLN UIW MMU Ir.H.Awat Tuhuloula di Kantor Pusat PLN UIW MM di Ambon, Selasa, 4 Juli 2023.
“Kalau di Provinsi Maluku Utara kita sudah punya sistem interkoneksi melalui kabel bawah laut antarpulau yakni Pulau Ternate, Pulau Maitara, dan Pulau Tidore,” ujar H.Awat Tuhuloula.
Pusat pembangkit listrik interkoneksi di Maluku Utara berada di Pulau Ternate dan Pulau Tidore. Mesin pembangkit listrik yang dipakai di Ternate menggunakan sistem PLMTG. Sedangkan sistem pembangkit listrik yang ada di Tidore menggunakan PLTU batu bara.
“Salah satu kelebihan dari interkoneksi melalui jaringan kabel bawah laut ini kalau terjadi trouble atau gangguan jaringan di Ternate maka aliran listrik yang ada di Tidore akan disupplai ke Ternate. Begitupun sebaliknya,” ujarnya.
Setelah koneksitas antara Pulau Ternate, Pulau Maitara, dan Pulau Tidore, maka akan diikuti pembukaan interkoneksi yang sama yakni antara Pulau Halmahera, Pulau Tidore, Pulau Moti, dan Pulau Makian.
Sebelum mewawancarai hari itu, lima hari sebelumnya saya pernah berpapasan dengan Pak Awat Tuhuloula usai salat Idul Adha. Ia berjanji tidak keberatan untuk bersilaturahmi mendatangi ruang kerjanya.
Untuk tidak kehilangan moment saya pun berselfi sembari meminta kesediaan Pak Awat untuk berbagi cerita soal pembangkit listrik di Loloda Kepulauan. Karena kesibukan pertemuan yang tadinya sudah disepakati di ruang kerjanya, Senin, (3/7/23), terpaksa ditunda keesokan harinya.
Pak Awat termasuk sedikit di antara orang PLN saat masih bertugas di Maluku Utara punya pengalaman soal penanganan pembangkit listrik nun di kampung saya Kecamatan Loloda Kepulauan, itu.
Pulau yang menjadi —meminjam istilah yang kerab saya pakai dari seorang birokrat tapi juga dikenal sebagai seniman di Halmahera Utara Bang Rizal “Ichal” Hamanur— lintasan para wali itu sejak 2017 oleh PLN telah berhasil melistriki dan membuat warga di Loloda Kepulauan berterima kasih.
“Untuk pembangkit listrik di Loloda Kepulauan di Dagasuli dan Dama dalam waktu dekat kami akan menammbah kapasitas dan perbaikan jaringan,” ujarnya.
Sampai di sini tema pembicaraan kami hari itu sempat terhenti. Dari tadinya soal pembangkit listrik di Loloda Kepulauan diskusi kami pun beralih ke tema lain yakni soal rencana interkoneksi jaringan listrik PLN UIW MMU untuk Provinsi Maluku.
Gagasan besar itu kini sudah dalam studi kelayakan oleh tim teknis PLN. Diawali oleh pengumpulan data dan analisis arus laut.
Penelitian juga dilakukan untuk melihat kontur atau garis tepian yang menghubungkan tempat-tempat yang tinggi pada permukaan dan kedalaman dasar laut.
Jika ide besar yang menjadi proyek prestisius melalui gagasan interkoneksi PLN UIW MMU tersambung antara Pulau Ambon, Pulau Seram, Pulau Haruku, Pulau Saparua, dan Pulau Nusalaut maka kedepan pelayanan sistem kelistrikan kita untuk kelima pulau itu akan lebih stabil.
Bila interkoneksi jaringan kabel listrik sebagaimana diutarakan putera kelahiran Negeri Amaulu, Desa Kulur, Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, 19 Juli 1974, ini terwujud maka kedepan di Maluku kita akan punya dua pembangkit listrik yakni di Pulau Ambon dan Pulau Seram.
Itu berarti tidak ada lagi pembangkit listrik di Pulau Haruku, Pulau Saparua, dan Pulau Nusalaut. Pun yang ada di Pulau Seram sebanyak 19 pembangkit listrik akan dipadukan menjadi satu pembangkit listrik saja.
Jadi kalau di Jawa interkoneksi pembangkit listrik telah menghubungkan Pulau Jawa, Pulau Madura, dan Pulau Bali maka di Maluku kita akan punya jaringan interkoneksi yang sama untuk menghubungkan Pulau Ambon, Pulau Seram, Pulau Haruku, Pulau Saparua, dan Pulau Nusalaut.
Dengan interkoneksi pembangkit listrik ini apabila ada perbaikan jaringan atau terjadi trouble pada pusat pembangkit listrik di Ambon nantinya yang mensupplai arus listrik ke Ambon adalah pembangkit listrik yang ada di Pulau Seram.
Begitupun sebaliknya. Kalau yang terjadi gangguan pada jaringan di Pulau Seram maka pembangkit listrik yang ada di Pulau Ambon akan mensupplainya ke Pulau Seram.
“Kalau pun ada pemadaman karena perbaikan jaringan atau ada sebab lain, maka persoalan ‘byat-pet’ (mati-menyala) lampu tidak dalam waktu lama bisa teratasi,” ujarnya.
Sebagai putera daerah kita tentu tidak cukup hanya membanggakan posisi prestisius Pak Awat sebagai GM PLN UIW MMU saja. Yang diperlukan kedepan adalah gagasan dan terobosan besar apa yang hendak ia capai.
Dari sosok yang berpenampilan tawaddu itu kita berharap terobosannya “merangkaikan” pulau-pulau di Maluku lewat pendekatan pembangkit listrik menggunakan kabel bawah laut kelak bisa menjadi icon baru bagi daerah ini.
Kita tentu bangga atas pencapaian sang GM PLN ini atas posisi bergengsi pada sebuah perusahaan negara papan atas itu. Berikut gagasan besarnya “merangkaikan pulau” di Maluku dan Maluku Utara dengan pendekatan jaringan pembangkit listrik melalui kabel bawah laut tersebut.
Semua pencapaian atas posisi yang diraih putera kesayangan H.Bachtiar Tuhuloula ini jika ditelisik sepanjang kariernya di dunia PLN bukan datang tiba-tiba. Dari pengalaman kerjanya, ia bukan sekadar seorang engineering di bidang kelistrikan yang alumni Sekolah Tinggi Teknik (STT) PLN Jakarta itu, tapi juga seorang konseptor atau pekerja keras yang mumpuni.
Selain pernah melanglangbuana pulau-pulau di Maluku Utara, ia juga pernah menjadi manager PLN di Pulau Batam, Ternate, Bacan, Tual, Masohi, Saumlaki, dan Papua.
Alumni STT PLN, Jakarta, 1999, itu setamat dari SMAN Saparua 1994 langsung diterima menjadi pegawai PLN Unit Maluku dan Maluku Utara di Ambon.
Tidak lama setelah diterima sebagai pegawai PLN alumni SD Desa Kulur, dan alumni SMPN Saparua ini kemudian dipercaya mendapat tugas belajar pada STT PLN Jakarta 1995.
Semenjak berkarier di PLN ia adalah seorang yang tekun dalam mengembangkan potensinya dari seorang pegawai biasa hingga mencapai prestasi gemilang pada posisi puncak sebagai GM PLN UIW MMU yang berkantor pusat di Ambon, Juni 2022, itu.
Saat ini ia satu-satunya putera Maluku asal Pulau Saparua yang dalam sejarah PLN di Maluku dan Maluku Utara diakui sebagai sosok yang sukses karena telah berhasil menempatkan posisinya sebagai orang nomor satu pada PLN UIW MMU.
Sepanjang kariernya semua pulau yang ada pembangkit listrik maupun dalam tahap survei untuk rencana pemasangan jaringan baru PLN di Maluku Utara dan Maluku sudah ia datangi.
Begitu detail ia hafal diluar kepala ketika menyebut nama-nama pulau, kecamatan, dan nama kota/kabupaten baik yang di Provinsi Maluku Utara maupun Provinsi Maluku.
Misalnya di ujung utara di Desa Dagasuli dan Desa Dama di Loloda Kepulauan, Pulau Doi, Pulau Posi-Posi Rao, dan Galo-Galo di Pulau Morotai sudah ia kunjungi.
Juga di Pulau Tolonuo di Tobelo dan Kao di Kabupaten Halmahera Utara, di Buli Kabupaten Halmahera Timur, dan Kepulauan Tidore. Berikut Kepulauan Sula, dan Kepulauan Taliabu.
Pun Pulau Muari di Kecamatan Kayoa, Pulau Makian, Pulau Bacan, Pulau Bajo, Pulau Obi di Kabupaten Halmahera Selatan. Juga Pulau Mare, Pulau Batang Dua, Pulau Mangar dan Pulau Tafure.
“Kalau Pulau Muari itu asal kampung nenek saya. Jadi hampir semua pulau di sana saya sudah datangi,” ujarnya.
Pun pulau-pulau di Provinsi Maluku juga sudah ia kunjungi. Seperti Pulau Seram mencakup Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, dan Kabupaten Maluku Tengah.
Juga Pulau Buru, Pulau Ambalau, Pulau Haruku, Saparua, Nusalaut, Kepulauan Maluku Tenggara, Tual, Kepulauan Kei, Pulau Tanimbar, Kepulauan Aru, dan Kepulauan Maluku Barat Daya.
Dari angka pulau sebanyak itu hingga tahun 2023 sudah 202 desa yang telah dilistriki. Pada bulan Agustus bertepatan dengan HUT ke-77 Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2023 mendatang akan digelar pencanangan menandai pencapaian pemasangan jaringan baru PLN tahun 2023.
Sekarang tinggal 17 lokasi. Ia targetkan sebelum 17 Agustus sudah selesai. “Saat ini sudah dalam on proggres. Tanggal 17 Agustus nanti resmi menyala. Tempat acara pengresmian masih kami koordinasikan,” ujarnya.
Untuk memastikan sampai dimana pencapaian pemasangan jaringan baru PLN itu setiap hari ia berkoordinasi dengan para manager baik di Maluku Utara maupun di Maluku.
Dari angka pulau sebanyak itu berapa total pelanggan PLN UIW MMU pada 22 kota/kabupaten di dua provinsi tersebut?
“Jumlah pelanggan PLN kami untuk dua provinsi ini sebanyak 742.000 pelanggan dengan 21.000 pembangkit listrik,” ujarnya.
Adapun total ketersediaan kapasitas pembangkit berdasarkan Megawatt (MW) pada semua pelanggan PLN UIW MMU itu mencapai 353 MW.
“Kapasitas pembangkitnya sebesar 353 MW atau 353.000 kW. Beban puncak 232 MW atau 232.000 kW. Jadi ada cadangan sebesar 121 MW atau 121.000 kW,” ujarnya.
Untuk Kota Ambon sendiri kebutuhan listrik pada saat beban puncak dari total ketersediaan 100 MW yang terpakai sebesar 64 MW. Itu artinya kebutuhan listrik di Kota Ambon saat ini masih mengalami surplus sebanyak 36 MW. Jadi relatif masih aman.
Kelak, dengan berfungsinya interkoneksi jaringan PLN antara Pulau Ambon, Pulau Seram, Pulau Haruku, Pulau Saparua, dan Pulau Nusalaut akan terjadi efisiensi baik dari segi ketersediaan bahan bakar, pemeliharaan mesin-mesin pembangkit hingga efisiensi tenaga kerja.
Melalui interkoneksi ini nantinya semua sistem jaringan PLN akan terkoneksi pada pusat pembangkit listrik yang sama baik yang ada di Pulau Ambon maupun di Pulau Seram.
Kita berharap kedepan seiring membaiknya sistem pelayanan kelistrikan PLN saat ini — tidak akan ada lagi mati lampu berjam-jam baik karena post major seperti gangguan akibat faktor alam atau memang “sengaja” dilakukan karena adanya pemadaman bergilir.
Jika upaya “merangkaikan” pulau-pulau di Maluku melalui pendekatan interkoneksi jaringan kabel bawah laut oleh PLN ini berjalan sesuai rencana —sebagaimana misi besar PLN yakni ramah, cepat, kecukupan dan handal di bawah kepemimpinan Pak H. Awat Tuhuloula— itu kita berharap semunya berjalan baik.
Paling tidak, dengan interkoneksi jaringan listrik antarpulau di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara kelak istilah “byar-pet” alias mati-menyala lampu miliki PLN yang diikuti oleh pemadaman bergilir sebagaimana dialami para pelanggan kita selama ini tidak lagi terjadi.(*)