RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Bisri As Shiddiq Latuconsina yang akrab disapa Boy Latuconsina, menegaskan bahwa jika ia terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI pada 14 Februari 2024 mendatang, maka dirinya akan menunjukkan bahwa peranan DPD RI tidak terbatas.
Sebab, dengan jaringan yang dimiliki sebagai mantan ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Maluku periode 2012 – 2016, juga sebagai ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Maluku Periode 2022-2027, dan aktif di beberapa organisasi besar, tentu memiliki jaringan yang luas.
“Saya ingin menggunakan jaringan ini dengan baik, sehingga yang konon katanya ruang kerja DPD itu terbatas, maka saya ingin menunjukan bahwa peranan DPD itu tidak terbatas. Karena memang Maluku membutuhkan orang yang bisa melewati batas-batas yang tidak bisa dilakukan banyak orang,” ucap saat podcast di studio Rakyat Maluku, Sabtu.
Menurut Boy, motivasinya untuk maju sebagai calon anggota DPD RI juga karena ingin menunjukan bahwa anak muda sudah layak berada pada pentas nasional.
“Ketika Allah berkenan saya ada di sana (DPD RI), saya akan menunjukan bagaimana mobilitas seorang anak muda dalam lalu lintas politik nasional, bagaimana spirit yang harus dikembangkan,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, ketika terpilih sebagai anggota DPD RI, maka hal pertama yang akan dilakukanya adalah ingin menjadikan perjuangan tentang Maluku menjadi milik semua orang. Apalagi, ketika menjadi ketua KNPI Maluku, dirinya pernah melakukan silaturahmi nasional masyarakat Maluku di Jakarta.
“Saya tidak tanggung-tanggung membawa pemuda dari Ambon, pimpinan-pimpinan organisasi kepemudaan, bahkan saat itu yang hari ini dipercayakan oleh umat menjadi ketua Sinode saat itu menjabat sebagai ketua AMGPM ikut sama-sama bersama saya untuk melakukan silaturahmi nasional,” terang dia.
Dia mengungkapkan, bahwa orang muda yang berada di Jakarta tidak pernah diajak untuk berjuang bersama-sama untuk kepentingan Maluku, seakan-akan kepentingan Maluku ini hanya bisa dibahas oleh segelintir pemangku kepentingan yang ekslusif.
Misalnya, anggota DPR RI, DPD RI, Gubernur hingga para anggota legislatif tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota. Padahal, masalah Maluku adalah masalah setiap anak Maluku dimanapun mereka berada.
“Kita punya ratusan mahasiswa yang sementara melanjutkan studi di Jakarta, ada puluhan pengacara, dosen hingga orang birokrat yang ada di kementerian, begitu banyak pengusaha hebat di Jakarta dan mereka tidak pernah dilibatkan untuk berpikir bagaimana masa depan Maluku kedepannya,” papar Boy.
“Saya ingin seluruh komponen tersebut harus mengambil bagian dalam proses perjuangan anak muda. Saya ingin suatu ketika berbicara tentang kepentingan Maluku di pentas nasional, mereka punya andil di situ. Mereka menyumbangkan pikiran dan tenaga mereka,” tambahnya. (SSL/ RIO)