RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Bisri As Shiddiq Latuconsina yang akrab disapa Boy Latuconsina, bukanlah seorang calon anggota DPD RI Dapil Maluku “kaleng-kaleng”.
Selain mantan ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Maluku periode 2012 – 2016, Boy juga saat ini menahkodai ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Maluku Periode 2022-2027.
Selain pengalaman-pengalaman tersebut, Boy juga memiliki segudang pengalaman lainnya, yang diakui mampu mempersatukan dan menyalurkan aspirasi para pemuda di Maluku.
Tak ayal jika sosok pemuda dengan tampilan familiar itu dapat meraih hati masyarakat Maluku untuk mendorongnya duduk di kursi DPD RI pada tahun 2024 mendatang.
“Saya mengalir saja melakukan hal baik, sisanya biar masyarakat yang menilai. Hari ini kalau saya menyuarakan dan merepresentasikan kaum muda karena memang selama ini saya lahir dan hidup disitu,” ucap Boy dalam Podcast Obrolan Rakyat Maluku (ORM), di Studio Harian Rakyat Maluku Jalan Tanah Rata – Galunggung, Kota Ambon, Sabtu, 27 Mei 2023.
Dikatakan Boy, dirinya hanya ingin menjadi bapak asuh bagi semua orang, khususnya anak-anak muda Maluku yang bertalenta, yang kemudian talenta itu tersalurkan lewat kompetisi-kompetisi untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas diri mereka.
“Saya menyampaikan ini karena saya telah melakukannya. Saat saya maju ketua KNPI Maluku, visi saya adalah menjadikan KNPI sebagai rumah besar bagi seluruh pemuda di Maluku, dan itu saya lakukan. Dan selama saya jadi ketua KNPI, banyak agenda-agenda untuk seluruh organisasi kepemudaan, saya fasilitasi lewat KNPI Maluku,” ujarnya.
Dia menceritakan, kala itu dirinya pernah berusaha menyalurkan aspirasi para pemuda ke Gubernur Maluku, Said Assegaff, terkait dana KNPI yang harus diberikan dalam jumlah besar dan dialokasikan untuk organisasi kepemudaan.
“Jadi disela-sela kesibukan, karena mereka (sejumlah anak muda) tidak bisa ketemu Pak Gubernur, saya bilang ketemu saya saja, lalu buat pengajuan dan proposal, nanti saya disposisi. Tujuannya agar anak-anak berangkat ke Jakarta untuk aktivitas organisasinya, seperti musyawarah maupun rapat-rapat kerja,” terang dia.
Lebih lanjut Ia menyampaikan, bahkan sempat waktu itu Sekretariat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Ambon dibongkar, dirinya kemudian memfasilitasi pengurus GMKI Cabang Ambon kala itu ke sebuah ruang kantor atau sekretariat yang didukung dengan komputer dan alat tulis kantor (ATK) agar mereka bisa berkantor dan menjalankan organisasi mereka.
“Paling kurang selama satu tahun kalau tidak salah. Mungkin karena itulah teman-teman GMKI merasa saya bagian dari mereka. Bukan itu saja, setiap organisasi kepemudaan yang tidak punya sekretariat, mereka boleh menggunakan fasilitas yang ada di KNPI dengan cara menyurat dan itu saya gratiskan,” tutur pemuda kelahiran Pelauw itu.
“Bahkan saya ingat sekali, waktu itu ada jemaat dari salah satu Gereja yang kebetulan gedungnya sementara dibongkar, saya perkenankan mereka untuk beribadah di lantai empat selama kurang lebih enam bulan tanpa membayar sepeserpun,” tambahnya. (SSL/ RIO)