RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Ada sekitar 5.000 orang di Maluku terinveksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Infeksi virus ini menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
“Data terakhir Provinsi Maluku 5.000 orang terinfeksi, lebih banyak usia produktif. Jadi kita akan lebih fokus kepada pendidikan kesehatan reproduksi di luar sekolah,” ujar Perwakilan UNFPA Anjali Sen kepada wartawan di Santika Hotel, Minggu, 28 Mei 2023.
Karena itu, badan yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini fokus memberi informasi reproduksi remaja bagi generasi muda. Dalam kegiatan kemanusiaan ini, lanjut Anjali, UNFPA tidak sendiri, mereka menggandeng TMB Foundation dari Maluku dan Jaringan Indonesia Positif.
Sebab, banyak sekali remaja yang tidak punya kesempatan untuk mendapatkan informasi ini di sekolah.
“Dan kemudian tentunya yang paling penting adalah bagaimana pendekatannya bisa disesuaikan dengan konteks lokal,” ucap dia.
Anjali menjelaskan, pendidikan kesehatan reproduksi perlu dilakukan sejak dini. Karena bisa juga menangkal sex bebas yang menjurus pada penularan HIV/AIDS.
Pencegahan harus dimulai dari keluarga, dan tentu media sehingga dapat menyelamatkan generasi muda yang ada di Maluku.
“Saya meyakini bahwa intervensi pada keluarga ini penting karena mereka adalah penjaga. Memberikan informasi yang benar kepada orang tua ini akan membantu kita untuk menyelamatkan remaja. Media juga bisa memberi pendidikan melalui berita-barita postif,” ujarnya.
Sedangan UNFPA Champion Putu Ayu Saraswati mengatakan, dirinya sudah siap bekerja berdampingan dan bersama-sama dengan UNFPA menyuarakan hak-hak dan juga informasi mengenai pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi.
“Banyak sekali orang yang terdampak, banyak sekali orang yang menderita, dan banyak orang yang bisa kita selamatkan dari bahaya, dari rasa sakit. Tapi tidak bisa kita lakukan karena kita malu untuk membicarakan,” ujar Puteri Indonesia Lingkungan 2020.
Dia berharap agar media bisa menyuarakan ini sehigga generasi Maluku dapat diselamatkan dari HIV/AIDS. Sebab, media bisa menyuarakan apa yang tidak dapat disampaikan orang lain.
“Melalui diskusi ini dengan teman-teman media dan pers semoga kita bersama-sama bisa membuat ekosistem yang aman dan lebih kondusif sehingga pendidikan mengenai kesehatan seksual dan reproduksi informasi mengenai HIV dan akses untuk mendapatkan pertolongan dan bantuan bisa tercapai” harapnya.
Sementara Ketua Jaringan Indonesia Positif, Meirinda Sebayang mengatakan, dari laporan yang diperoleh, ada sekitar lebih dari ribuan remaja terinfeksi HIV di Indonesia.
“Ini baru yang melaporkan, bagaimana dengan yang tidak dilaporkan, dan bagaimana nasib mereka ketika mereka tidak mendapatkan pengobatan,” ucapanya.
Merinda Sebayang berharap ada kurikulum soal seksual dan reproduksi untuk bisa mencegah persoalan ini. Dengan memberikan pendidikan dini mengenai ini bisa membantu generasi dari virus mematikan ini.
“Kita bicara remaja, pertanyaannya adalah apakah pendidikan seksual dan reproduksi diberikan di tingkat sekolah tentu ingin pertanyaan yang harus dijawab oleh pemerintah. Namun kita sebagai rakyat, masyarakat juga dengan media harus bersama-sama bertanggung jawab memastikan anak-anak muda kita selamat dari infeksi HIV sehingga mereka menuju masa depan yang lebih baik,” tandas dia. (AAN)