RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Tiga kapal perintis kembali melayani pelayaran antarpulau di Maluku setelah empat hari sebelumnya terhenti akibat cuaca buruk yang terjadi di daerah itu.
“Mulai hari ini, KM Sabuk Nusantara 103, 106, dan 107, sudah bisa berlayar kembali dengan tujuan rute pelayaran Ambon menuju Maluku Tenggara sampai ke Maluku Barat Daya (MBD),” kata Kepala Operasi Pelabuhan PT Pelni Cabang Ambon Mohammad Assagaff di Ambon, Maluku, Senin.
Ia menyampaikan pada Senin malam kapal perintis Sabuk Nusantara 107 akan berlayar sesuai dengan berita acara yang sudah dilaporkan. Kapal tersebut sudah bersandar di dermaga Senin pagi ini untuk pengisian BBM dan air.
Assagaff menjelaskan permintaan operasional sejak Minggu (13/5/2023) sudah diajukan KM Sabuk Nusantara 107 untuk berlayar, namun nakhodanya masih ragu untuk berlayar karena ada peringatan dan pada Senin ini sudah ada informasi akan berangkat pada pukul 18.00 WIT.
Ia mengatakan kalau tidak ada peringatan dari BMKG, maka sesuai jadwal keberangkatan, kapal perintis 107 berangkat pada Sabtu (13/5/2023).
Terkait tiket yang sudah dimiliki para penumpang, tetapi kapal tidak jadi berangkat, Assagaff mengatakan tidak ada masalah, sebab biasanya kalau kapal perintis mau berlayar baru menjual tiket.
“Selama kapal belum ada rencana berangkat, tiket tidak dijual, nanti tiket baru dijual pada hari H,” kata dia.
Ia memastikan ketiga kapal perintis yang terkena peringatan berlayar belum ada penjualan tiket bagi para penumpang.
“Jadi, kalau ada warning dari BMKG kemudian disampaikan ke KSOP dan dilanjutkan ke perusahaan pelayaran untuk menaati,” kata dia.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi hingga empat meter, yang berpotensi terjadi di enam wilayah perairan Maluku.
“Gelombang tinggi 2,5 meter hingga 4 meter berpeluang terjadi di Laut Maluku pada 12-13 Mei 2023,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Ambon Ashar.
Potensi gelombang tinggi 2,5 hingga 4 meter terjadi di enam wilayah, yakni perairan Pulau Buru, perairan Kepulauan Tanimbar, perairan Kepulauan Kai, Laut Banda bagian barat, perairan Kepulauan Aru, dan Laut Arafuru.
“Potensi gelombang tinggi perlu diwaspadai karena berisiko tinggi terhadap pelayaran kapal feri maupun kapal nelayan,” katanya.
BMKG telah mengimbau masyarakat untuk memerhatikan risiko tinggi keselamatan pelayaran.
Risiko tinggi untuk perahu nelayan, jika kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter, sedangkan kapal tongkang 16 knot dengan tinggi gelombang 1,5 meter.
Sementara, risiko tinggi untuk kapal feri kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter, dan kapal ukuran besar, seperti kapal kargo atau kapal pesiar, risiko tinggi jika menghadapi kecepatan angin di atas 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter. (ant)