RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Fakta kontemporer jika Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Maluku dijadikan “kabinet politik” rezim ketua umumnya bukan lagi isapan jempol belaka.
Hanya lantaran nafsu politik menduduki kursi empuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi Maluku maupun DPRD kota/kabupaten di Maluku, atlet dan pelatih ditelantarkan begitu saja.
Saat ini atlet dan pelatih seluruh cabang olahraga yang akan mengikuti Pra Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2023 menjerit pilu bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
Sibuk mengurusi berkas-berkas pencalonan di partai, pengadilan negeri, rumah sakit jiwa dan Badan Nasional Narkotika (BNN) Provinsi Maluku, mengakibatkan pimpinan KONI Provinsi Maluku melupakan panggilan morilnya mengurus dan menyiapkan atlet-atlet memasuki babak kualifikasi PON XXI yang mulai kick off pada Juni 2023.
Yang menyedihkan, tinggal sebulan lebih Pra PON XXI pengurus KONI Provinsi Maluku tidak sibuk membicarakan Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) atau Training Camp (TC) Pra PON XXI.
Informasi yang diperoleh media ini mengungkapkan saat ini ketua harian KONI Provinsi Maluku diisukan mengurusi perpindahan partai dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ke Partai Amanat Nasional (PAN) menyusul kepindahan isteri ketua umum KONI Provinsi Maluku dari PDIP ke PAN.
Artinya, secara gamblang dapat disebutkan jika KONI Provinsi Maluku hanya dijadikan media sesaat para “pendusta olahraga” untuk menggapai kepentingan politik ketimbang pengabdian tulus memajukan prestasi olahraga daerah ini di PON maupun di event-event olahraga nasional lainnya.
Senyatanya oknum-oknum pimpinan KONI Provinsi Maluku yang kini ramai-ramai ingin berkontestasi pada pemilihan anggota legislatif (pileg) April 2024 lebih menghamba pada kekuasaan politik sesaat daripada membangun daerah ini melalui prestasi olahraga atlet-atlet di bawah KONI Provinsi Maluku untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
Prestasi olahraga Maluku kini di ambang kehancuran akibat diurusi sosok-sosok pimpinan yang tidak tahu malu dan abal-abal. Mereka ini tak lebih dari sekadar “bandit-bandit olahraga” Maluku. (ROS)