Kabiro Antara: Budaya Literasi Penting Lewat Tulisan Berkualitas

  • Bagikan

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Kepala Biro ANTARA Maluku dan Maluku Utara, Ikhwan Wahyudi mengingatkan betapa pentingnya budaya literasi di kalangan masyarakat baik anak-anak, remaja hingga orang dewasa.

Di sela-sela obrolannya dengan host Intan Tuankota dalam Podcast Obrolan Rakyat Maluku (ORM) di Studio Rakyat Maluku, Jln. Tanah Rata Galunggung, Kamis, 30 Maret 2023, Ikhwan mengajak seluruh penulis agar menghadirkan karya-karya tulisan yang berkualitas.

“Ketika kita menghadirkan bacaan-bacaan yang menarik dan berkualitas, artinya di sini ada tanggung jawab para penulis, tanggung jawab para konten kreator untuk menghadirkan karya-karya berkualitas. Nah setelah hadirkan karya berkualitas, baru kita secara perlahan mulai menanamkan minat baca yang dimulai sejak dini,” ujar dia.

Ia mencontohkan, saat mendidik anak-anaknya ia selalu tekankan, setiap malam paling kurang bisa membaca satu halaman atau dua halaman.

“Kalau di tingkat TK, SD, SMP hingga SMA guru-guru bisa menugaskan muridnya sebelum belajar 10 menit baca buku dulu, nah setelah membaca wawasan menjadi bertambah kemudian kita menjadi lebih terbuka berpikirnya, menjadi lebih cerdas. Memang ini butuh waktu panjang untuk membudayakan, apalagi sekarang ada gangguan HP juga,” akui Ikhwan dalam obrolan yang bertema ‘meningkatkan literasi dan mencegah hoaks’, itu.

Perkembangan digital, lanjut Ikhwan, mempengaruhi minat baca orang menjadi turun, tapi setidaknya ketika mulai membiasakan diri sejak kecil untuk membaca maka itu akan menjadi kebiasaan sampai besar.

“Artinya begini, untuk meningkatkan minat baca dan literasi, tidak cukup hanya dibebankan kepada pemerintah saja, artinya semua pemangku kepentingan terkait dan juga semua elemen-elemen yang ada di Maluku maupun Maluku Utara itu saling berkoordinasi bersinergi satu sama lain. Misalnya pemerintah membuat sebuah kebijakan, misalnya kelompok-kelompok masyarakat membentuk rumah baca dan membentuk komunitas komunitas baca,” saran Ikhwan.
Dengan begitu, sambungnya, semua bersama-sama bergerak untuk bagaimana membangun kebudayaan membaca, yang mana merupakan sesuatu yang menyenangkan.

“Satu lagi, kembali saya review, saya banyak menemukan penulis yang semangat menulisnya sudah oke tapi tulisannya itu kadang menyiksa orang ketika orang membaca. Jadi sebagai penulis harus menciptakan pengalaman yang menyenangkan ketika orang membaca karyanya, agar orang ketika membaca mendapatkan asupan bagi otak. Jadi orang juga senang kalau mau baca. Karena yang dibaca juga bagus-bagus,” imbuhnya.

Dijelaskan, memang ini menjadi pekerjaan rumah karena di Indonesia minat bacanya terbilang rendah.

“Saya disampaikan oleh penyair Taufik Ismail, jika di luar negeri itu pelajar SD, SMP, dan SMA dalam satu tahun itu mereka bisa menamatkan dua sampai tiga buku, itu benar. Lah kita SD 3 tahun SMP 3 tahun SMA juga 3 tahun, satu buku pun tidak kita tamatkan. Makanya memang ada banyak faktor yang menyebabkan minat baca kita rendah apalagi sekarang sudah masuk era digital, ada medsos sehingga orang mudah terpengaruh,” pungkas dia. (SSL)

  • Bagikan