RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Dugaan korupsi mulai tercium di Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon. Aroma busuk ini bukan berasal dari proyek pembangunan gedung kampus yang mangkrak atau mark up, melainkan dari proyek foto moment wisuda yang sudah tiga kali periode belum didapatkan oleh sejumlah alumni yang wisuda pada bulan April, September dan Desember 2022.
Informasi yang dihimpun media ini di Kampus Unpatti, bahwa setiap mahasiswa/mahasiswi yang ingin di foto saat wisuda dikenakan tarif sebesar Rp150 ribu per dua kali foto dengan rektor dan dekan, dan sebesar Rp300 ribu per empat kali foto.
Jika ditotalkan selama tiga kali periode wisuda, maka terhitung ada lebih dari 3.000 mahasiswa/ mahasiswi yang telah diwisudakan oleh Kampus Unpatti Ambon.
Berdasarkan hasil penelusuran media ini, terungkap bahwa pihak yang harus bertanggungjawab atas proyek foto moment wisuda itu adalah Unpatti Press. Sebab, usaha jasa foto tersebut merupakan kerja sama antara pihak ketiga dengan Sub Bagian Akademik Unpatti.
Nur, salah satu alumni Fakultas Hukum Unpatti, mengaku kesal lantaran saat pembayaran uang foto wisuda, dirinya dan beberapa teman lainnya harus berhimpitan demi memastikan mereka bakal di foto saat momen berharga itu.
“Sudah tiga bulan beta (saya) bolak-balik hanya untuk mengecek apakah foto itu sudah bisa diambil apa belum, tapi pihak yang semestinya kasih kepastian malah seng (tidak) ada kejelasan,” kesalnya, kepada koran ini di Ambon, Senin, 27 Februari 2023.
Hal senada juga dibenarkan alumni Fakultas FKIP, Muhammad Rivandi. Ia mengaku belum memperoleh foto wisuda saat dipindahkan tali toga oleh Rektor Unpatti.
“Sampai sekarang kami juga belum dapat foto moment wisuda, padahal bagi kami foto itu sangat berharga untuk kenang-kenangan,” akuinya.
Harian Rakyat Maluku kemudian melakukan konfirmasi pada Sub Bagian Akademik Unpatti. Tenyata pihak mereka juga tidak tahu-menahu tentang persoalan foto wisuda tersebut.
“Jang (jangan) sampe katong (kita) tabawa-bawa, memangnya katong ada dapa (dapat) apa dari akang? Dan memang kalau kasus begini pasti mahasiswa datang ka katong sini karena memang katong yang tangani wisudah,” ujar salah satu pegawai yang enggan menyebut identitasnya.
Ia mengakui bahwa kasus ini sudah terjadi dari wisuda periode April 2022, dan hingga kini sejumlah alumni mahasiswa Unpatti hilir berganti datang menanyakan kejelasan foto-foto mereka.
“Kita juga sebenarnya berat hati mau menjawab seperti begitu, karena bisa dituduh cuci tangan, tapi memang kasus ini sudah terjadi sejak wisuda periode April 2022. Dimana, jasa fotografer ditangani oleh Pak Erik,” ungkapnya.
Dia meyakini jika ini menjadi temuan kasus, maka suatu saat pasti akan diproses hukum. Dan oknum atau pelaku usaha tersebut harus bertanggung jawab.
“Tiba saatnya pasti dipolisikan kalau ini memang kasus, karena Unpatti secara langsung terbawa-bawa,” tandasnya.
Dirinya juga menyesalkan mestinya ada komunikasi atau kejelasan terkait masalah tersebut tentang sudah sejauh mana proses pencetakan foto wisuda.
“Kalau diprediksi seharusnya wisudah bulan desember tidak masalah, karena kalau bicara soal pendapatan lumayan besar juga,” tuturnya.
Disela-sela pembicaraan tersebut, mereka berupaya menghubungi Erik (jasa fotografer). Selang beberapa kali melakukan panggilan via seluler, akhirnya Erik memberikan klarifikasi.
“Nanti akan dihubungi via SMS apabila foto-foto wisuda mahasiswa sudah dicetak,” janji Erik. (SSL/ RIO)