RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Jumlah sampah di Kota Ambon, per hari semakin meningkat. Pasalnya sebelumnya sampah warga kota Ambon mencapai 230 ton perhari kini meningkat menjadi 250 ton per hari.
Untuk mengurangi sampah Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon melakukan berbagai upaya.
Penjabat Walikota Ambon, Bodewin Wattimena mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon tidak diam dengan persoalan sampah. Memang terkendala kurangnya armada, tapi Pemkot Ambon berusaha menambah armada sampah.
“Sementara kita lakukan hari ini, di samping kita berusaha menambah armada sampah, kita juga usaha tuntuk pengalihan pengelolaan sampah secara moderan. Kita sudah berupaya ke Kementrian Lingkungan Hidup serta Kementrian Keungan untuk membantu kita,” kata Wattimena kepada koran ini, Minggu 29 Januari 2023.
Dia mengakui, volume sampah memang meningkat. Sehingga pihaknya perlu melakukan penambahan armada.
“Kurang lebih armada kita ada 23 kita upayakan untuk menambah,” ujarnya.
Ketika ditanya soal tempat Pembuangan akhir (TPA) sampah sudah penuh, Wattimena mengakui belum dapat informasi itu. Sebab tidak semua sampah ditampung di sana. jika sampah plastik diambil untuk dipilah.
“Untuk pembuangan sampah di TPA Toisapu itu kita masih tetap lakukan pembuangan sampah disana. Memang alat berat kita rusak. Tapi ada dipinjam dari pihak lain dan masih bisa kita beroperasi,” bebernya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Jala Ina,M. Yusuf Sangadji yang adalah pengamat lingkungan mengatakan, sampah yang ada di Kota Ambon ini bukan hanya sampah warga kota Ambon sendiri. Ada di dua kabupaten/kota, yakni Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Ambon.
Untuk itu, sampah ini harus dikelola dua pemerintahan ini. Yang paling penting Pemerintah Kota atau Provinsi maupun Kabupaten perlu lakukan pembatasan produksi. Misalnya minuman kemasan yang diaggap rugikan lingkuangan atau makanan kemasan yang di anggap rugikan lingkungan
.
“Perlu adanya pembatasan itu, kenapa? Itu sangat penting karena dari tahun ke tahun sampah semakin menumpuk, sementara ini pulau kecil,” cetusnya.
Apalagi sampah selama manusia masih ada, yang namanya sampah itu tetap terproduksi oleh manusia. Baik sampah organik maupun non organik.
“Pemerintah harus buat satu regulasi terkait pola pengelolaan sampah itu sendiri,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pemerintah tidak perlu sepenuhnya salahkan warga soal sampah dengan mengatakan kurang adanya kesadaran dari masyarakat. Padahal pemerintah tidak menyediakan tempat buang sampah.
“Pemerintah mengada semacam tidak ada kesadaran dari masyarakat. Contoh kecil saya tinggal di Pinang putih, bisa dibayangakna satu kilo dari saya punya titik rumah tidak ada tempat sampah. Jadi siapa yang disalahkan. Pemkot harus menyedikan tempat sampah,” Pungkasnya. (MON)