RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Politisi Roby Gaspersz, diisukan berpindah kendaraan politik ke Partai Persatuan Indonesia (Perindo) guna melanjutkan perjuangannya di kanca perpolitikan Maluku pada Pemilu legislatif (Pileg) 2024 mendatang.
Pasalnya mantan politikus partai Gerindra itu pernah terlibat dalam sengketa pemilu legislatif 2019, yang terjadi selama hampir tiga tahun dengan Johan Lewerisa yang merupakan adik kandung dari Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra, Hendrik Lewerisa. Sengketa itu akhirnya dimenangkan oleh Johan Lewerisa dan Lewerisa dilantik sebagai anggota DPRD Maluku pada 20 Mei 2022.
Terkait berpindahnya Roby Gaspersz ini, akademisi asal Fakultas ISIP Universitas Pattimura Ambon, Viktor Ruhunlela mengatakan bahwa kalau memang benar isu itu terjadi, maka ada kerugian di tubuh partai Gerindra.
“Kita kan tahu bersama bahwa, yang sementara direbut adalah pemilih pemula, nah semua partai merebut ini pada tahun 2024. Inilah yang menarik,” kata Viktor.
Dijelaskan, apabila kemarin Roby Gaspersz tampil dengan popularitas dan menyumbang suara terbanyak ketika dia berada di Gerindra maka akan berpengaruh negatif bagi Gerindra.
Namun, lanjut dia, terlepas dari pada figur Roby Gaspersz, partai juga sangat menentukan karena kecerdasan masyarakat dalam proses pemilihan bukan saja figur yang dilihat tetapi partai pengusung juga sangat berpotensi dalam penentuan sikap.
”Oleh sebab itu, nanti kita bisa lihat hasilnya, ketika 2024, siapa yang mampu bisa memperoleh suara,” jelasnya.
Dia menyatakan bahwa hal yang menarik adalah ketika pergeseran Roby Gaspersz dari Gerindra ke Perindo dam jika pada saat proses pemilihan kemarin figur yang lebih dominan maka suara Roby Gaxperz tidak akan berubah.
”Kalaupun terjadi penurunan cuma sedikit, itu berarti figur sangat menentukan, bukan partai,” ujar Ruhunlela.
Ditanya perihal kemungkinan respons di tubuh partai Gerindra, apakah menjadi suatu pukulan atau malah penguatan sikap, Viktor menyebut yang pasti bahwa setiap proses pelaksanaan pemilu, pasti berubah-ubah strategi, artinya visi misi sudah ditentukan oleh partai, tetapi strategi untuk memperoleh suara diberikan ruang kepada tiap.individu.
“Tentu para figur harus ikuti pola main dengan koridornya tetap berada pada partai. Jangan sampai partai bisa saja mendiskualifikasi atau menegur. Yang penting strategi itu disampaikan ke tubuh partai. Platform partai merupakan proses untuk.mendapat simpatisan dari masyarakat,” ungkap dia.
Viktor juga menyebut jika ternyata Roby Gasperz masih mempunyai pendukung yang cukup tinggi atau pemilih yang sangat militan, maka dengan kenderaan apapun, konstituennya masih tetap setia.
Senada dengan itu, Peneliti Index Indonesia, Nendy K. Asyari., mengungkapkan bahwa Kalau benar Roby Gaspersz keluar dari tubuh partai Gerindra Maluku, pastinya berpengaruh pada perolehan suara partai Gerindra lantaran sebelum digugat kala itu, perolehan suara Roby 5.500, sedangkan Johan Lewerissa 5.300 suara.
“Akumulasi suara caleg tertinggi partai Gerindra 19.000 suara di Kota Ambon. Nah kalau pak Roby pindah pasti berpengaruh dan mau tidak mau pak Roby adalah pionir inti. Karena teruji secara elektoral di setiap pemilu. Namun semua tergantung komposisi caleg, baik dari Gerindra maupun Perindo,” ulas dia.
Kata Nendy pula, pengalaman pemilu 2019, jika Roby Gaspersz pindah ke Perindo, pasti suara Perindo lumayan besar dan menjadi nilai tambah bagi partai besutan Hary Tanoe itu.
”Pasti ada nilai tambah bagi Perindo. Tapi semua nanti dilihat di internal parpol itu sendiri. seoal komposisi daftar calegnya,” pungkasnya. (SSL)