RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Pengamat Politik asal Universitas Pattimura, Said Lestaluhu ikut menyoroti pernyataan Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarno Putri yang menyatakan “Jokowi Tanpa PDIP Aduh, Kasian”.
Dia menilai, Megawati sebagai seorang negarawan tak sepantasnya melontarkan kata-kata itu, apalagi kata itu ditujukan kepada Presiden. “Apa yang disampaikan Megawati itu seperti kacang lupa kulit,” ujar Lestaluhu, Selasa, 17 Januari 2023.
Menurutnya, jika dilihat dengan pendekatan komunikasi politik, pernyataan Megawati seperti sedang membully Jokowi dihadapan kader-kader PDIP dan masyarakat Indonesia yang juga menonton secara langsung. Sehingga dari sisi etika politik tidak pantas seorang ketua umum menyampaikan statemen seperti itu.
Presentasi kemenangan PDIP justeru tidak terlepas dari figur Jokowi dan disokong partai-partai pendukung lain. Bahwa kemenangan Jokowi itu bukan semata-mata karena PDIP tapi justeru sebaliknya. “Ingat PDIP memenangkan pertarungan Pemilu 2014-2019 itu karena faktor Jokowi juga. PDIP harusnya mengingat dan beterimakasih. Suara Jokowi mencapai angka 50-60 persen sementara suara PDIP hanya berkutat pada angka 19,13 Persen, ” tegas Lestaluhu.
Letaluhu menambahkan, secara historis pada Pemilu 2009-204 kala itu, suara PDIP menurun karena mencalonkan Megawati. Namun PDIP kembali meraih suara terbanyak setelah mencalonkan Jokowi sebagai Presiden di Pemilu 2014-2019. “Nah, nanti kita lihat apakah ada punishmen dari rakyat terhadap pernyataan PDIP itu atau tidak. Sebab, bagaimanapun kedudukan Jokowi itu sebagai Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara. Kalau sekelas Presiden saja dibully di hadapan kader apa jadinya. Maunya menang sendiri dan tak menghargai jasa orang lain, Ini sangat lucu, ” tambah Lestaluhu.
Lestaluhu yang diminta tanggapan apakah pernyataan dari Ketum DPP PDIP itu dapat berdampak buruk terhadap citra partai dan keinginan PDIP untuk kembali memenangkan Pemilu 2024 mengatakan, itu bisa terjadi, sebab sudah ada indikasi bahwa partai-partai koalisi Jokowi kini mulai berbalik haluan menentang keinginan PDIP untuk menerapkan Pemilu dengan sistem proporsional tertutup.”Dalam psikologi politik, tentu sudah berbeda pendapat,” tuturnya.
Bukan hanya itu, peta dukungan terhadap siapa calon presiden yang akan diusung juga mulai tampak berbeda. Megawati berkeinginan mendorong putrinya mewakili Trush Soekarno, sementara Jokowi mendukung Ganjar Pranowo sebagai kandidat calon presiden. “Nah, tinggal masyarakat atau relawan Jokowi yang menilai. Kalau memang kader PDIP yang diuggulkan tidak sejalan dengan Jokowi, kemungkinan suara PDIP akan terbelah,” tandas Lestaluhu.
Ia juga menyentil sikap keragu-raguan Ketua Umum DPP PDIP Megawati yang enggan mengumumkan siapa Capres yang didukung PDIP. “Padahal publik menunggu kejutan di HUT PDIP ke 50 itu. Publik berharap, Megawati mengumumkan Capresnya. Tapi kenyataan itu tidak ada. Ada bentuk keragu-raguan dan ketidakpastian, “tutup Lestaluhu. (CIK)