Rumah Tua PWI

  • Bagikan

Untuk kali pertama saya diundang Renyiar Radio, Zein Anwar dalam acara Talkshow Radio Ameks 92,5 FM dengan tema: Gonjang-Ganjing PWI Maluku.

Di studio berukuran 3×2,5 M yang dipancarkan dari Kantor Ambon Ekspres, Jalan Yos Sudarso, Ambon, itu, selain saya duduk di sebelah kanan ada pembicara lain. Ia tidak lain adalah sobat saya yang juga jurnalis senior Ambon bernama Bung Rony Samloy, SH, MH.

Tema ini tentu menarik di tengah polemik panjang soal kepengurusan PWI Maluku yang kerab mengundang dinamika yang begitu hidup.

Termasuk di acara Konperensi Luar Biasa PWI Maluku pada 28 Desember 2022 yang dibuka Gubernur Maluku Murad Ismail di Hotel Manise, Ambon, dan harus deadlock karena beberapa alasan teknis soal daftar keanggotaan.

Untuk menghindari polemik panjang dan tidak terulangnya deadlock sobat Rony Samloy mengajak teman-temannya untuk menjadikan PWI sebagai “rumah tua” atau rumah bersama untuk semua anggota.

Di samping menjadikan forum musyawarah dan dialog sebagai ajang untuk bertukar-pikiran di “rumah tua” ini — melalui ajang konperensi kita bisa menghindari diri dari perbedaan dan sekat-sekat kelompok yang tajam.

Sebagai orang lama yang juga pernah duduk selaku jurucatat atau sekretaris, saya merasakan PWI adalah organisasi sangat dinamis. Selalu menjunjung tinggi perbedaan dengan tetap mengutamakan kebersamaan.

Adapun faktor teknis seperti soal daftar keanggotaan yang tidak tuntas dan harus berujung digelarnya konferensi luar biasa diakui kerab menjadi alasan dan membuat polemik pemilihan kepengurusan menjadi panjang.

Tapi satu hal yang pasti di tengah sikap anggota yang kritis itu — tetap saja setiap konperensi tiba selalu muncul sosok-sosok hebat di forum. Pun teman-teman yang maju sebagai calon ketua adalah figur-figur yang juga memiliki kapasitas untuk memimpin.

Pemimpin PWI Maluku yang diharapkan itu tentu sebagaimana diungkapkan sobat saya Rony Samloy yakni mereka yang bisa menjembatani semua kepentingan organisasi, bukan kepentingan kelompok atau pribadi.

Setelah sekian tahun menjadi bagian dari pengurus sebagai jurucatat PWI Maluku, kepada penggagas talkshow Zein Anwar saya menyampaikan sebuah harapan siapapun teman-teman yang ingin berlaga menduduki posisi sebagai ketua dan pengurus di PWI tentu harus memiliki loyalitas dan semangat pengabdian yang tinggi dalam menjalankan roda organisasi.

Itulah membuat mengapa PWI yang menjadi organisasi wartawan tertua di Tanah Air sampai saat ini masih terus disegani. Selain menjadi lahan pengabdian PWI juga memiliki nilai tawar.

Dan tentu bisa pula menjadi ladang amal dan pahala bagi siapapun yang kelak menjadi pengurus dalam pemberdayaan untuk pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan profesionalisme wartawan di daerah ini.

Kedepan, dengan tetap menjunjung tinggi profesionalisme, PWI harus terus melakukan pembenahan internal dan membangun kekompakan.

Pun terus melakukan pemberdayaan melalui pendidikan dan pelatihan serta menjadi organisasi yang berada di garda terdepan dalam pengembangan kapasitas jurnalistik tanpa mengabaikan upaya membangun kolaborasi bagi sesama insan pers di Maluku tercinta.

Saat pertanyaan berikutnya terkait apa yang harus dilakukan oleh PWI Maluku menghadapi tahun politik 2023 baik Pilpres, Pileg, Pilgub, Pilkada/Pilwakot yang mulai hangat ini, untuk teman-teman dan pengurus PWI Maluku tentu harus ikut mengambil peran meredam setiap potensi konflik di tengah intrik politik baik lokal maupun nasional yang bisa saja menggiring masyarakat kita ke dalam polarisasi.

Maluku sendiri pada 2024 selain mengikuti Pilpres dan Pileg juga akan diikuti Pilgub Maluku dan Pilkada untuk Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Pulau Buru, dan Pilwakot Ambon.

Menghadapi iklim politik dan apa yang harus dilakukan PWI Maluku tentu menjadi hal penting. Sebagai “rumah tua”, PWI tentu harus menjadikan organisasi ini sebagai simbol perekat dalam membangun kolaborasi semua insan pers di daerah ini.

Pertanyaan Zein Anwar seputar apa yang harus dilakukan PWI Maluku menyambut tahun politik 2023 ini mengingatkan saya atas pesan-pesan dua petinggi aparat keamanan di Maluku yang dulu pernah disampaikan Pangdam XVI/Pattimura dan Kapolda Maluku terkait akan digelarnya Pilgub Maluku kala itu.

Ketika menerima pengurus baru PWI Maluku yang saat itu dipimpin almarhum Musa Pohwain, S.Sos, Rabu, (30/1/2008), Pangdam Mayjen TNI Rasyid Quernuen Aquary didampingi sejumlah perwira Kodam Pattimura, mengingatkan PWI Maluku dan insan pers di daerah untuk bahu-membahu menjaga ketentraman setelah daerah ini dilanda prahara kemanusiaan. Pun di tengah kita sedang diperhadapkan oleh pengaruh situasi dunia akibat ancaman resesi.

Maluku sendiri, kata Pangdam, memiliki 16 dari 18 titik rawan perbatasan antarnegara. Dua lainnya berada di Provinsi Maluku Utara. Selain pasukan TNI Kodam XVI/Pattimura yang ada seperti Koramil, petugas penjaga perbatasan juga ada yang ditugaskan di sana. Ancaman infiltrasi dari negara tetangga juga menjadi persoalan tersendiri yang jika tidak diantisipasi bisa memicu konflik.

Resesi ekonomi di Amerika Serikat berikut ancaman regional antarwilayah negara tetangga serta iklim politik nasional yang tak menutup kemungkinan bisa merembes ke Maluku apalagi saat itu kita sedang memasuki Pilkada dan boleh jadi masalah lokal bisa membawa dampak bagi stabilitas keamanan.

Karena itu ia mengajak semua pihak untuk membangun Maluku. Jangan karena kepentingan politik dan kelompok kita mengabaikan kemaslahatan orang banyak.

Menurut Pangdam, semua pihak tanpa kecuali PWI Maluku punya kewajiban yang sama memelihara keamanan di daerah ini.

Karena itu kita perlu menjalin hubungan baik dengan semua pihak, bukan saja dengan TNI tapi semua komponen di Maluku harus sama-sama membangun kemitraan.

“Kalau untuk kepentingan umum, mengapa tidak? Saya kira PWI Maluku dan insan pers, TNI dan anggota masyarakat punya kewajiban yang sama menjaga situasi yang sudah kondusif ini,” ujarnya.

Sebagaimana Pangdam, Kapolda Maluku Brigjen Polisi Drs. M.Guntur Ariyadi, MSi juga berharap PWI Maluku dan semua pihak perlu menjaga stabilitas keamanan.

Karena itu ia menghimbau di tengah munculnya fenomena dimana ada upaya penciptaan suasana ketakutan di masyarakat (fire of crime), PWI Maluku harus mengambil peran agar menghindarkan masyarakat dari upaya penciptaan opini untuk menghadap-hadapkan polisi dengan masyarakat, ataupun sebaliknya.

Kepada PWI Maluku dia juga mengajak untuk bahu-membahu membangun komunikasi karena bagaimanapun tanpa peran pers apapun yang dilakukan aparat keamanan tidak bisa tersosialisasikan dengan baik di masyarakat. “Tugas kita semua sama mengabdi untuk Maluku. Yang beda hanya karena profesi,” ujarnya.

Mengutip pendapat Ketua Umum PWI Tarman Azzam, Kapolda mengungkapkan tugas wartawan adalah menyampaikan kebenaran. Tapi kalau menimbulkan masalah yang besar, ia mengingatkan wartawan harus mempertimbangkan. “Di situlah seni atau cara bagaimana wartawan mengambil peran,” ujarnya.

Begitu besar harapan dan begitu pentingnya peran PWI Maluku sebagaimana yang disampaikan kedua petinggi aparat keamanan itu.

Karena itu siapapun kelak yang akan terpilih sebagai ketua dan menjadi pengurus pada konperensi nanti semoga PWI Maluku —meminjam istilah sobat Bung Rony Samloy— sebagai “rumah tua” harus tetap menjadi organisasi yang solid.

Sebagai tempat “rumah tua” bagi insan pers di daerah ini, PWI Maluku tentu harus selalu menjaga kekompakan dan kebersamaan baik dengan sesama insan pers ataupun dengan sesama anggota PWI Maluku dengan selalu menjunjung tinggi azas musyawarah dan mengedepankan dialog. (AHMAD IBRAHIM, Komisaris Utama Rakyat Maluku)

  • Bagikan