Penjelasan Ahli Geologi Soal Gempa Bumi yang Gunjang Maluku

  • Bagikan

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID, AMBON, — Gempa bumi dengan magnitudo 7,9 yang mengguncang wilayah Provinsi Maluku menyebabkan kerusakan bangunan terutama perumahan warga yang cukup parah di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara dan Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KTT), Selasa, 10 Januari 2023.

Pusat Gempa diketahui berada di laut Pulau Banda dengan koordinat 130,18 BT dan 7,25 LS atau berjarak sekitar 151,2 KM barat laut, ibu kota Saumlaki KTT. Gempa ini terjadi karena adanya desakan pada lempeng samudera tua/slab saat subduksi. yang menunjam masuk ke dalam mantel bumi. Hal ini dapat menyebabkan blok yang terbentuk pada kedalaman menengah bergerak, dan kemudian mengakibatkan gempabumi dengan kedalaman 130 km tersebut. Demikian dijelaskan Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Dr. Herfien Samalehu, ST, M.Eng.

Menurut dia, munculnya karang bebautan pada permukaan laut Tanimbar, KTT, mengidentifikasikank jenis gempatnya, yakni model thrusting. “Atau, kita sebut sebagai patahan naik dari subduksi laut Banda. Hal ini bisa dilihat dari analisis lokasi hiposenter dan kedalamannya,” urai dia.

Lebih jauh dijelaskan, model dari jenis gempa ini adalah akan menyebabkan kenaikan atau uplift dan juga akan menyebabkan penurunan atau subsidence disisi yang lain. Sebagai contoh beberapa kejadian gempa seperti Gempa Aceh, nias dimana terjadi pengangkatan di sekitar Pulau Simeuleu namun terdapat pula blok yang turun atau subsidence hingga 1 meter di sepanjang garis pantai di Aceh.

Selain itu gempa di Lombok mengakibatkan fenomena naiknya pulau Lombok sebesar 25 Cm dimana dilihat dari indikasi Peta Satelit yang memperlihatkan adanya kenaikan dari permukaannya. Fenomena ini bisa terjadi setelah pasca gempabumi yang menyebabkan defromasi regional.

“Sehingga, dalam hal ini, kenaikan daratan di Teneman kabupaten Maluku Barat Daya merupakan blok yang naik secara keseluruhan dalam hal ini tidak berpengaruh signifikan terhadap wilayah Tanimbar,” jelasnya.

Terkait dengan adanya Fenomena Daratan yang naik desa Teneman, MBD, Herfien mengatakan, dampak dari gempabumi yang terjadi ini tidak menyebabkan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa adanya longsoran skala massif, gerakan tanah disertai likuifaksi serta tsunami.

Namun demikian, penemuan adanya endapan lumpur yang diberitakan bersamaan di lokasi juga bisa mengindikasikan sebuah fenomena “Mud volcano” yang terbentuk, masih diperlukan kajian lebuh mendalam tentang hal ini di lokasi pulau tersebut.

“Untuk itu, kami menghimbau agar masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan dari BPBD atau BMKG setempat. Jangan terpancing isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami,” tandas Herfien. (RMF)

  • Bagikan

Exit mobile version