RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi Maluku telah menetapkan 16 nama calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) yang akan merebutkan empat kursi dari Daerah Pemilihan Maluku.
Dari belasan nama yang diputuskan, empat petahana harus bekerja ekstra untuk mempertahankan kursi mereka. Pasalnya 12 nama yang ikut terdaftar bukanlah figur biasa. Mereka hadir dengan kapasitas dan kemampuan berbeda-berbeda.
Mulai dari mantan birokrat, tokoh muda hingga mantan anggota DPRD Maluku.
Bahkan terdapat tokoh asal Sulawesi Tenggara, yakni H.M. Yasin Welson. Pria kelahiran Burangngasi Kabupaten Boton, tahun 1967 adalah PAW (Pengganti Antar Waktu) DPD RI dari mantan Anggota DPD RI Muliati Saiman, S.Si. Pada saat itu Yasin pernah menduduki kursi sebagai anggota Komisi IV DPD-RI.
Ada pula nama Ali La Opa, mantan politisi asal Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut bukanlah sembarang orang, pasalnya di tahun 2024 yang bersangkutan bahkan digadang-gadang akan dicalonkan untuk posisi sebagai Calon Wakil Bupati di Kabupaten Buton Tengah. Apalagi Ali La Opa juga pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Buton Periode 2004-2009.
Sementara figur lokal, juga bukanlah pendatang baru di kanca perpolitikan Maluku, mereka adalah tokoh di wilayahnya, sebut saja dari wilayah Maluku Tenggara Barat dan Kabupaten Kepulauan Tanimbar ada nama Melkias Frans. Dua Periode menjadi anggota DPRD Provinsi Maluku asal Partai Demokrat dari Daerah Pemilihan VII meliputi Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya dengan perolehan suara yang cukup dinamis. Sebagai tokoh pemekaran, Frans sempat mencalonkan diri sebagai Bupati Kabupaten Maluku Barat Daya pada Pilkada perdana 2010.
Adik Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno yang kini duduk sebagai anggota DPRD Provinsi Maluku dua Periode yakni Franscois Orno juga ikut mencalonkan diri sebagai anggota DPD-RI.
Sementara dari wilayah KKT terdapat Joseph Sikteubun, yang mana di Pileg 2014 pernah mencalonkan diri sebagai senator dengan nomor urut 35. Sebelumnya Joseph adalah Koordinator Wilayah Maluku dan Maluku Utara DPN PKP Indonesia.
Dari wilayah Maluku Tenggara juga hadir Hasanudin Rumra, seorang teknokrat yang selama ini menduduki sejumlah jabatan strategis di Kementrian Pertanian tepatnya di Badan Ketahanan Pangan.
Ada pula Didon Limau politisi yang saat ini mendiami Pulau Buru, bahkan pernah mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati Kabupaten Buru Selatan pada Pilkada 2010 berpasangan dengan Drs. Abdul Basir Solissa,M.Ag kini berhasil ditetapkan sebagai calon senator.
Pada Pileg 2014 Didon Limau juga tercatat sebagai Caleg Partai Nasdem Daerah Pemilihan Kabupaten Buru-Buru Selatan. Di tahun 2009, yang bersangkutan juga tercatat sebagai Caleg di Kota Depok, dari Partai Karya Perjuangan.
Sementara dari wilayah Maluku Tengah dan Pulau Seram, terdapat nama Samson Yasir Alktiri mantan politisi Partai Demokrat. Siti Aminah Amahouru juga pernah tercatat sebgai calon anggota DPRD Kabupaten Maluku Tegah dan Abu Kasim Sangadji, tokoh muda Maluku yang sempat mengabdi di DPP Partai Golkar semasa kepemimpinan Abu Rizal Bakrie.
Ada pula Ali Roho Talaohu, akademisi asal Universitas Darusalam yang juga mengemban amanah sebagai koordinator Program Keluarga Harapan (PKH) yang dibiayai oleh Kementrian Sosial. Terakhir Bisri As Shidiq Latuconsina mantan Ketua KNPI Provinsi Maluku juga ikut mencalonkan diri sebagai anggota DPD-RI Periode 2024-2029. Pada Pileg 2019-2014 Bisri juga mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Provinsi Maluku daerah pemilihan Kota Ambon asal Partai Kebangkitan Bangsa.
Terkait hadirnya dua tokoh asal Buton yang memilih Dapil Maluku, menurut Direktur Parameter Konsultindo Wilayah Indonesia Timur, Edison Lapalelo itu wajar saja.
Apalagi Indonesia merupakan negara demokratis, siapa saja berhak mencalonkan diri selama masih berada di wilayah teritorial administrasi Indonesia, dengan catatan memenuhi standar atau peraturan yang berlaku di dalam aturan main.
“Secara pribadi saya mau mengucapkan selamat datang untuk bapak ibu yang berproses dalam pencalonan di DPD RI Dapil Maluku. Namun sangat menarik apabila yang bersangkutan bukan dari Maluku dan tidak membangun dinamika di Maluku namun di Sulawesi Tenggara (Buton). Kenapa? Karena ini memberi warning kepada kontestan lain untuk benar benar serius bekerja. Kan saudara kita yang dua ini bukan orang gila, yang bersangkutan sudah terukur sejauh mana range unutk memperoleh suara, oleh karena itu jangan dianggap remeh,” respon Edison saat dihubungi media ini, di Ambon, Rabu 4, Januari 2022.
Menariknya lagi, bahwasanya kedua calon yang berasal dari Buton itu tidak memiliki latar belakang politik di Maluku. Namun berlaga dari Maluku, itu menjadi satu hal yang perlu diperhatikan.
“Memang kita tahu, dunia perpolitikan ada lompatan-lompatan atau akrobatik politik, tapi sepanjang melihat dari dinamika politik yang mereka lakoni sudah diperhitungkan, itu pasti ada langkah-langkah terukur yang sudah dipertimbangkan,” sambung dia.
Ditanya perihal peluang untuk bersaing dengan calon lain, Edison menjelaskan pertama dilihat incaumbent yang sudah ada dan sudah pasti terukur dan punya kapasitas. Entah nanti soal fluktuasi naik atau turun itu soal kerja-kerja lanjutan.
“Nah soal peluang lain kembali ke daftar peserta yang terpilih sesuai data mereka rata-rata masih anak muda, para aktivis , pegiat organisasi yang masih enerjik jadi peluangnya ini kalau dengan perbandingan 2 orang dari Buton dan memperkecil peluang peserta lain saya kira tidak. Walaupun ini merupakan warning, namun semua orang harus menerima warning ini, tapi jangan larut dan menjadi pesimis,” pungkas dia. (ARI-SSL)