RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Meningkatkan ketrampilan literasi bagi tenaga pendidik dan kependidikan tentu merupakan sebuah kewajiban. Membangun kesadaran literasi di sini tidak semata-mata berkaitan dengan ketrampilan membaca dan berbicara di hadapan kelas, tapi kecakapan dalam memahami dan menulis dalam bentuk karya tulis bagi tenaga pendidik dan satuan kependidikan jauh lebih penting.
Penggalan kalimat di atas saya tangkap dari beberapa pembicara antara lain Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku DR.Insun Sangadji, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku Husein, S.Pd, M.Pd, dan Kabid SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku Sirhan Pellu pada Pelatihan Jurnalistik dan Kehumasan untuk Tenaga Pendidik dan Kependidikan se-Provinsi Maluku, selama dua hari di Hotel Manise, Ambon, Senin, (28-29/11/22).
Penyelenggara acaranya yakni Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Maluku bekerjasama Harian Ambon Ekspres. Di sini saya diundang oleh Direktur Ambon Ekspres Nasri Dumula, S.Sos menjadi tim evaluasi pelatihan.
Selama dua hari kegiatan ini tergambar animo peserta mengikuti pelatihan ini cukup tinggi. Antusiasme mereka penuh semangat. Ini bisa tergambar saat tiba sesi pelatihan penulisan berita.
Boleh jadi melihat gairah mereka menunjukkan pentingnya pemahaman literasi khususnya menyangkut penulisan karya tulis perlu terus dihidupkan dan dikembangkan di kalangan tenaga pendidik dan satuan kependidikan.
Program pelatihan ini tentu bisa menjadi pembuka dan role model bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku untuk terus menyosialisasikan pentingnya membangun kesadaran bersama bagi pengembangan literasi untuk pelatihan karya tulis.
Selain bisa berbagi pengalaman melalui pelatihan ini kita dapat menimba ilmu dan pengalaman dari para peserta tentang pentingnya literasi.
Dari penjelasan Ibu Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku DR.Insun Sangadji saat membuka pelatihan ini diketahui bahwa persoalan peningkatan kapasitas literasi untuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan termasuk salah satu program dalam assesment pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstra Kulikuler pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pentingnya peningkatan kesadaran kapasitas literasi di sini bukan saja terkait kemampaun membaca dan berbicara semata, tapi juga harus diikuti oleh kemampuan menangkap, memahami, dan menulis.
Itulah mengapa program pelatihan menulis yang masuk dalam kegiatan Satuan Pendidikan Ekstra Kulikuler bagi para tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di Maluku menjadi sebuah keharusan.
Di era digitalisasi dan komunikasi yang semakin digital saat ini menuntut seorang guru tidak saja ahli saat berkomunikasi di depan ruang belajar semata.
Tapi menghadapi keragaman siswa/wi dan minat siswa/wi dengan latar belakang berbeda itu, menuntut seorang guru dan tenaga kependidikan harus lebih kreatif dan inovatif.
Hal ini tentu sejalan dengan tujuan pendidikan jurnalistik pada satuan pendidikan yakni memfasilitasi pengembangan bakat, minat, dan kreativitas serta kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain melalui pendidikan jurnalistik.
Dengan pelatihan ini mereka dapat menyalurkan bakat dan minat siswa/wi serta memberikan lifeskill (kecakapan hidup) kepada siswa/wi baik sekarang maupun setelah lulus dari satuan pendidikan.
Karena itu kemampuan menangkap dan memahami sebuah masalah yang terjadi di masyarakat maupun di lingkungan satuan kependidikan yang diwujudkan dalam bentuk karya tulis di media sebagai tempat pengembangan intelektual, bakat, dan minat sudah menjadi kewajiban bersama.
Menulis tentu merupakan salah satu proses pengembangan intelektual (intelectual exercise) baik di lembaga pendidikan maupun oleh siapapun yang ingin mengembangkan bakatnya di bidang karya tulis. Karena itu ketrampilan dalam dunia tulis-menulis bagi dunia pendidikan haruslah selalu dihidupkan dan dikembangkan.
Rasanya sudah banyak teori dan istilah tentang jurnalistik yang kita dapatkan baik melalui hasil bacaan ataupun melalui pelatihan.
Tidak cukup rasanya jika kita hanya membaca, memahami dan menelaah dari sisi teori dan istilah bila tidak diikuti oleh kemauan yang keras untuk mengaplikasikan aktivitas jurnalistik ke dalam bentuk karya tulis secara intens baik mencakup berita (news), opini atau feature.
Secara teori, jurnalistik yang kita pahami selama ini adalah sebuah aktivitas dari kegiatan untuk mengumpulkan bahan berita atau liputan yang diwujudkan ke dalam bentuk laporan dari sebuah peristiwa (reporting).
Jurnalistik atau jurnalisme juga bisa diidentikkan dengan media, wartawan, dan berita. Dan salah satu karakteristik dalam bahasa jurnalistik itu sifatnya singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik.
Mengutip pakar Bahasa Indonesia Prof. DR. Jus Badudu, disebutkan bahasa jurnalistik haruslah sederhana, mudah dipahami, teratur, dan efektif.
Memakai bahasa yang ringkas di sini berarti hemat dalam menggunakan kata (economy of words). Memilih kata dan kalimat yang ringkas dan lugas karena keterbatasan ruang dan durasi, termasuk menghindari duplikasi atau pengulangan kata dan kalimat yang terkesan mubazir.
Makna ringkas di sini juga berarti satu pengertian, tidak ambigu, dan langsung ke pokok masalah alias tidak bertele-tele.
Karena menulis berhubungan dengan kerja-kerja pikiran dan gagasan maka untuk membangun kesadaran literasi khususnya dalam karya tulis terutama berkaitan dengan penulisan ilmiah dan ilmiah populer tentu dibutuhkan keseriusan, ketekunan dan kesabaran.
Pun harus diikuti oleh kemauan yang keras dan harus diasah terus menerus serta tidak mengenal kata bosan. Salam literasi.(*)