RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Tiga penambang emas tanpa izin (PETI) di Gunung Botak, tewas tertimbun longsor.
Tewasnya PETI ini menandakan bahwa masih ada masyarakat yang melakukan penambangan meskipun berulang kali aparat kepolisian menyisir kawasan emas itu.
Mereka yang tewas Anto (41), warga Desa Dorpedo, Kota Ternate, Maluku Utara, Rizal Galela (40) asal Tobelo, dan Lukas Tasidjawa (39), pemuda Desa Waekose, Kecamatan Fenaleisela, Kabupaten Buru.
Informasi yang dihimpun Rakyat Maluku, para korban tertimbun longsor saat melakukan penambangan pada, Sabtu, 19 November 2022 sekira pukul 24.00 WIT.
Mereka mengali tanah atau membuat paritan dompeng milik YN.
Paur Subbag Hunas Polres Buru Aipda MYS Djamaludin yang dikonfirmasi membenarkan kejadian itu.
“Para korban sudah diambil keluarga dan sudah dimakamkan,” kata Aipda Djamaluddin ketika dikonfirmasi Rakyat Maluku, Minggu, 20 November 2022.
Dia menjelaskan, para korban dan teman-teman mereka menambang dengan cara manual di areal Gunung Batu tepatnya di paritan tempat penambangan emas metode dompeng milik Yohanes Nurlatu.
Rizal, Lukas, Anto dan Cadu, menggali tanah dengan kedalaman 4 meter. Tiba-tiba terjadi longsor.
“Setelah menggali longsoran tanah selama kurang lebih dua jam sekitar pukul 02.30 WIT, para korban korban berhasil dievakuasi,” jelasnya.
Lanjut Paur Subbag Humas, kondisi Anto, Rizal Galela dan Lukas Tasidjawa sudah dalam keadaan meninggal dunia, sedangkan korban Cadu selamat dan dalam keadaan sehat tapi cedera di kaki karena tertimbun setengah badan,” katanya.
Korban meningal, sambung Paur Subbag Humas, telah diambil keluarga saat itu juga.
“Para korban sudah dikebumikan. Kalau korban selamat sementara dirawat di rumah sakit,” ucapnya.
Sebelumnya, tiga pekan lalu aparat kepolisian dibantu TNI dan Sapol PP Buru, sudah melakukan penyisiran, tapi masih ada warga yang membandel.
“Kami imbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan penambangan lagi. Kalau ketahuan akan ditindak,” tegasnya. (AAN)