“Perlu kami sampaikan bahwa persoalan yang terjadi antara masyarakat Ohoi Bombai, Ngurdu Watsin, Soinrat Ngat,dan Sirbantei dengan Ohoi Elat berawal dari perselisihan antara siswa SMA Negeri 1 Kei besar.”
ELAT – Kabar bahwa bentrok antar Warga Ohoi Bombai dengan Ohoi Elat disebabkan batas tanah, dibantah tokoh masyarakat dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Wandan (IPPMAWAN).
Bentrok warga di Kecamatan Kei Besar, Sabtu lalu, pemicunya disebutkan karena perkelahian antarsiswa SMA Negeri Elat, 6 Oktober lalu.
“Saya kira itu bukan batas wilayah. Setelah saya croscek di Elat dan keluarga di Bombai, itu konflik faktor pelajar. Perkelahian antar pelajar SMA Negeri Elat,” kata Tokoh Masyarakat Kei Besar, Yunus Rahawarin kepada Rakyat Maluku melalui sambungan telepon seluler, Minggu, 13 November 2022.
Menurutnya, persoalan batas tanah sudah selesai sejak dahulu. Tidak ada masalah mengenai lahan yang akan dipasang sasi (Hawear). Bahkan, kata Yunus, yang berhak berbicara terkait tanah di Ohoi Elat, hanya dia dan keluarganya. Sebab, tanah itu pemberian dari Raja Yamtel kepala Mel Rahawarin.
“Jadi kami punya hak untuk menjual dan sebagainya. Bahkan untuk mendirikan sekolah SMA di sana itu, kami yang tanda tangani sebagai pelepasan hak ulayat atau adat,” ungkapnya.
Karena itu, Yunus Rahawarin menegaskan, jika bentrok itu bukan karena tanah. Tetapi buntut dari kejadian 6 Oktober 2022 lalu.
“Itu persoalan siswa. Karena kepala sekolah kurang tanggap terkait dengan masalah itu, sehingga ada pihak ketiga yang memancing di air keruh. Mereka memanfaatkan itu sehingga terjadilah konflik seperti itu,” jelasnya lagi.
Konflik kata Rahawarin, mendatangkan kesengsaraan. Tidak ada yang menang, bahkan perkelahian menguras tenaga, pikiran, dana dan sebagainya.
“Sehingga membuat katong (kita) punya basudara sengsara. Orang sudah sengsara, tambah sengsara. Saya mengimbau kepada kedua belah pihak, mari kita atasi ini dengan kepala dingin. Kalau ada apa-apa kita bawa kepada pihak yang berwajib. Ada polisi, pemda, ada camat, duduk supaya bicara baik-baik dari hati ke hati hingga eskalasi konflik itu bisa dicegah. Kalau tidak seperti itu, nanti konflik lagi, konflik lagi,” pesannya.
Rahawarin juga menyayangkan adanya informasi yang simpang siur terkait warga Elat melarang warga Bombai belanja di Elat. Hal itu kata dia yang membuat warga Bombai tersinggung.
“Biasa bahasa di sana bilang hormatro itu. Hormatro itu wilayah kekuasaan. Itu dari Ngaf sampai Warbabau. Jadi bagaimana orang tidak tersinggung. Katong pung wilayah sampe di situ kanapa mau larang beta (saya). Itu yang jadi pemicu konflik. Jadi mari sama-sama duduk dan bicara baik- baik demi kemaslahatan bersama. Kalau perlu Pemda turun tangan karena korban juga di kedua belah pihak cukup banyak,” tandasnya.
Klarifikasi serupa juga disampaikan DPP IPPMAWAN. Menurut mereka konflik yang terjadi, bukan terkait tanah, tetapi buntut dari kejadian sebelumnya. Alasannya, yang berhak memasang sasi atau hawear di Ohoi Elat adalah keluarga Rahawarin, bukan pihak lain.
“Hasil komunikasi saya dengan Pak Yunus Rahawarin, bahwa yang punya hak pasang sasi itu marga Rahawarin bukan orang lain. Dan Rahawarin juga bukan Rahawarin sembarangan,” kata Sekretaris DPP IPPMAWAN, A. Samad Serang, kepada Rakyat Maluku, Minggu, 13 November 2022.
Menurut dia, masalah pada Sabtu pagi, 12 November 2022, merupakan buntut dari tawuran anak sekolah yang terjadi 6 Oktober 2022 lalu.
“Perlu kami sampaikan bahwa persoalan yang terjadi antara masyarakat Ohoi Bombai, Ngurdu Watsin, Soinrat Ngat,dan Sirbantei dengan Ohoi Elat berawal dari perselisihan antara siswa SMA Negeri 1 Kei besar,” tambahnya.
Dampak dari perselisihan tersebut, lanjut dia, menimbulkan ketidakpuasan dari siswa yang berasal dari Ohoi Bombai, sehingga mereka malakukan penyerangan ke Elat tanggal 6 Oktober 2022.
“Penyerangan itu menyebabkan 2 orang pemuda Elat luka-luka,” jelasnya.
Alhasil, lanjut dia, pemuda Elat melakukan serangan balasan dengan membakar Toko Rohani, tetapi sebelum dibakar, sambung Serang, pemuda Elat bersama pihak TNI setempat terlebih dahulu mengamankan semua simbol-simbol agama, berupa kitab suci dan patung Rosario. Saksi mata terkait itu ada.
“Jadi, peristiwa kedua adalah lanjutan akumulasi dari kejadian awal sesuai yang saya gambarkan diawal. Pihak Ohoi Bombai, Ngurdu Vatsin, Soinrat Sirbantei melakukan penyerangan kembali tanggal 12 November 2022. Mereka beralibi bahwa yang akan dilakukan adalah melakukan pemasangan sasi (hawear) pada batas wilayah kekuasaan Hoar Ngoutru,” tudingnya.
“Tapi yang terjadi sebaliknya, yakni mereka melakukan penyerangan ke Ohoi Elat, dengan membakar 5 buah rumah dan merusak beberapa rumah. Selain itu juga membakar dua sekolah, SMP dan SMA. Termasuk merusak kaca tempat ibadah di Wakatran, dan juga membakar 8 unit kendaraan roda dua,” ungkapnya.
Warga Ohoi Elat kemudian melakukan serangan balasan hingga masuk ke Ohoi Ngurdu.
Bentrokan tersebut mengakibatkan puluhan orang alami luka-luka, dua orang meninggal dunia dan puluhan rumah terbakar maupun rusak.
Tercatat, 34 orang luka-luka dari kedua belah pihak akibat terkena anak panah, sabetan parang dan juga tertembak senapan angin. Korban-korban telah dirujuk ke Rumah Sakit Karel Saitsuitubun Langgur dan RSUD Maren Kota Tual.
“Empat pasien atau lima dari Elat juga sudah dirujuk ke RSUP Leimena Kota Ambon,” ungkap sumber Rakyat Maluku.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol Moh Roem Ohoirat menerangkan, bentrokan warga di Maluku Tenggara itu dipicu akibat masalah klaim lahan antara dua desa.
Ohoirat mengatakan warga Desa Bombai yang mengklaim sebagai kepemilikan lahan adat mendatangi wilayah perbatasan antardesa untuk memasang ‘sasi’ (hawear) atau tanda pelarangan aktivitas bagi warga Elat. Namun, saat warga Bombai mendatangi lokasi tersebut sempat diadang warga Elat. Akhirnya terjadi saling serang.
“Tadi pagi ada pemasangan sasi, warga Elat yang mengetahui itu sehingga terjadi konsentrasi massa,” kata Kabid Humas saat dihubungi rakyatmaluku.fajar.co lewat seluler.
Untuk pemasang sasi, sebelumnya telah ditempatkan personel Polri sebanyak 2 SST dan Kodim.
Karena jumlah massa yang begitu banyak sehingga bentrokan tidak terelakan.
“Ada korban dari kedua bela pihak. Luka kena panah dan dibacok. Termasuk dua anggota Polri juga luka-luka,’ ungkap Ohoirat.
Selain luka-luka, rumah warga dan sekolah, lanjut mantan Kapolres Tual ini, juga terbakar.
” SMP dan SMA juga terbakar. Situasi di sana sudah kondusif. Tadi 2 SST dari Polres Malra sudah diturunkan di sana untuk mengantispasi,” ujarnya.
Kabid Humas mengimbau masyarakat untuk menahan diri. Tidak terpancing dengan kejadian ini.
“Kami minta masyarakat tetap tenang, tidak terprovokasi. Serahkan ke aparat biar ditangani,” pesannya. (AAN)