RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, -– Gubernur Papua Lukas Enembe, ternyata bukan kepala suku besar sebagaimana yang disebutkan orang selama ini.
Setiap suku provinsi paling timur di Indonesia ini, memiliki perangkat adat yang terstruktur dalam sistem kepemimpinan tradisional.
“Ada Ondofi, kepala suku, kepala kerep, sampai kepada pesuruh,” ungkap Ketua Gerakan Pemuda Jayapura Jack Puraro, lewat pesannya yang disampaikan kepada wartawan, Minggu, 9 Oktober 2022.
Dewan Adat di tanah Tabi, kata Jack Puraro, wilayahnya meliputi Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, Kabupaten Keerom, dan Kabupaten Sarmi. Dan mereka tidak pernah memberikan legitimasi kepada Lukas Enembe sebagai kepala suku.
“Kalau di wilayah Lapago dan Meepago mengangkat Lukas sebagai Kepala Suku, itu kewenangan dari masyarakat adat di sana. Tapi kalau untuk membawahi seluruh tanah Papua, maka orang yang telah memberikan pernyataan seperti itu untuk segera mengklarifikasi,” tegas Jack.
Ia meminta semua pihak untuk tidak membangun atau menggiring opini-opini bahwa Papua ini memiliki satu Kepala Suku besar seperti Lukas Enembe.
“Itu tidak benar. Itu pembohongan publik,” ujar Jack.
Kata dia, opini seperti itu sengaja dibangun untuk menjadikan masyarakat Papua sebagai tameng untuk membentengi Pak Lukas Enembe membangkang terhadap panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Masyarakat yang masih berjaga-jaga di rumah kediaman Lukas Enembe, menurut Jack, mereka memiliki hubungan emosional dengannya. Jack berharap, mereka tidak menghalang-halangi tugas KPK untuk memeriksa Lukas, serta tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat yang mendiami wilayah tanah adat Tabi.
“Kami tahu bahwa kondisi Pak Lukas hari ini masih sakit, sehingga KPK tidak bisa melakukan penanganan. Tapi kita berdoa semoga beliau bisa sehat sehingga bisa menindaklanjuti panggilan KPK. Papua kita jaga supaya tetap aman sebagai rumah kita bersama, siapapun boleh tinggal di Papua,” kata Jack. (AAN)