RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — BULA, — Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPP KB) Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) menargetkan tahun 2024 angka Prevalensi Stunting di daerah itu turun drastis. Untuk menekan angka prevalensi stunting kini sejumlah program mulai gencar dilakukan.
Salah satunya yakni kegiatan orientasi tim pendamping keluarga tingkat kecamatan dan desa. Program tersebut saat ini sudah menyasar lima belas kecamatan di Kabupaten SBT dengan jumlah yang dilatih sebanyak 594 peserta.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPP-KB) Kabupaten Seram Bagian Timur, Halima Siliombona.
Kata dia, berdasarkan rilis lembaga Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021 angka prevalensi stunting di Maluku mencapai 28,7 persen. Sementara Kabupaten Seram Bagian Timur sendiri berada pada angka 41,9 persen. Oleh karena itu, targetnya tahun 2024 angka tersebut bisa menurun dengan berbagai program yang dijalankan.
“Ditahun 2021 angka prevalensi stunting di SBT mencapai 41,9 persen. Target kita tahun 2024 bisa turun sampai 23,33 persen, bahkan harus lebih dari itu,”ujar dia kepada wartawan di ruang kerja kemarin.
Dikatakan, kegiatan orientasi tim pendamping keluarga tingkat kecamatan dan desa merupakan salah satu program yang bertujuan untuk menekan angka prevalensi stunting. Dari kegiatan tersebut para kader Keluarga Berencana (KB), tenaga kesehatan seperti bidan desa maupun ibu PKK desa akan dilatih untuk melakukan pendampingan.
“Sasaran tim pendampingan ini adalah mendampingi keluarga berisiko stunting. Seperti, calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca salin, keluarga yang punya baduta 0-5 bulan dan balita 5 bulan sampai 5 tahun. Intinya adalah pendampingan bagi keluarga berisiko stunting,”ungkapnya.
Menurut dia, pendampingan terhadap keluarga berisiko stunting harus dimulai sejak dini. Salah satunya kepada calon pengantin yang akan memulai keluarga baru. Mereka kata dia, akan diberi pembekalan dan edukasi agar bayi yang dilahirkan tidak berisiko terkena stunting.
“Kalau calon pengantin tidak didampingi dengan baik, diberikan edukasi dan pendampingan maka bisa jadi dalam memasuki keluarganya bisa memicu atau menjadi penyebab seseorang itu bisa melahirkan generasi stunting,”katanya. (RIF)