RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — NAMLEA, — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buru, kembali menunda penyelenggaraan Festival Pesona Bupolo yang bertujuan untuk memperkenalkan potensi pariwisata daerah itu.
Penundaan dilakukan karena mempertimbangkan kondisi pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.
“Tahun ini juga masih ditunda penyelenggaraan Festival Pesona Bupolo. Pertama kali ditunda saat COVID-19 mulai merebak tahun 2020,” kata Kepala Dinas Pariwisata Buru Istanto Setyahadi yang dihubungi dari Ambon, Rabu.
Festival Pesona Bupolo pertama kali digelar pada bulan Oktober 2016 bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata hingga memasuki tahun ketiga penyelenggaraan pada 2019, setelah itu terhenti karena pandemi COVID-19, dan tahun ini karena krisis ekonomi yang melanda.
Festival Pesona Bupolo, menurut Istanto, lebih mengenalkan potensi seni budaya dan pariwisata di daerah bekas pembuangan tahanan politik tersebut, yang tidak semata sebagai penghasil emas dan minyak kayu putih, tetapi juga keindahan pantai dan pesona bawah laut serta kuliner dan kesenian tradisional.
Diakuinya, tiga tahun penyelenggaraan ajang tersebut membuat pesona pariwisata di pulau penghasil komoditas minyak kayu putih itu, semakin berkembang dan menarik perhatian wisatawan dalam maupun luar negeri.
“Sayangnya tahun ini belum bisa dilaksanakan kembali karena realokasi dan refocusing anggaran untuk menjaga daya beli masyarakat sebagai dampak dari situasi geopolitik di Rusia dan Ukraina serta keputusan penyesuaian harga BBM,” katanya.
Dia menegaskan, pengemasan ajang pariwisata itu setiap tahun berbeda-beda dan dibuat lebih menarik untuk menarik minat kunjungan dan memberikan kesan mendalam kepada wisatawan yang datang.
Pada tahun 2019 Festival Pesona Bupolo dimeriahkan seni budaya hingga pesta makan “patita”, ada lomba memancing tradisional termasuk lomba desain logo branding pariwisata Kabupaten Buru.
Selain itu, lomba baku pukul bantal dalam air, lomba hela rotang dalam air, hingga masak dan bale papeda, di samping kampanye sadar wisata dan festival kuliner di Desa Jikumarasa, kecamatan Lilialy dengan menampilkan semua tradisi yang ada di Kabupaten Buru sebagai bagian dari promosi pariwisata.
“Kami berharap tahun depan festival ini dapat digelar kembali secara besar-besaran agar lebih memperkenalkan potensi Pulau Buru,”
Ia mengemukakan, kabupaten Buru sedikitnya memiliki 54 destinasi wisata. Selain wisata religi, Buru juga memiliki beragam wisata budaya, yang terdiri dari Petuanan Lilialy, Petuanan Tagalisa, Hutan Bakau Siahoni, Petuanan Fena Leisela, dan Petuanan Kayely.
Selain itu, Buru juga memiliki 8 destinasi sejarah seperti Rumah Karesidenan Belanda, Jembatan Australia, Bunker Jepang, dan Benteng VOC. Ada juga zona kreatif yang terletak di wilayah Taman Bupolo dan WRB hingga Lapangan Pattimura serta Tonglima.
Daya tarik lainnya adalah 13 destinasi wisata bahari dengan 5 lokasi menyelam atau snorkling yang berada di Kailey, Masarete, Jikumerasa, Waeperang, dan Waprea. (ANT)