RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — JAKARTA, — Pamor Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) naki pasca pidato kenergaraan pada Rapat Pimpinan Nasonal Partai Demokrat sekaligus HUT ke21 partai berlambang bintang mercy itu. Putra Presiden RI keenam itu digadang-gadang berpasangan dengan Anies Baswedan.
Dalam rangka membangun koalisi untuk mengusung pasangan itu, Partai Demokrat kini intens membangun komunikasi dengan NasDem dan PKS.
Herzaky Mahendra Putra, Bakomstra DPP Partai Demokrat mengakui, pertemuan AHY, Surya Paloh, Ahmad Syaikhu, Jusuf Kala, hingga Anies berlangsung sangat akrab dan nyaman. Komunikasi para tokoh itu disebut makin intens.
“Memang beliau-beliau tampak sangat akrab dan dekat di acara tersebut, sangat nyaman berada di sekeliling satu sama lain. Karena memang sering berkomunikasi dan berinteraksi. Apalagi sekarang makin intens,” kata Kabakomstra DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra kepada wartawan, Senin kemarin.
Herzaky mengatakan para tokoh tersebut memang memiliki semangat yang sama. Yakni, kata dia, semangat membawa perubahan dan perbaikan.
“Apakah ini pertanda atau sinyal koalisi 2024, doakan saja. Untuk koalisi, masih kami godok terus. Semoga kami bisa membentuk koalisi solid yang mengedepankan perubahan dan perbaikan untuk rakyat, bangsa, dan negara ini,” ucapnya.
Meski begitu, Herzaky menyebut soal koalisi akan disampaikan kemudian. Demokrat juga membuka saran dari masyarakat terkait capres-cawapres yang mungkin baik memimpin Indonesia.
“Pada saatnya, akan kami sampaikan ke publik, dengan siapa Demokrat akan berkoalisi. Atau, mungkin masyarakat ada aspirasi? Harapan agar Demokrat berkoalisi dengan siapa? Dan, mengusung siapa? Silahkan disampaikan ke kami,” ujarnya.
Terkait hal ini, analis politik Universitas Muhammadiyah Kupang Ahmad Atang mengatakan Partai NasDem harus mengunci Partai Demokrat dan PKS dalam koalisi di pemilu presiden 2024.
Jika Partai Nasdem tidak dapat mengunci PKS dan Demokrat dalam koalisi, menurut Ahmad, Partai Nasdem bisa kehilangan momentum.
Ahmad menyebut dinamika politik menuju 2024 masih dinamis dan komunikasi politik antar partai intens dilakukan. Itu sebabnya, menurut Ahmad, Nasdem pada titik ini harus mengunci PKS dan Demokrat dalam satu barisan sebelum ditarik oleh koalisi yang lain.
Ahmad mengatakan apabila dilihat dari pengelompokan partai yang akan berkoalisi untuk mengusung pasangan calon presiden pada pilpres 2024 mendatang, maka terlihat bahwa PDI Perjuangan dapat mengusung pasangan calon sendiri tanpa koalisi karena telah memenuhi syarat 20 persen.
Sementara Partai Golkar, PAN, dan PPP telah membentuk Koalisi Indonesia Baru, dan Gerindra akan berkoalisi dengan PKB, maka partai yang tersisa adalah Nasdem, PKS, dan Demokrat.
“Dengan demikian, menurut saya tidak ada pilihan lain bagi Partai Nasdem harus berkoalisi dengan partai PKS dan Partai Demokrat,” kata pengajar ilmu politik pada sejumlah perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur itu.
Dia mengatakan dengan dibangunnya koalisi antara Nasdem, PKS, dan Demokrat, maka merupakan perpaduan antara basis nasionalis Demokrat dan nasionalis religius.
Mengenai figur Capres, dia mengatakan jika koalisi ini permanen maka figur yang memiliki peluang besar untuk diusung adalah Anies Baswedan karena Nasdem dan PKS tidak memiliki kader untuk diusung.
Sedangkan Demokrat mendorong Agus Harimurti Yudhoyono, namun popularitas dan elektabilitas tidak cukup meyakinkan untuk dijadikan capres sehingga politik kompromistis tentu diambil agar Anies dan AHY dapat disandingkan.
“Jika koalisi Nasdem, PKS dan Demokrat dipertemukan oleh figur yang sama maka secara otomatis mereka telah melepaskan basis ideologis masing-masing,” katanya. (JPNN)