Yanti Masela

  • Bagikan

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — SAUMLAKI, — Kedatangan Presiden Joko Widodo ke Kota Saumlaki, ibukota Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Provinsi Maluku, Jumat, (2/9/22), lalu, rupanya sepi dari isu seputar rencana proyek pembangunan kilang gas alam cair Blok Masela. Pun soal Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN).

Beruntung, di tengah meredupnya informasi soal kelanjutan proyek strategis Blok Masela, Presiden Joko Widodo justeru masih sempat menjawab pertanyaan wartawati bernama
Yohana Martina Samangun soal Blok Masela, itu.

Padahal saat yang sama publik tengah dijejali oleh berbagai agenda ala Joko Widodo.

Kedatangan Presiden ke kabupaten yang berbatasan dengan Australia itu pun larut dalam suasana blusukan dan pemberian bantuan modal kerja saat mana beliau bersama pedagang berada di Pasar Tradisional Ngirimase Olilit.

Tadinya ada yang mengira dari Saumlaki Presiden Joko Widodo akan membuat “kejutan” mengumumkan tarif baru BBM. Ternyata tidak. Justeru sehari setelah dari Saumlaki barulah harga BBM dinaikkan.

Selama ini membagi-bagikan amplop untuk membantu rakyat yang sedang menghadapi berbagai kesulitan ekonomi sudah menjadi stylenya.

Termasuk aksi bagi-bagi bantuan menjelang pengumuman kenaikan tarif baru BBM di Kota Saumlaki tempat beroperasinya Blok Masela gas alam terbesar kedua dunia setelah Qatar, Arab Saudi, itu.

Dan kita semua sudah tahu — saat yang sama di tengah rencana penyesuaian harga BBM awal September tersebut menimbulkan kepanikan meskipun belum diumumkan. 

Di masyarakat telah terjadi apa yang disebut panic buying. Fenomena itu telihat di mana-mana. Orang mengantri di SPBU dengan tergesa-gesa. Seorang anggota dewan yang tak sabar menunggu giliran menganiaya seorang ibu yang mengantri di depan mobilnya.

Di tengah blusukan di Saumlaki dan kepanikan warga menjelang kenaikan harga BBM itulah orang nomor satu Indonesia itu ternyata masih mau berbagi harapan soal pengoperasian Blok Masela meski itu baru sebatas janji-janji manis.

“Saya grogi. Seumur-umur menjadi wartawan baru kali ini sempat mewawancarai Pak Presiden,” ujar Johana yang biasa disapa Yanti, itu.

Yanti tidak sendiri. Dengan berbekal tanda pengenal yang dikeluarkan oleh Pendam Kodam XVI Pattimura dia bersama wartawan kepresidenan diberi kesempatan mendekati presiden oleh Paspamres untuk bertanya.

Presiden seperti dikutip Yanti menegaskan kalau proyek Blok Masela haruslah dinikmati oleh rakyat Bumi Duan Lolat ini dan Provinsi Maluku.

Ia berjanji akan terus mendorong agar investasi triliunan rupiah oleh INPEX Ltd di bawah pengawasan SKK-Migas bisa secepatnya dimulai dan beroperasi agar rakyat KKT bisa menikmati hasilnya.

Dari catatan yang diperoleh berdasarkan Laporan Tahunan SKK Migas Tahun 2020 Blok Masela memiliki cadangan mencapai 18,5 triliun kaki kubik (Tcf) dan 225 juta barel kondensat.

Itu artinya pengembangan hulu migas ini dapat memproduksi 9,5 juta ton gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) per tahun (mtpa), 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd), dan 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).

Bagi Presiden ini baik untuk pertukaran uang di daerah dan PDRB di KKT dan Provinsi Maluku. Karena itu ini perlu terus dorong agar segera dimulai.

Joko Widodo menjelaskan, seharusnya proyek strategis nasional ini sudah berjalan. Akan tetapi, Shell Upstream Overseas Ltd dari Blok Masela menarik diri dari investasi besar tersebut.

Hengkangnya anak perusahaan Royal Dutch Shell Plc asal Belanda itu karena alasan keuntungan yang diperoleh perusahaan ketika menginvestasikan sahamnya dalam proyek strategis nasional tersebut.

“Dulu itu sebetulnya akan jalan Inpex dan Shell. Tapi, saat itu harganya rendah sehingga salah satunya mundur,” katanya.

Usai pertanyaan soal Blok Masela itu Yanti pun mendapat jempol atau pujian dari Gubernur Maluku Murad Ismail.

Acara ini disaksikan pula oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Istri Gubernur Widya Murad Ismail, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia, Penjabat Bupati KKT Daniel E Indey, Pangdam XVI Pattimura Mayor Jenderal TNI Ruruh Aris Setyawibawa, Kapolda Maluku Irjen Pol Lotharia Latif, Paspamres, dan para penembak jitu yang disiagakan di lokasi.

“Ini semua diluar ekspektasi saya. Bagi saya mewawancarai Pak Presiden adalah sebuah capaian tertinggi dalam karier saya sebagai jurnalis,” ujar wartawati Ambon Ekspres itu.

Setelah 14 tahun menjalani profesi sebagai wartawan barulah di hari Jumat itu menjadi momentum bersejarah. Karena di saat itu ia bisa berkesempatan bertatap muka untuk mewawancarai seorang kepala negara soal Blok Masela.

“Ini akan menjadi catatan hidup tersendiri bagi saya. Kisah ini akan saya ceritakan untuk anak-cucu saya nanti. Akan menjadi kisah kebanggaan seumur hidup saya. Karena kesempatan langka ini mungkin tak akan terulang lagi dalam profesi saya sebagai jurnalis,” ujarnya.

Ini bukan kali pertama bagi Yanti untuk meliput kegiatan presiden. Dan, baru di era Joko Widodo itulah ia punya kesempatan langka bertatap muka dengan RI 1 di kampung halamannya. Di tanah leluhurnya. Tempat dimana Blok Masela itu berada.

Sebelum itu di era Presiden SBY pun ia kerab membuat reportase mengikuti kunjungan kerja kepala negara di daerah ini. Hal yang sama juga di zaman Wapres Pak Jusuf Kalla dan Wapres Boediono.

Sebelum hijrah ke Saumlaki tiga tahun lalu Yanti adalah wartawati yang berpos di Kantor Gubernur Maluku. Karena itu setiap kali liputan kepala negara mantan wartawan Rakyat Maluku ini selalu diundang.

Tahun 2008 Yanti termasuk satu di antara tujuh orang yang direkrut sebagai wartawan pemula Radar Ambon — sebuah koran di bawah payung Jawa Pos News Network (JPNN) yang kemudian pada 1 Maret 2011 berganti nama menjadi Koran Rakyat Maluku itu.

Kali ini di tanah kelahiran ia justeru punya kesempatan mewawancarai soal penting di hadapan kepala negara. Soal Blok Masela yang selama ini kerab mengundang polemik dan konflik kepentingan antara pusat dan daerah itu.

Yanti tentu bangga. Sebab ini untuk kesempatan langka kepala negara bisa datang ke tanah kelahirannya di Bumi Duan Lolat itu. Sebelum Presiden Joko Widodo kota ini juga pernah didatangi oleh Presiden Ir. Soekarno tahun 1958 silam.

Sebagaimana warga Tanimbar ia tentu berharap kedatangan Pak Joko Widodo ini bisa mendorong dan mempercepat pengoperasian Blok Masela. Sebab jika ini bisa berjalan baik dan tidak ada konflik interest akan membawa efek ekonomi bagi masyarakat KKT dan Maluku.

Sebagaimana Yanti, kita semua berharap Blok Masela bisa segera beroperasi. Sebab dengan beroperasinya gas cair Blok Masela akan terbangun iklim usaha dan ekonomi masyarakat menjadi lebih hidup karena akan terbuka lahan pekerjaan.

Bagi kita Maluku adalah wilayah yang kaya raya dengan sumber daya alam baik berupa hasil laut dan mineral. Inilah kemudian membuat bangsa asing pada abad ke-16 seperti Spanyol, Portugis, dan Belanda datang mengambil hasil bumi dan menjadi ajang proxy war.

Dan kemudian apa yang terjadi — Maluku hingga kini menjadi wilayah periphery. Wilayah pinggiran. Dibilang kaya sumber daya alam dan mineral tapi tidak membawa keuntungan untuk daerah dan hanya menjadi ajang “test case” dan janji-janji manis.

Kita tentu berterima kasih kepada Yanti yang telah bertanya soal Blok Masela di hadapan Presiden walau itu masih sebatas harapan dan janji. Tapi paling tidak sebagai anak daerah dia telah melakukan sesuatu melalui karyanya sebagai seorang jurnalis untuk kemaslahatan tanah leluhurnya dan untuk Maluku.(DIB)

  • Bagikan

Exit mobile version