RAKYATMALUKU.AC.ID, AMBON, – Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Dr. Zainal Abidin Rahawarin, M.Si beserta sejumlah pimpinan kampus lainnya mengunjungi masyarakat suku terdalam di Negeri Huaulu, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Kamis, 4 Agustus 2022.
Dalam kunjungan yang dimotori oleh Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat LP2M IAIN Ambon, Nurlaila Sopamena, tersebut disertakan dengan penyaluran sejumlah bantuan kepada masyarakat setempat. Tiba di Negeri Huaulu, suku terdalam di Pulau Seram, Rektor IAIN Ambon beserta para pimpinan lainnya menyempatkan diri untuk berdialog dengan masyarakat.
Rombongan Rektor dijemput secara adat oleh Raja Negeri, tokoh adat, serta tokoh masyarakat Negeri Huaulu. Mengawali dialog yang digelar di Baileo Negeri Huaulu, Rektor beserta rombongan dipersilahkan untuk memakan pinang dan siri sebagai bentuk penghargaan kepada masyarakat setempat, saat menerima tamu. Tradisi ini, berlaku kepada setiap tamu yang berkunjung ke negeri tersebut. Masyarakat di Negeri Huaulu dalam sendiri, sampai kini masih menganut agama nenek moyang mereka, yakni agama kepercayaan.
Rektor IAIN Ambon, Dr. Zainal Abidin Rahawarin, saat berdialog dengan masyarakat di negeri tersebut tampak bersahaja. Rektor mengaku terharu setelah melihat dan mendengar langsung cerita kehidupan masyarakat dari Raja Negeri Huaulu, Muhammad Rifai Puraratuhu.
Di mana, masyarakat yang masih beragama animisne ini, tidak mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Selain karena urusan di pemerintahan yang belum sepenuhnya menerima mereka, karena dianggap memiliki agama kepercayaan, juga rata-rata dari mereka tidak begitu paham tentang kehidupan sosial masyarakat di luar kampungnya.
Melihat hal ini, Rektor bersedia untuk menerima anak-anak Huaulu untuk melanjutkan pendidikan S1 di IAIN Ambon. Sebab, IAIN Ambon terbuka untuk menerima siapapun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, sesuai moto Kementerian Agama, yang menerima semua orang tanpa membeda-bedakan status maupun agamanya.
Rektor mengaku, masyarakat suku terdalam di Pulau Seram ini, tidak hanya tertinggal dari kehidupan sosial di perdesaan, kecamatan hingga perkotaan yang sudah modernis, tapi juga tertinggal dari aspek bangunan perumahan, hingga masalah pendidikan dan ekonomi. Meski terbatas dengan semua hal tersebut, bahkan masyarakatnya masih menganut agama kepercayaan, namun, adat istiadat yang mereka junjung meniscayakan warga Negeri Huaulu, sangat menghargai setiap orang yang berkunjung di negeri tersebut, selayaknya saudara mereka.
Ia menegaskan, melihat latar belakang masyarakat di negeri ini, negara harus hadir untuk mencerdaskan mereka, terkhususnya di bidang pendidikan. Sebab, mereka merupakan warga negara Indonesia, yang memiliki hak-hak untuk kebutuhan hidup sesuai dengan masyarakat umum lainnya yang ada di perkotaan. Baik dalam hal pemenuhan pendidikan, ekonomi maupun sosial dan politik. “Apapun dia. Siapapun dia. Agama apapun dia, negara harus wajib dan punya kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada mereka.”
Rektor berharap, kedatangan mereka di Negeri Huaulu, dapat menjadi spirit kepada pemerintah, khususnya Pemkab Kabupaten Maluku Tengah, dan Pemprov Maluku, untuk dapat hadir di negeri tersebut, guna memberikan konstribusi pembangunan yang layak, kehidupan yang layak.
“Kesejahteraan yang selayaknya di kota. Agar masyarakat di sini juga dapat menikmati proses pembangunan yang ada di Indonesia ini. Tidak boleh ada yang termarjinalisasi, terpinggirkan karena alasan apapun. Karena mereka adalah rakyat Indonesia, yang sampai saat ini masih hidup dengan keadaan nomaden, tradisional jauh tertinggal dari perkotaan. Dan ini adalah kewajiban kita bersama-sama sebagai warga negara Republik Indonesia,” kata Rektor.
Kunjungan ini, lanjut Rektor, akan dilaporkan langsung kepada Gubernur Maluku, Murad Ismail, agar ketertinggalan yang ada di negeri itu, terutama soal pendidikan dan pembangunan sarana serta prasarana umum di negeri tersebut dapat dilihat dan ditangani.
Sebelumnya, Raja Negeri Huaulu, Muhammad Rifai Puraratuhu, mengakui, negeri ini pernah dikunjungi oleh sejumlah pejabat tinggi Maluku. Selain mantan Pangdam XVI Pattimura, Doni Monardo, juga pernah dikunjungi oleh mantan Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu.
Rifai mengakui, warganya yang berada di suku terdalam ini, sulit mengenyam pendidikan, lantaran mereka dimintakan status keagamaan. Hal ini membuat warganya terpaksa memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan, demi mempertahankan keyakinan yang mereka anut. Meski demikian, sebagian warga Huaulu telah memilih untuk menjalani kehidupan di luar negeri tersebut dengan kehidupan sosial modern.
Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat LP2M IAIN Ambon, Nurlaila Sopamena, menyebutkan, selama berada di Negeri Huaulu, timnya telah melaksanakan sejumlah kegiatan, di antaranya; pengajaran Bahasa Inggris untuk pemuda dan pemudi Negeri Huaulu, serta siswa/i SDN 330 Maluku Tengah. Penyaluran bantuan yang merupakan hasil sumbangan dari dosen dan pegawai IAIN Ambon. Diskusi dan praktek pembuatan makanan bergizi serta penyampaian materi stunting bersama para ibu. Diskusi pengelolaan dan manajemen kelas bersama pimpinan, guru dan staf SDN 330 Maluku Tengah. Ia mengakui, kunjungan ini merupakan kali kedua, yang sebelumnya, ia bersama tim melakukan kunjungan untuk assesmen.
Turut mendampingi Rektor IAIN Ambon dalam kunjungan tersebut, Ketua DWP IAIN Ambon, Ny. Saut Rahawarin, Wakil Rektor I, Dr. Ismail Tuanany, Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Dr. Husin Anang Kabalmay, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Dr. Moh. Yamin Rumra, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Dr. Ridhwan Latuapo, Ketua LP2M IAIN Ambon, Dr. Saidin Ernas, Ketua Prodi Ekonomi Syariah, Darwis Amin, M.Si., Kapus Studi Gender dan Anak LP2M, Dra. Gamar Assagaf, M.Fil.I., Kapus pada Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Hayati Nufus, MA.Pd, staf LP2M serta crew Humas IAIN Ambon. (WHL/ADV)