RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Musim timur menjadi momok yang menakutkan bagi warga di Pulau Kesui, Kecamatan Kesui Watubela, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Bagaimana tidak, di musim tersebut gelombang laut tinggi dan menjadi momok menakutkan bagi warga.
Bagi warga yang mendiami wilayah Kesui bagian barat, musim timur adalah bencana non alam yang akan mereka derita. Kelaparan menghantui dan bila nekat menyeberang maka nyawa jadi taruhan. Meski demikian, ada saja yang nekat, padahal sesekali ada warga yang mengalami kecelakaan laut (laka laut).
Dalam satu tahun terakhir sudah hampir sepuluh kali laka laut yang dialami warga Kesui, terutama mereka yang tinggal di desa-desa pesisir barat pulau itu. Tercatat pada Juli 2022 sudah tiga kali musibah kecelakaan laut di Kesui dan memakan tiga korban jiwa serta kerugian mencapai ratusan juta rupiah.
Selain laka laut yang tercatat, ada pula laka laut yang tidak tercatat dan tidak terkabarkan sampai ke telinga aparat maupun insan pers.
Apa yang salah dengan kondisi itu? Padahal semua tempat di Maluku bahkan Indonesia juga terjadi musim timur.
Penyebabnya adalah akses jalan yang minim terutama untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Bila jalan melingkari pulau itu telah dibangun pemerintah maka musibah laka laut tidak akan terjadi. Sebab, aktifitas pemerintahan dan pusat perekonomian berada di satu titik yakni ibukota kecamatan yang notabene berada di wilayah timur.
Selain itu, pelabuhan laut baik pelabuhan perintis maupun pelabuhan penyebrangan (fery) juga terdapat di wilayah timur. Inilah yang memaksa warga Kesui pesisir barat nekat menempuh jalur laut ke wilayah timur untuk urusan pemerintahan, ekonomi dan lainnya.
Akibatnya, tak jarang warga setempat menjadi korban keganasan gelombang tinggi musim timur diperairan tersebut.
Salah satu contoh kecelakaan laut yang terjadi pada Rabu, 20 Juli 2022 lalu. Sebuah longboat berpenumpang 7 orang warga desa Karlomin, Kecamatan Kesui Watubela terbalik. Kejadian naas itu merenggut satu nyawa.
Korban meninggal itu bernama Meryetah Sagat. Wanita paruh baya ini merupakan penumpang kapal laut yang baru saja tiba dari Kota Tual dan ingin kembali ke kampung halamannya menggunakan longboat. Tidak saja almarhum, dalam longboat yang ditumpanginya terdapat sejumlah penumpang dengan tujuan yang sama.
Sementara longboat yang ditumpangi almarhum dan enam penumpang lainnya memuat puluhan karung beras. Longboat naas tersebut terbalik saat melakukan perjalanan dari desa Tanah Baru menuju Desa Karlomin. Namun, saat akan keluar dari perairan teluk Tanah Baru longboat dihantam gelombang tinggi. Akibatnya, longboat langsung terbalik dan menutupi seluruh penumpang.
Beruntung saat itu ada longboat lain yang melintas dan langsung menyelamatkan sejumlah penumpang yang sedang mengapung di air. Selain itu, laka laut ini terjadi belum jauh dari daratan. Sebab itu, sejumlah penumpang mampu menyelematkan diri dengan berenang ke tanusang yang tak jauh dari perkampungan warga.
Menurut penuturan salah satu warga, saat itu cuaca di perairan Kesui bagian timur memang bergelombang. Namun berbeda dengan cuaca di perairan Kesui pesisir pantai barat yang terlihat biasa-biasa saja.
Oleh karena itu, warga Karlomin yang notabenenya tinggal di pesisir barat berani melakukan perjalanan menggunakan longboat ke desa Tanah Baru yang merupakan pusat perekonomian serta wilayah pelabuhan.
“Korban yang meninggal ini warga Karlomin yang baru tiba dari Tual dengan kapal semalam. Mereka mau kembali ke kampung, makanya menumpang dengan longboat itu,”ujar Bertha salah satu warga Karlomin.
Tak hanya warga di pesisir barat, ancaman gelombang tinggi juga menghantui warga Kesui pesisir timur terutama mereka yang dihidup desa-desa yang jauh dari ibukota kecamatan yang juga menjadi pusat perekonomian wilayah setempat. Tidak jarang ada yang mengalami laka Laut seperti yang dialami warga pesisir barat.
Misalnya pada Sabtu, 30 Juli 2022 kemarin sebuah longboat berpenumpang tiga orang warga desa Amarlaut dikabarkan terbalik.
Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Longboat ini mengangkut material bangunan berupa besi dari Desa Tanah Baru untuk dibawa ke Desa Amarlaut.
Beruntung longboat terbalik tidak jauh dari perkampungan warga. Olehnya itu, saat musibah tersebut terjadi warga setempat langsung melakukan penyelamatan terhadap tiga penumpang yang ada dalam longboat tersebut.
Salah satu korban, Alimin Rumalean yang dihubungi media ini via seluler menuturkan, longboat yang ditumpanginya terbalik akibat dihantam ombak. Ia mengatakan, saat membongkar besi dari gudang untuk dinaikkan ke atas longboat, cuaca saat itu belum terlalu bergelombang. Namun, dalam perjalanan menuju tempat tujuan angin mulai kencang.
“Ombak hantam katong (kita) speed langsung terbalik, untung katong belum jauh dari kampung (Tanah Baru). Katong terbalik masih didangkal,” ujarnya.
Ia mengaku, mereka terpaksa harus memuat besi untuk bahan bangunan itu pakai transportasi laut karena akses lewat jalan darat belum ada. Selain itu, longboat yang digunakan sebagai transportasi kapasitasnya kecil.
“Ya kondisinya seperti itu, katong terpaksa harus lewat laut karena seng (tidak) mungkin kalau lewat jalur darat, jalan aspal seng ada,” tutur dia.
Ia berharap, kondisi tersebut bisa membuka mata pemerintah daerah agar akses jalan lingkar Kesui bisa segera selesaikan. (RIO)