RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Bencana alam masih terjadi di Maluku. Setelah Kota Ambon, Masohi dan sebagian Pulau Seram, kini terjadi bencana alam di Kecamatan Pulau Haruku.
Hujan disertai angin kencang yang terjadi Jumat, 29 Juli hingga Sabtu, 30 Juli 2022, menyebabkan banjir. Banjir itu melanda Desa Rohomoni, Haruku dan Aboru.
Kapolsek Pulau Haruku Iptu Julkisno Kaisupy mengatakan, di Rohomoni, jebolnya bronjong penahan air mengakibatkan Waeira meluap dan masuk pemukiman warga serta merendam 60 unit rumah.
Begitu juga di Haruku. Tanggul Kali Memi ikut jebo karena derasnya air. Air pun masuk menggenang ratusan rumah warga.
“Banjir itu menyebabkan 2 rumah hanyut, 3 rusak berat dan 150 terendam air termasuk satu unit sekolah. Selain itu, jalan utama di desa itu rusak totol,” kata Kapolsek, kepada Rakyat Maluku, Minggu, 31 Juli 2022.
Sementara di Aboru, lanjut mantan Kapolsek Leihitu, hujan deras sejak Sabtu dini hari, membuat air merusak jembatan dan satu unit rumah.
“Jembatan di dalam desa itu sudah tidak bisa dilewati kendaraan baik roda dua maupun empat,” ungkapnya.
Dia menambahkan, banjir itu tidak hanya merendam, merusak serta menghanyutkan rumah, tapi, derasnya air merusak dua jembatan utama di Pulau Haruku yakni Jembatan Waelapia di Dusun Ory, Desa Pelauw dan Rohomoni.
“Jembatan itu rusak sehingga kendaran yang lewat harus berhati-hati. Jembatan Rohomoni itu truk tidak bisa lewat, kalau seperti Avanza atau lainnya juga harus waspada karena sudah tidak kuat lagi,” ujarnya.
Selain itu, jalan menuju Haruku khusus di Dusun Totu, Desa Rohomoni, rusak parah. Termasuk di dalam Haruku sendiri.
“Jadi kalau tidak segera ditangani arus lalu lintas dari Aboru-Hulaliu ke Pelauw atau sebaiknya akan terputus, begitu juga arus lalin dari Haruku ke Rohomoni dan sebaliknya. Dari Dinas PU sudah turun lihat, semoga secepatnya diperbaiki,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Kantor Kecamatan Pulau Haruku Hafis Latuconsina mengatakan, banjir melanda Haruku karena jebolnya talud. Air bahkan menghantam talud pantai jua. Sekitar 100 meter talud pantai jebol.
“Rumah yang terendam itu 150 dan tiga hanyut. Banjir ini di dataran rendah. Kalau, dalam Haruku dari gereja arah ke Oma,saja yang banjir. Untuk arah ke Negeri Sameth tidak karena agak tinggi,” kata Latuconsina, Minggu kemarin.
Untuk jembatan Waelapia dan Rohomoni, tambah dia, sudah dilaporkan ke Dinas PU Maluku Tengah. Dua jembatan itu jika tidak segera ditangani akan berdampak pada aktivitas warga.
“Waelapia kendaraan sudah tidak bisa lewat. Kalau di Rohomoni, bila tidak segera ditangani pasti hancur juga bila hujan terus menerus. PU sudah bilang penanganan darurat tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda,” pungkasnya.
Terkait kondisi terkini di Haruku,
Sekretaris Desa (Sekdes) Clif Kissya mengatakan sejauh ini baru bantuan yang dikucurkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Tengah.
“Mereka bawa alat masak, mi instan, sabun. Baru dari BPBD dan ada juga bantuan dari warga Oma, Persekutuan Haruku Sameth di Ambon, Aliansi Masyarakat Adat NusantaraNusantara wilayah Maluku, Keluarga Wattimena Galala, Posko Jenggala dan Yayasan Johanes Latuharihary,” ungakapnya, ketika dihubungi Rakyat Maluku via telepon
Dia berharap agar Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah dan Provinsi Maluku dapat melihat persoalan tersebut.
Saat ini, lanjut dia, warga membutuhkan alat masak.
“Yang terdampak itu 176 kepala keluarga (KK). Mereka sangat membutuhkan alat masak karena saat banyak alat-alat masak mereka terbawa banjir,” harapnya.
Untuk 176 KK terdampak banjir, mereka sementara mengungsi di rumah-rumah warga yang tak terdampak. Untuk makan warga dibuatkan dapur umum di Balai Desa. (AAN)