RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON — Beberapa masyarakat Kota Ambon yang terdampak bencana alam tanah longsor akibat derasnya curah hujan sejak 19 Juni hingga 11 Juli 2022, sangat mengharapkan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon untuk merelokasi tempat tinggal mereka ke tempat yang lebih aman.
“Banjir dan longsor ini memang bencana alam, tapi apakah setiap tahunnya di musim hujan kita harus mengalami musibah serupa? Sementara kita juga pikir keselamatan keluarga kita kedepannya. Maka itu sebaiknya ada kebijakan dari pemerintah daerah untuk dapat merelokasi tempat tinggal kita ke tempat yang lebih aman,” harap Aswin, warga Blok F, BTN Manusela – Kebun Cengkeh, Negeri Batumerah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, kepada koran ini via selulernya, Kamis, 14 Juli 2022.
Jika Pemkot Ambon kedepannya bakal merelokasi tempat tinggalnya, Aswin meminta agar temp-at tinggalnya yang baru nanti tidak jauh dari kawasan Kebun Cengkeh. Sebab, di kawasan tersebut adalah tempat susah dan senang keluarganya mencari hidup sejak awal tinggal. Apalagi, kedua orang tuanya yang sementara berada di Kota Makassar hingga saat ini belum mengetahui musibah yang terjadi.
“Saya sudah bilang ke adik saya, jangan beritahu orang tua dulu, biar kita urus sendiri saja, kita lihat perkembangan selanjutnya seperti apa. Dan jujur, saya tidak mau pindah dari sini, jadi kalau bisa kita direloksi di dekat sini saja, masih di kawasan Kebun Cengkeh, karena keluarga kita juga banyak disini. Apalagi, di tempat ini banyak kenangan susah senang kita semunya,”tutur Aswin.
Dia menceritakan, hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan tanah longsor dan menimpa rumahnya di Blok F, BTN Manusela – Kebun Cengkeh, pada Jumat pekan kemarin, sekitar pukul 17.00 Wit. Saat itu, hanya ada dua orang saudara perempunnya. Beruntung, tidak ada korban jiwa, dan dua orang saudara perempunnya itu langsung mengungsi di rumah saudaranya yang lain di kawasan setempat.
“Usai kejadian, kita hanya mendapat bantuan terpal biru dari BPBD Kota Ambon untuk menutup tanah yang longsor yang di atas rumah. Kemudian dari Dinas Sosia Kota Ambon, hanya satu kali datang untuk foto-foto dan memberikan bantuan berupa makanan siap saji. Setelah itu tidak ada perhatian lanjutan lagi dari pemerintah,” jelas Aswin.
Pantau koran ini di lapangan, tanah longsor masih menutupi sebagian rumah milik H. Jamaludin, ayah dari Aswin, tepatnya pada bagian dapur dan kamar tidur. Hampir seluruh tembok bangunan rumah tersebut mengalami retak serius. Bahkan, tembok pada bagian samping dan belakang rumah itu patah dan hampir ambruk. Sehingga diperkirakan kerugian bangunan mencapai Rp 50 juta lebih.
Bapak Bima, salah satu warga setempat yang rumahnya tepat di depan rumah H. Jamaludin/ Aswin, juga menceritakan bahwa kejadian serupa (tanah longsor) pernah menimpa rumah disamping rumah H. Jamaludin/ Aswin pada musim hujan tahun 2021 lalu. Beruntung, tidak ada korban jiwa saat insiden longsor terjadi.
“Rumah di sebelahnya itu kan juga pernah tertutup tanah longsor tahun lalu, untungnya rumah itu kosong tidak berpenghuni. Jadi, kalau dengan tahun ini, sudah dua rumah yang terdampak longsor saat musim hujan,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Ibu Ija Pelupessy, warga Gadihu Indah, kawasan Kebun Cengkeh, yang juga menjadi koran bencana alam tanah longsor pada Senin, 11 Juli 2022, pukul 20.00 Wit. Dia juga berharap agar pemerintah daerah dapat merelokasi tempat tinggalnya ke tempat yang lebih aman, namun lokasinya tetap berada di seputaran jalan Gadihu Indah.
“Biar bagaimana pun juga kan kita sudah lama tinggal di sini, jadi kalau mau direlokasi kalau bisa jangan jauh-jauh, dekat-dekat sini saja. Dan kalau pemerintah tidak mau relokasi, pemerintah harus membangun talud yang kuat sebagai penahan tanah. Sehingga, jika sewaktu-waktu terjadi hujan deras, tanah tidak mudah longsor lagi,” harapnya.
Dia menceritakan, saat malam kejadian, terdapat tiga unit bangunan yang salah satu bangunan serta satu unit sepeda motor miliknya ikut ambruk terbawa tanah longsor. Beruntung, tidak ada koran jiwa dan tanah longsor juga tidak menutup beberapa rumah warga yang berada di bawah.
“Kami butuh perhatian serius dari pemerintah, karena sejak kejadian sampai sekarang, belum ada bantun apapun yang datang dari pemerintah kepada saya,” ucapnya.
Pantau koran ini di lokasi longsor, terdapat tiga terpal berwarna merah, hitam dan biru menutupi area tanah longsor di pinggir jalan. Dan nampak beberapa petugas Sabhara Polda Maluku yang sementara membuat batas jalan dengan tali agar para pengendara tidak masuk ke area tanah longsor yang ditutupi terpal tersebut.
Menanggapi hal itu, Penjabat (Pj) Walikota Ambon, Bodewin Wattimena, mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan lingkungan yang terdapat banjir dan tanah longsor, apakah lingkungan tersebut akan diperbaiki atau direlokasi.
“Kita melakukan kunjungan ke beberapa titik bencana, yang pertama kita ingin lihat langsung apa yang dialami masyarakat.
Kita lihat kondisi lingkungan yang dapat diperbaiki maka kita akan menata lingkungan itu,” kata Wattimena di sela-sela kunjungan bencana, Rabu 13 Juli 2022.
Kata Wattimena, jika Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon mengambil langkah untuk relokasi penduduk, tentu sudah ada lokasi yang disediakan untuk membangun rumah.
“Kalau Pemkot mengambil kebijakan relokasi pasti kita akang carikan tempat untuk masyarakat yang terdampak banjir dan longsor untuk membangun rumah,” ujarnya.
Dengan melakukan kunjungan di sejumlah titik yang terdampak banjir dan longsor serta melihat kondisi masyarakat di lapangan, menurutunya, hal tersebut adalah bentuk kepedulian dari pemerintah daerah kepada masyarakat.
“Dan untuk sementara kita berikan bantuan tanggap darurat. Kalau ada yang mengungsi kita fasilitasi, kalau ada yang korban di rumah sakit kita biayai. Itu yang sudah saya perintahkan kepada dinas terkait,” pungkasnya.
Data Bencana Terdampak Banjir dan Longsor Tiga Tahun Terakhir
Berdasarkan data laporan bencana alam dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon di tahun 2019, terdapat tanah longsor dan pohon tumbang akibat curah hujan yang mengguyur Kota Ambon dengan intensitas sedang sampai lebat serta cuaca ekstrim (angin kencang) di lima wilayah kecamatan, yakni Nusaniwe, Sirimau, Teluk Ambon, Baguala dan Leitimur Selatan.
Ada 39 titik longsor dan 10 titik pohon tumbang. Dari 39 titik itu, sebanyak 40 unit rumah terancam longsor, dua rumah rusak berat tertimbun tanah longsor, dan dua rumah rusak sedang.
39 titik longsor berada di Desa Waiheru, Desa Batu Merah, Kelurahan Batu Meja, Kelurahan Nusaniwe, Negeri Soya, Negeri Rumah Tiga, Kelurahan Amantelu, Kelurahan Mangga Dua, Kelurahan Batu Gajah, Negeri Hative Kecil, Negeri Hatalai, Kelurahan Kudamati, Kelurahan Karang Panjang, Kelurahan Benteng, Kelurahan Waihoka dan Negeri Passo.
Untuk longsor bangunan pendidikan yaitu Kampus IAIN Ambon, ada tiga titik. Yakni, Gedung Perpustakaan, Auditorium
dan Laboratorium MIPA, mengalami amblas/ hancur, tanah masih bergerak dan bertambahnya retakan tanah di sekitar Kampus IAIN.
Kemudian data laporan bencana tahun 2021 terdapat banjir dan longsor akibat curah hujan yang terjadi di Kota Ambon sejak 2 Juli hingga 11 Juli 2021, juga mencakup lima wilayah kecamatan, yaitu Nusaniwe, Sirimau, Teluk Ambon, Baguala dan Leitimur Selatan.
Terdiri dari rumah terancam longsor sebanyak 220 Unit, rumah tergenang air sebanyak 314 unit dan rumah rusak akibat tertimbun tanah akibat longsor sebanyak 220 unit. Sehingga, masyarakat terdampak banjir di 140 titik dan tanah longsor pada 346 titik sebanyak 281 KK dengan 1.235 jiwa.
Sedangkan untuk data bencana sementara di Kota Ambon tahun 2022, akibat curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat juga mengakibatkan longsor dan banjir di sejumlah titik. (RIO/ MON)