RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — Jika Anda melihat belakangan ini di laman Youtube Uskup Amboina Mgr Seno Inno Ngutra intens melakukan safari ke daerah-daerah di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara bersama tokoh agama tentu rasanya lain dari biasanya. Sebab di balik itu ada “pesan” khusus yang ingin ia lakukan.
Berbeda dengan Uskup Amboina sebelumnya yakni Uskup Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC — uskup yang baru ditahbiskan di Ambon, Sabtu, (23/4/22), yang juga dihadiri Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Piero Pioppo, ini punya cara berbeda membangun toleransi dalam rangka menghidupkan suasana hubungan dialogis antartokoh agama dengan umatnya.
Salah satu misi dari “pesan” khusus sang uskup itu yakni ia ingin menyatukan para pemimpin agama di Maluku dan Maluku Utara dengan cara membangun kolaborasi agar tidak ada jarak antara umat yang dipimpinnya dengan pemimpin agama itu sendiri. Termasuk dengan elite pemerintahan.
“Sebelum kita mengajak umat, sebagai pemimpin agama kita harus kompak dan memberi contoh lebih dulu. Hati kita harus terbuka. Tulus dan ikhlas. Jika pemimpinnya sudah kompak maka tidak sulit bagi kita sebagai pemimpin untuk mengajak mereka,” ujar Uskup Inno Ngutra saat saya mewawancarainya menanggapi beredarnya video miliknya terkait pertemuannya bersama sejumlah tokoh agama di Kota Ternate, 23 Juni 2022, itu.
Kunjungan Uskup Inno Ngutra ke Ternate kali pertama ini tidak sempat didampingi tokoh agama lainnya dari Provinsi Maluku sebagaimana saat kunjungannya ke Maluku Tenggara dan Kepulauan Aru.
Terlihat di video itu ia sendiri. Ia hanya didampingi beberapa staf keuskupan. Mereka diterima pengurus MUI Kota Ternate di salah satu aula Masjid Agung Al-Munawwar.
Berbeda saat kunjungan ke Kabupaten Kepulauan Aru dan Kabupaten Maluku Tenggara terlihat lengkap tokoh agama seperti Ketua MUI Maluku dan Ketua Sinode GPM. Kunjungan serupa juga ia lakukan ke Kabupaten Buru Selatan.
“Saya tadinya mengajak mereka ke Ternate tapi karena ada kesibukan lain mereka tak sempat bersama saya. Setelah ini saya akan mengajak lagi mereka ke sana,” ujarnya.
Video sang uskup yang beredar di medsos ini tak kurang mendapat respon positif dari Ketua Yayasan Ar Rahmah Ambon Habib Rifqi Alhamid (HRA).
Di laman akun FB itu saya membaca tanggapan Habib yang selama ini dinilai kritis itu. Ia justeru menganggap program kunjungan tokoh agama Maluku bersama Uskup Inno Ngutra ini sebagai bagian dari upaya kita merawat persaudaraan dan kekeluargaan.
“Inilah Maluku, inilah Maluku Utara. Katong basudara samua,” ujar HRA.
Di paragraf kedua ucapan itu HRA juga melanjutkan ungkapan terima kasih: “Terima kasih Uskup Amboina atas kiriman videonya,” tulis HRA.
Masih pesan yang sama dari HRA terdapat di paragraf ketiga dan empat. “Kami tunggu ketika uskup nanti tiba di Ambon. Sukses selalu untuk tokoh agama Maluku dalam merawat persaudaraan dan kekeluargaan ini,” ujar HRA.
Misi utama dari program safari sang uskup yang merupaka putera asal Desa Waur – Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara kelahiran 7 November 1970 ini yakni merawat kebersamaan bersama tokoh agama.
Ia merupakan Uskup Amboina keempat dan yang pertama berasal dari pastor Keuskupan Amboina yang diangkat pada 8 Desember 2021 menggantikan Uskup Mandagi yang kini dipercaya sebagai Uskup Agung Merauke. Uskup Mandagi sendiri telah menjabat sebagai Uskup Amboina kurang lebih 27 tahun sejak 18 September 1994.
Uskup Inno Ngutra sebelumnya merupakan Sekretaris Keuskupan Amboina sekaligus Dosen Hukum Gereja Seminari Tinggi Santo Fransiskus Xaverius – Ambon.
Safari bersama tokoh agama itu tak lain untuk menghindari kecurigaan antarsesama umat maupun kecurigaan di antara pemimpin agama baik di ibukota propinsi maupun di daerah.
Di mata Uskup Inno Ngutra, peristiwa kelam lebih dua puluh dua tahun lalu di Maluku dan Maluku Utara itu memperlihatkan pada kita bahwa sebagai manusia kita telah gagal.
Untuk membangun kembali kepercayaan pasca konflik komunal itu — kita tak boleh lagi terkurung pada masa lalu. Sebaliknya kita harus bersama-sama menatap masa depan dalam konteks semangat kebangsaan.
“Sebagai bangsa yang berdaulat kita tentu punya rasa kebanggaan sebab kita berada di bawah bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujar Uskup Inno Ngutra.
Itulah mengapa tugas utama sang uskup ini mengajak tokoh-tokoh agama mendatangi dan mengunjungi wilayah-wilayah di kabupaten/kota di Maluku dan Maluku Utara. Ini semua tak lain ia ingin memperlihatkan kepada umat tentang pentingnya membangun persatuan dan kesatuan yang dimulai dari pemimpinnya.
Karena itu ia mengajak tokoh agama untuk selalu larut bersama umat sebagai bagian dari misi utamanya untuk mendekatkan pemimpin dengan umatnya.
Ia ingin mewujudkan sebuah persaksian akan arti dari sebuah kehadirannya sebagai tokoh agama. Bagi Uskup Inno Ngutra, sebelum kita bicara soal perdamaian dan semangat toleransi — pemimpin agama harus lebih dulu bersatu. Mereka harus menjadi contoh. “Jika ini bisa diwujudkan maka akan memberi arti dari sebuah keindahan di mata akar rumput,” ujarnya.
Dari pengalaman safari itu ia menangkap adanya ketulusan hati dan ekspresi keterbukaan yang datang dari mereka. Tidak ada sekat. Tidak ada kesan kecurigaan. Yang terlihat adalah ketulusan dan keterbukaan dalam suasana penuh persahabatan.
Itu ditandai dengan cara mereka para tokoh agama menyambutnya dengan penuh rasa percaya melalui pagelaran seni budaya dan atraksi seni musik dan rebana.
Di daerah selain bertemu tokoh agama ia juga mengajak anak-anak lintas agama larut dan membaur bersamanya sembari mengajak bernyanyi dalam suasana penuh gembira.
“Sambutan positif mereka di daerah-daerah ini memperlihatkan bagian dari cara hidup orang basudara di Maluku,” ujarnya.
Setelah melakukan safari itu — selain di pucuk pimpinan langkah untuk membangun kebersamaan dengan anak-anak lintas agama ini juga perlu dilakukan.
Karena itu ia juga berharap ada upaya positif yang bisa ditempuh para tokoh dan pemimpin agama di Maluku dan Maluku Utara untuk membangun kebersamaan bersama anak-anak lintas agama sebagai bagian penting dari upaya kita membangun investasi masa depan generasi kita.
Kita tentu menyambut positif program safari yang digagas Uskup Amboina ini. Melalui “pesan-pesan” damai dan kolaborasi antartokoh agama ini bisa memberi dampak positif terutama dalam rangka membangun kebersamaan dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kebangsaan dalam bingkai NKRI.
Dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip keterbukaan itulah kita berharap ide Uskup Inno Ngutra ini dapat mendorong tumbuhnya semangat toleransi.
Semoga melalui safari sang Uskup Mgr Inno Ngutra ini dapat menghindarkan kita dari rasa saling curiga. Juga memperkuat tumbuhnya suasana dialogis sekaligus dapat memperkuat kohesi sosial antara pemimpin agama dengan umatnya maupun antarsesama tokoh agama di Maluku dan Maluku Utara tercinta.(*)