Jelang Idul Adha 1443 Hijriah, banyak hewan kurban, baik sapi maupun kambing dijual di sejumlah titik di Kota Ambon. Namun, tak sedikit juga pembeli diresahkan dengan adanya penyakit kuku dan mulut yang menyerang hewan. Bagaimana di Ambon?
RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — “Alhamdulillah, sampai saat ini kami tidak menemukan sapi atau kambing yang sakit. Apalagi terkena penyakit yang viral itu,” ungkap Dzulkifli, salah satu penjual hewan kurban di Gadihu, Kebun Cengkeh.
Menurutnya, isu hewan diserang penyakit itu juga turut mengkhawatirkan mereka sebagai pedagang. Apalagi, salah satu syarat hewan kurban, yakni tidak boleh sakit apalagi cacat.
Untuk itu, kata dia, sebelum membeli hewan di peternak, pihaknya juga selektif untuk memilih sapi atau kambing yang akan dibeli untuk dijual kembali. “Kita periksa dia sehat atau tidak. Cacat atau tidak. Kita selektif jg, biar dijual kembali cepat laku,” tambahnya.
Di Kota Ambon sendiri, penjualan hewan kurban juga dalam pengawasan ketat tim dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Ambon. Instansi ini, sudah melakukan pemeriksaan kesehatan serta pengawasan terhadap hewan kurban di beberapa titik jelang hari raya Idul Adha 1443 H.
Dari hasil pemantauan, hingga kemarin, belum ditemukan adanya penyakit mulut dan kuku yang menyerang kedua jenis hewan tersebut.
“Dari hasil pemantauan kita selama beberapa hari terakhir ini, kita belum temukan secara pasti ada hewan terutama sapi dan kambing yang terkena penyakit,” ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Ambon, Denny Nendissa.
Kata Nendissa, saat ini pihaknya belum melakukan pemeriksaan secara intensif. Pengawasan secara intensif bakal dilakukan akhir pekan nanti. Setelah tim pengawasan dengan melibatkan sejumlah unsur itu terbentuk.
“Untuk kegiatan-kegiatan atau acara acara keagamaan termasuk Idul Adha, Pemkot Ambon dalam hal ini kami akan tetap melalukan pengawasan sesuai dengan tugas masing-masing. Pengawasan mulai dari 1 minggu sebelum Idul Adha, setelah tim terpadu itu terbentuk,”ujarnya.
Dijelaskan, setelah pembentukan tim terpadu, tim langsung melakukan peninjauan ke seluruh lokasi. Baik tempat penjualan hewan kurban maupun lokasi yang nanti dijadikan sebagai tempat pemotongan hewan.
“Kegiatan ini sudah berlangsung bertahun-tahun jadi kalau tahun lalu itu ada 141 lokasi yang kita datangi, kemudian petugas diantaranya, ada beberapa dokter hewan yang melihat kondisi hewan yang akan di jadikan hewan kurban. Tahun ini juga kemungkinan ada sekitar 141 lokasi pemotongan hewan qurban, tapi detailnya nanti setelah kita koordinasi dengan Bagian Kesra,” jelasnya.
Untuk Kota Ambon, lanjut Nendissa, pihaknya tidak terlalu fokus kepada pengembangan ternak besar, karena keterbatasan lahan sehingga sebagian besar hewan-hewan yang dipotong oleh pedagangan di Kota Ambon itu didatangkan dari Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Maluku Barat Daya dan Pulau Buru.
“Walaupun demikian kalau hewan kurban ini, hewan harus sehat dan tidak boleh cacat. Jadi kita tetap melihat dari sisi keamanan pangannya jangan sampai dipotong hewan yang sakit, itu bisa berdampak ke manusia itu repot dan berbahaya,” ucapnya.
Ditegaskan, pihaknya juga bakal menyurati MUI, dan Kemenag, baik Kota Ambon, maupun Provinsi Maluku, agar bisa melaporkan kepada pihaknya jika mendapatkan informasi terkait adanya hewan kurban yang terserang kedua penyakit tersebut.
“Kita juga akan menyurati ke MUI, Kemenag untuk memberitahukan kalau ada indikasi dari hewan yang di rasa cukup mencurigakan untuk jadikan hewan kurban ya, kita siap tenaga untuk mendatangi kemudian memeriksa kondisi hewan itu kalu benar benar sehat,” pungkasnya. (MON)