RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Program muhibah budaya jalur Rempah 2022 yang digelar Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan menggunakan KRI Dewaruci tiba di Banda Naira, Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, sejak Sabtu (18/6) petang.
Kapal latih legendaris milik TNI Angkatan Laut yang mengangkut para laskar rempah dari 34 provinsi baru merapat di dermaga Banda Naira pada Minggu pagi sekitar pukul 10.00 WIT dan disambut Raja Banda Ely, Hi Bashar Alimudin Latar bersama pemuka adat dan masyarakat di pulau penghasil rempah pala dan kayu manis itu.
Bashar Alimudin Latar saat menerima para laskar rempah menilai muhibah budaya Jalur Rempah 2022 merupakan momentum tepat untuk mempertemukan generasi asli Banda di tanah leluhurnya termasuk seluruh masyarakat di gugusan kepulauan yang telah dikenal dunia sejak abad 17.
“Kehadiran laskar rempah berdampak membangun silaturahmi antarsesama. Pesan saya jagalah Negeri Banda untuk kepentingan dan kejayaan Indonesia di masa mendatang,” ujarnya.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid menyatakan, program muhibah budaya merupakan program yang digagas pihaknya untuk membangun kesadaran masyarakat tentang kekayaan rempah di Indonesia, yang sudah ada sejak masa prakolonial dan persebaran rempah nusantara sejak dulu menghubungkan peradaban baik di nusantara dan dunia.
Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek sedang menyusun nominasi Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Usulan ini akan disampaikan ke UNESCO pada 2024.
Dia menuturkan, muhibah budaya diikuti 147 laskar rempah terpilih dari 34 provinsi dan menyusuri enam titik jalur rempah yakni Surabaya, Makassar, Baubau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Naira dan Kupang serta dijadwalkan kembali ke Surabaya pada 2 Juli 2022. Di setiap titik singgah mereka melakukan interaksi dengan masyarakat.
Hilmar menyatakan, rempah yang ada di Indonesia tidak sekadar keunikan flora, tetapi juga penghubung terciptanya peradaban kebudayaan di setiap daerah di Indonesia.
“Lahirnya pertemuan antarbudaya di Indonesia disebabkan proses distribusi rempah dari satu daerah ke daerah lainnya, sehingga bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya dan besar. Bukan hanya oleh pedagang bangsa sendiri, namun juga dari bangsa lain. Rempah menjadi medium pertukaran budaya yang sepantasnya terus kita biasakan dan lestarikan,” ujar Hilmar.
Ditegaskannya, kekayaan rempah nusantara bukan sekedar komoditas, namun berpengaruh besar dalam membangun peradaban nusantara. Karena itu, para pemuda peserta muhibah Jalur rempah diharapkan meneruskan pesan ini ke seluruh pemuda di Indonesia.
“Kesadaran mencintai dan merawat keberagaman di Indonesia diharapkan tumbuh dari program muhibah budaya yang diikuti 147 laskar rempah dan ribuan masyarakat di titik persinggahan,” katanya.
Dia menambahkan dalam momentum Muhibah Budaya Jalur Rempah ini, Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek mengundang dan memfasilitasi kunjungan Basaudara Wandan dari Kepulauan Kei dipimpin Rajanya Bashar Alimuddin Latar yang telah tiba di Banda Naira pada 16 Juni 2022.
Basudara Wandan adalah anak cucu keturunan Banda yang sekarang menetap di Kepulauan Kei dan dikenal dengan Negeri Banda Ely dan Banda Elat. Mereka terusir dan selamat dari pembantaian VOC tahun 1621, karena menolak usaha monopoli perdagangan pala dan dan fuli (rempah-rempah) di Kepulauan Banda.
“Ini adalah kunjungan bersejarah, untuk pertama kalinya warga Banda Ely menginjak tanah Banda setelah 400 tahun harus meninggalkan tanah leluhur mereka karena menolak untuk dijajah,” jelas Hilmar.
Muhibah Budaya Jalur Rempah dilepas keberangkatannya dari Surabaya pada 1 Juni lalu bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dan Wakil Kepala Staf TNI AL Laksamana Madya Ahmadi Heri Purwono.
Laskar rempah telah melintasi rute Surabaya, Makassar, Bau-Bau-Buton, Ternate-Tidore dan Banda, yang akan dilanjutkan dengan rute Kupang, lalu kembali lagi ke Surabaya. (ANTARA)