RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Kementerian Agama (Kemenag) RI saat ini terus menggalakan penguatan moderasi beragama di seluruh wilayah Indonesia. Tak terkecuali di Wilayah Kanwil Kemenag Maluku.
Dalam agenda itu, Kementerian Agama menggandeng berbagai intansi terkait, maupun ormas keagamaan dan ormas kepemudaan untuk bersama-sama membangun pemahaman positif sebagai upaya menangkal radikalisasi yang betujuan menciptakan keharmonisan dan kerukunan umat beragama di Maluku.
Hal ini disampaikan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenag Maluku melalui Podcast Obrolan Rakyat Maluku akhir pekan lalu.
Yamin mengatakan, kearifan lokal yang dimiliki Maluku, seperti pela gandong, hidup orang basudara menjadi kunci penting dalam mendorong tatanan kehidupan antara umat beragama yang lebih harmonis. Tentu ini berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. “Saya kira kita harus bersyukur warisan kearifan lokal yang kita miliki ini dapat menjadi perekat keberagaman, ” ujar Yamin.
Ia mengatakan, dengan adanya kearifan lokal yang dimiliki Maluku ini, berbagai persoalan yang pernah terjadi dapat diselesaikan dengan cepat. Itu karena semua masyarakat Maluku memahami tentang kearifan lokalnya.”Nah, realisasi visi-misi Kementerian Agama harus sejalan dengan keaneragaman yang kita miliki. Sebab, kearifan lokal ini menjadi modal dasar dalam interaksi umat beragama di Maluku, ” kata Yamin.
Ia menjelaskan, program moderasi beragama yang digalakkan mengajak masyarakat untuk memiliki sikap, cara pandang dan prilaku yang positif, tidak miring kanan atau miring kiri.
Sebagai bagian dari penguatan moderasi beragama itu, Yamin mengajak generasi mudah di daerah ini agar bijak dalam bermedia sosial. Dimana media sosial tidak boleh digunakan untuk saling mencaci, saling menyalahkan, saling menghina antara satu dengan lainnya.
Tidak saja masyarakat umum, tokoh agama dan pemuda, penguatan moderasi beragama juga gencar dilakukan Kanwil Kemenag Maluku dengan menyasar lembaga pendidikan Islam atau Madrasah di Maluku. Hal ini penting dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai keluhuran, nilai-nilai keberagaman untuk saling menghormati antar satu dengan lainnya.
Yamin menegaskan, selain intansi terkait seperti BNPT, lembaga pendidikan, juga tidak kalah penting peran keluarga. Sebab, keluarga adalah gerbang utama menangkal radikalisasi.
Ia menyebutkan, penyebab seseorang terpapar radikalisasi itu akibat salah memahami konsep-konsep ajaran agama yang dianut. Begitupun salah menerima informasi-informasi yang sebetulnya mengajak kepada kebaikan tetapi disalah tafsirkan hingga berubah menjadi tidak baik. Adapun juga doktrin-doktrin tertentu yang diberikan dalam pergaulan.”Kita tidak bisa menganggap bahwa ini ada semacam virus. Tetapi itu buah dari pergaulan dan cara pandang yang tidak positif.Jika cara pandangnya tidak benar orang itu bisa menjadi radikal dan intoleran, ” sebutnya.(CIK)