AMBON — PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dalam menjual layanannya melalui produk-produknya seperti kartuHALO, simPATI dan kartuAS, dinilai tak adil bagi pelanggan setianya di
Provinsi Maluku. Pasalnya, tarif paket dan tarif telepon yang diberlakukan jauh lebih mahal dibandingkan area Sulawesi dan Pulau Jawa.
Salah satu pelanggan setia kartu Telkomsel di Kota Ambon, Wiwin, mengaku kecewa dengan penawaran paket internet saat ini. Pasalnya, paket data internet yang tadinya seharga Rp 75 ribu untuk 17 GB, sekarang naik menjadi Rp 81 ribu.
“Katanya paket combo sakti murah, kok ketika kita beli jadi mahal. Ini kan bulan Ramadhan, seharusnya ada kebijakan dari Telkomsel untuk meringankan beban pelanggan setianya untuk membeli paket data internet, bukan malah menaikkan harga paket data internet,” kesal Wiwin, kepada koran ini, Senin, 18 April 2022.
Dia juga bercerita pernah membeli paket data internet Combo Sakti 36 GB seharga Rp 99 ribu dengan batas waktu selama 29 hari. Ketika belum sebulan dan ingin membeli paket data serupa di aplikasi My Telkomsel, harga paket data internet tersebut sudah menjadi Rp 105 ribu.
“Padahal di pilihan itu harganya hanya Rp 99 ribu. Ketika di klik untuk pembelian, harganya naik menjadi 105 ribu. Ini maksudnya bagaimana. Apalagi, pemakaian kouta 36 GB itu tidak sampai satu bulan sudah habis. Sementara pemakaian aplikasi hanya sosial media, dan kalau buka YouTube juga sesekali saja,” keluh Wiwin.
Hal senada juga disampaikan Mita, yang juga salah satu pelanggan setia kartu Telkomsel. Menurutnya, seharusnya PT Telkomsel dapat memanjakan pelanggan setianya di Indonesia Timur, khususnya di Provinsi Maluku, mengingat pendapatan terbesar Telkomsel berasal dari masyarakat Maluku.
“Biasanya saya beli paket data internet di *363# itu ada pilihan Rp 86 ribu untuk 35 GB. Sekarang di aplikasi My Telkomsel harganya menjadi 105 ribu. Ini kan gila, benar-benar memeras kantong kita untuk beli paket internet. Harusnya ada kebijakan dari Telkomsel di Bulan Ramadhan, sehingga tidak memberatkan pelanggannya seperti kita,” ungkap Mita.
Sementara itu, Pegiat Sosial Media, Jean G, menyarankan PT Telkomsel agar bisa belajar dari masalah yang sebelumnya terjadi. Dimana, website Telkomsel diretas oleh hacker. Peretas menggunakan kata-kata tak pantas untuk menyampaikan protesnya lantaran paket internet yang ditawarkan operator selular tersebut terlampau mahal.
“Telkomsel kan sudah pernah dikritik oleh hacker gara-gara paket internet yang ditawarkan terlampau mahal. Karena hal ini tak sesuai dengan isi kantong masyarakat dengan kategori menengah kebawah yang masih dalam keadaan sulit di tengah pandemi Covid-19. Harusnya dipermudah, bukan malah seakan mencekik pelanggan setianya,” tuturnya.
Pegiat Media Sosial lainnya, Richardo Yamlean malah menilai PT Telkomsel tak adil bagi warga Maluku. Pasalnya, tarif paket internet dan tarif telepon di area Maluku dan Papua jauh lebih mahal dibanding Makassar dan daerah Jawa.
“Itu bentuk ketidakadilannya. Saya pernah transit di Makassar, saya coba beli paket data dan itu jauh lebih murah dibandingkan beli paket di area Ambon,” terangnya. (RIO)