RAKYATMALUKU.COM — AMBON, — Kepala Detasemen Khusus (Kadensus) 88 Antiteror Polri, Irjen Marthinus Hukom meresmikan Masjid Rahmatullah di Negeri Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu 30 Maret 2022.
Peresmian masjid dilakukan bersamaan dengan pengukuhan Yayasan Pondok Pesantren Darul Muluk Rahmatullah sebagai pusat pendidikan Islam Wasathiyah dan deradikalisme Densus 88 Antiteror.
Keberadaan masjid itu akan menjadi tempat ibadah bagi para santri di pondok pesantren yang berada tepat di sebelahnya sebagai tempat menimbah ilmu Islam serta proses deradikalisme.
Hal tersebut sejalan dengan program Densus 88 Antiteror Polri tentang dua pilar utama, yakni pencegahan dan deradikalisme bagi mantan pelaku teror di Indonesia.
Kepala Densus 88 Antiteror Irjen Pol. Marthinus Hukom kepada wartawan mengaku, kehadiran dirinya dalam peresmian Masjid Rahmatullah dan pengukuhan ponpes merupakan bagian dari dua pilar besar desnsus 88.
“Jadi secara tidak langsung, kami menjalankan dua fungsi Densus 88. Yaitu pencegahan dan deradikalisme. Nah ada dua pilar besar yang kita bangun lewat hajatan ini, yaitu pilar iman dan rasio,” kata Marthinus.
Dikatakan, selain sebagai pembangkit tempat belajar dan beribadah, masjid dan pondok pesantren juga perlu membangun sebuah keseimbangan bagi umat. Pilar iman merupakan upaya manusia bertemu Tuhan.
Sementara pilar rasio dibutuhkan untuk memaknai sekeliling dengan benar termasuk membuka cakrawala dalam memahami agama.
Pondok pesantren dan masjid itu diharapkan dapat menjadi sarana untuk membangun rasio manusia. “Kami bikin program dan fokusnya memang untuk membangun rasionya manusia,” ujar Martinus.
Dia menyebut di Poso, Densus telah membawa lebih dari 53 orang untuk disekolahkan di lembaga yang wasathiyah. 53 orang itu diambil dari generasi muda Poso. Sedangkan tahun ini, Densus berinisiatif melakukan program serupa di Ambon dengan mengambil 9 orang untuk disekolahkan di Jakarta.
Dia mengatakan, jika nanti berjalan, maka ini merupkan yang pertama kali di Ambon. Model seperti ini bakal menjadi patron dan rujukan beragama yang baru, khususnya bagi kelompok yang tadinya mengagungkan kekerasan.
“Tujuannya agar mereka kembali ke masyarakat dengan pemahaman yang tepat. Mereka bisa memahami Islam yang moderat,” tandasnya.
Di kesempatan yang sama, Direktur Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi menuturkan, peresmian masjid Rahmatullah yang dibangun oleh keluarga besar R.Ngabien. Tjoek Soekirman dan HJ. Martia Lestaluhu memiliki makna lebih. Dimana tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tapi juga menjalin hubungan dengan sesama.
Menurutnya, rumah ibadah itu sebagai bejana tidak hanya untuk mendekatkan diri ke dengan Tuhan (Hablum Minallah), tapi juga menjalin hubungan Hablum Minannas yang utuh.
“Itu yang dilihat sebagai salah satu point paling penting. Selain juga masjid yang berdampingan dengan pesantren deradikalisme tersebut dapat menjadi perekat keberagaman dan kebhinekaan di Maluku,” jelas Islah.